Mohon tunggu...
Sri Rohmaningsih
Sri Rohmaningsih Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Menulis Untuk Mengubah Dunia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jatuhnya Sukhoi Super Jet 100 & Makam Syekh Hasan di Gunung Salak

15 Mei 2012   14:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:15 2851
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lalu apakah kecelakaan atau setiap musibah yang terjadi di Gunung Salak ada kaitannya dengan keberadaan Makam Syekh Hasan? Memang agak sulit untuk mengungkapkan relasi kausalitas dari kedua hal itu.

Keadaan masyarakat Indonesia yang multikultural memang menyuburkan cerita-cerita mistis di setiap daerah. Tidak hanya di Gunung Salak, beberapa tempat lain juga memiliki mitos-mitos tersendiri tentang adanya eksistensi kekuatan di luar komunitas masyarakat setempat.

Semisal daerah Pantai Selatan yang bertempat di Yogyakarta, konon memiliki penguasa yang telah akrab di telinga masyarakat Indonesia yakni Nyai Roro Kidul.

Memang keberadaan hal-hal mistik atau orang awam menyebutnya dengan istilah “penunggu”, sebagian besar di identikan dengan keberadaan gunung. Hal ini mungkin saja terjadi karena gunung sebagai suatu lingkungan yang alami, menjadi tempat yang nyaman bagi keberadaan makhluk-makhluk yang tak kasat mata.

Semisal Gunung Merapi di Yogyakarta yang konon di tunggu oleh Panembahan Senopati yang bersemayam di puncaknya. Termasuk prajurit-prajurit yang setia terhadapnya seperti Kiai Petruk (Mbah Petruk), Kiai Kartodimejo (Mbah Kartodimejo) atau Nyi Gadung Melati.

Di Gunung Semeru tepatnya di Ranu Kumbolo, itu menjadi tempat yang angker karena ditunggu oleh sekawanan Peri yang terkadang menampakan diri dari tengah danau. Atau cerita-cerita mistis di tempat lain

Terlepas dari ada atau tidaknya mitos-mitos di atas, semua kita kembalikan lagi kepada pribadi masing-masing. Satu hal yang pasti, manusia harus senantiasa hidup selaras dengan alam. Jika manusia tidak bisa memperlakukan alam dengan dengan baik, maka alam itu sendiri yang nantinya akan mengajarkan kepada manusia bagaimana menjadi baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun