Mohon tunggu...
Agus Pribadi
Agus Pribadi Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Mencoba menghayati kehidupan dan menuliskannya dalam cerita-cerita sederhana. Kunjungi juga tulisan saya di http://aguspribadi1978.blogspot.com\r\n

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru: dari Umar Bakri ke Umar Kayam

5 Mei 2012   12:20 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:40 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau zaman dahulu, guru dicitrakan sebagai sosok Umar Bakri yang penuh dengan kesederhanaan dengan predikat pahlawan tanpa tanda jasa. Sosok yang terkenal dengan sepeda kumbangnya yang dinyanyikan Iwan Fals. Dengan predikat itu, guru merupakan sosok yang penuh kesahajaan. Bagaimana dengan guru zaman sekarang?

Periode berikutnya guru menjadi lebih sejahtera dan lebih bermartabat. Sebutan baru pun tersemat menjadi pembangun insan cendekia. Dengan adanya sertifikasi guru, menjadikan guru sebagai sebuah profesi dan kesejahteraannya pun meningkat dengan adanya tunjangan profesi. Harapannya guru melaksanakan tugasnya dengan profesional sehingga tujuan mencerdaskan anak-anak bangsa dapat tercapai.

Berhentikah sampai di situ? Ternyata tidak. Menurut pengamatan saya, sekarang banyak guru yang mendekati sosok Umar Kayam. Sosok Umar Kayam yang saya maksud adalah sosok seorang penulis. Umar Kayam adalah seorang sosiolog, novelis, cerpenis, dan budayawan juga seorang guru besar di Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (1988-1997-pensiun).

Sosok Umar Kayam ini yang saya gambarkan sebagai seorang yang suka menulis. Guru zaman sekarang terkondisikan untuk suka menulis. Dengan aturan baru kenaikan angka kredit yang akan diberlakukan dalam waktu dekat, guru harus mempunyai karya tulis yang dipublikasikan. Dengan kemajuan teknologi informasi, guru juga dikondisikan untuk menggunakan media pembelajaran yang melatih kemampuan menulis (misalnya menulis presentasi menggunakan power point).

Kalau dulu zaman saya kuliah (sekitar tahun 1996), mengikuti kuliah dengan OHP sebagai sarana presentasi dosen sudah merupakan hal yang istimewa. Sekarang anak SMP sudah sangat terbiasa mengikuti pelajaran dengan presentasi menggunakan LCD proyektor dari gurunya. Hal itu tidak hanya terjadi di kota-kota besar, tetapi di daerah sekalipun.

Kalau kita menengok di Kompasiana, banyak Kompasianer yang handal dalam urusan tulis menulis dan menerbitkan buku. Beberapa nama yang saya maksud misalnya : Wijaya Kusumah, Johan Wahyudi, Agus Hermawan, serta kompasianer lainnya yang berprofesi sebagai guru. Semangat menulis mereka selalu menyala seperti lilin abadi yang tak pernah padam menerangi gulita (kebodohan).

Bisa jadi untuk era sekarang, guru dan menulis merupakan dua hal yang telah akrab. Menulis bukan lagi suatu hal yang istimewa, sebagaimana sosok Umar Kayam yang terbiasa untuk menulis.

Salam Kompasiana!

Banyumas, 5 Mei 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun