Mohon tunggu...
Agus Ridwan Fauzi
Agus Ridwan Fauzi Mohon Tunggu... profesional -

hanyalah seseorang yang ingin terus berusaha memperbaiki diri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ekolebaranomi/mudiksiologi

7 September 2011   09:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:10 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Puasa dan lebaran telah berlalu namun masih tetap meninggalkan kesan bagi kita semua. Di dalam benak kita,puasa dan lebaran tidak akan jauh dari kata Mudik, bagi-bagi uang, beli baju baru dll. Kata-kata tersebut lebih akrab ditelinga darpada sejatinya makna puasa dan lebaranyaitu bulan penuh kesederhanaan, pengendalian diri, bulan untuk meningkatkan ibadah kepada Allah SWT dan bulan untuk berbagi kebaikan terhadap sesama..

Dilihat dari sisi ekonomi, puasa dan lebaran merupakan momen dimana terjadi perputaran uang yang lebih besar dari biasanya, terjadinya perpindahan uang dari kota ke desa, dari daerah maju ke daerah minus. Harga-harga sembako naik, dan inflasi meningkat juga terjadi saat bulan puasa dan lebaran.

Saat Puasa dan lebaran pengeluaran suatu keluarga akan lebih besar dari biasanya. Keluarga akan mengeluarkan sejumlah uang untuk kebutuhan yang sekunder bahkan tersier. Kalau perlu pengeluaran tersebut dibiayai dari tabungan keluarga. Karena entah darimana asalnya, lebaran diidentikan dengan baju baru, makanan berlimpah, dan liburan keluarga. Rasanya kurang pas jika lebaran tidak pakai baju baru apalagi bagi anak-anak. Akibatnya pusat-pusat perbelanjaan dan pusat hiburan penuh. Jangankan dikota-kota besar seperti Jakarta, dikota sekecil Banjar Patroman pun pusat perbelanjaan dan hiburan sesak penuh terutama beberapa hari menjelang dan sesudah lebaran.

Data asosiasi pengusaha ritel Indonesia (Aprindo) mengungkapkan menjelang lebaran penjualan makanan meningkat 20 hingga 30 persen.Pengunjung mal meningkat 50 hingga 100 persen dari biasanya. Khusus untuk produk makanan kaleng dan snack lonjakannya bisa mencapai 500 persen. Penjualan produk pakaianpun meningkat 200 hingga 300 persen.

Polri memperkirakaan pada tahun 2011 ini ada 15 juta pemudik. Para pemudik tersebut datang kedesa tentunya dengan membawa uang. Baik untuk dibelanjakan maupun untuk dibagikan kesanak saudara. Bayangkan saja seandainya tiap orang jika dirata-ratakan membelanjakan uang 1 juta rupiah saja, maka berarti akan terjadi perpindahan uang dari desa ke kota sebesar 15.000.000.000.000 atau 15 triliun rupiah, angka yang tidak sedikit tentunya.

Uang tersebut dibelanjakan di desa, dan secara langsung maupun tidak makin menghidupkan ekonomi pedesaan yang selama ini sepi akibat tergerus arus urbanisasi.

Namun menurut saya efek perpindahan uang tersebut tidak akan lama. Karena sebagian besar dibelanjakan untuk pengeluaran yang bersifat konsumtif. Hanya sebagian kecil saja yang digunakan untuk kegiatan produktif. Uang yang sudah ada di desa tersebut akan dibelanjakan dipusat-pusat perbelanjaan dan keuntungannya akan ditransfer kembali ke kota dimana para pemilik modal berada.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun