3. Belajar membaca langsung pada pengejaan suku kata
Metode pengajaran pada anak usia dini di fase awal agar cepat bisa membaca adalah orang tua mencontohkan pengejaan langsung pada pengejaan persuku kata bukan mengeja satu persatu huruf, kemudian si anak mengikutinya. Mengajari anak dengan menyambungkan huruf perhuruf akan menyulitkan si anak dalam menyambungkan kata. Misalnya ketika menyambungkan kata: SU KA SA JA Jika anak diajarkan pengejaan dari perhuruf maka secara fonetik (tata bunyi) akan menjadi: esu kaa esa jea. Ini akan membingungkan si anak, karena dalam pikiran anak pengejaan huruf yang benar adalah demikian. Yang efektif belajar membaca (latin) pada anak usia dini persis seperti belajar membaca Al-Quran dengan menggunakan metode iqro. Pada fase permulaan, ajarkan langsung kepada mereka cara membaca persuku kata yang tertera selanjutnya bimbing anak untuk mengeja dan melafalkan suku-suku kata berikutnya.
4. Pengajaran dari yang termudah dahulu
Berikan pengajaran dari materi termudah lebih dahulu, kemudian berlanjut ke materi yang lebih sulit. Biasanya secara penyusunan materi di dalam buku belajar membaca sudah dibuat halaman awal merupakan materi termudah, dengan bertambahnya halaman materi yang disajikan akan semakin menantang. Namun, ketika si anak menghendaki loncat materi orang tua tidak boleh melarangnya, melainkan membimbing, mengarahkan, dan mengimbangi keinginan si anak untuk loncat materi. Ini tidak mengapa karena kadang anak-anak sebenarnya lebih kepada ingin coba-coba membuka lembaran-lembaran buku dan sesaat mempelajarinya karena rasa ingin tahunya.
5. Lebih baik belajar yang sering dibandingkan sekali tetapi lama
Lakukan minimal sehari sekali. Pengulangan yang sering dalam sehari lebih baik dibandingkan dengan sekali namun lama dan banyak materi. Ingat, bahwa seusia mereka belum mampu mengikuti atmosfer kondisi belajar yang lama. Pola belajar anak cenderung cepat boring dan kinestetik (banyak gerakan). Biasanya mereka menuntut agar cepat sudahan. Orang tua tidak boleh memaksakan untuk terus belajar namun menyudahinya ketika anak ingin segera selesai. Belajar selama 10 menit sampai 15 menit sudah cukup untuk belajar membaca seusia mereka. Prinsipnya, ajak belajar membaca pada saat mereka mau dan nyaman untuk belajar, tidak boleh memaksa anak untuk belajar karena sesungguhnya seusia mereka senangnya bermain.
6. Manfaatkan sudut-sudut baca di lingkungan
Saat orang tua jalan bersama anak atau belanja bersama, tes kemampuan membaca anak dengan menanyakan tulisan yang tertera pada display-display yang ada di lingkungan sekitar, seperti spanduk, poster, papan reklame, selebaran, dan semacamnya. Bimbing jika mereka mendapat kesulitan atau belum benar dalam pelafalan dan pengejaannya.
Demikian enam tips sederhana cara mengajari anak usia dini agar anak pintar membaca. Jika orang tua rajin mendampingi anak belajar membaca, hasil yang didapatkan tidak sampai menyita waktu berminggu-minggu untuk anak sehingga bisa menyambungkan persuku kata menjadi suatu kalimat sehingga anak pintar baca. Bagi orang tua yang memiliki anak usia dini dan belum bisa membaca bisa mencoba mempraktikkannya di rumah. Ingat, bahwa tujuan utama mengajari anak pintar membaca adalah agar anak “terbiasa baca” bukan agar anak bisa membaca!. Semoga bermanfaat. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H