Apa itu hipertensi?
Hipertensi merupakan penyakit umum yang secara sederhana didefinisikan dengan naiknya tekanan darah. Penderita hipertensi memiliki tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan diastolik lebih dari 90 mmHg. Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering muncul selama kehamilan dan dapat menimbulkan komplikasi pada 2–3% kehamilan. Kejadian hipertensi pada kehamilan sekitar 5–15%, dan merupakan satu di antara 3 penyebab kematian dan kecacatan ibu bersalin di samping infeksi dan perdarahan.
Apa saja faktor risiko hipertensi pada kehamilan?
      Hipertensi dipengaruhi oleh beberapa faktor (multiple causation), sehingga kejadiannya tidak bisa dijelaskan hanya dengan satu mekanisme. Hipertensi pada kehamilan yang banyak terjadi merupakan salah satu penyebab utama kematian pada ibu hamil.  Faktor risiko hipertensi pada ibu hamil diantaranya adalah, riwayat keluarga, usia ibu saat mengandung, gangguan ginjal, diabetes, primigravida (kehamilan pertama), kehamilan kembar, hingga obesitas (IMT >35 kg/m2).
Dampak Hipertensi pada Ibu Hamil
      Hipertensi yang terjadi pada Ibu Hamil dapat mengakibatkan berbagai dampak yang tidak baik bagi Ibu dan janin. Hipertensi dapat menyebabkan berbagai komplikasi pada ibu seperti gangguan pembuluh darah dan organ, sedangkan pada bayi dapat menyebabkan komplikasi pada pertumbuhannya. Hipertensi dalam kehamilan tidak memiliki gejala yang spesifik, sehingga menyebabkan sebagian besar dari ibu hamil tidak menyadari bahwa ia tengah mengalami hipertensi (Juaria, 2017).
Ibu hamil yang mengalami hipertensi akan lebih berisiko mengalami persalinan prematur, IUGR (Intrauterine Growth Retardation), perdarahan ketika dan setelah proses persalinan, kejang, serta pendarahan otak. Seseorang yang mengalami hipertensi, memiliki resiko tinggi untuk mengalami preeklampsia yang dapat berlanjut menjadi eklampsia dan menyebabkan penyakit degeneratif lainnya seperti hipertensi ensefalopati, gagal jantung, gagal ginjal, solusio plasenta, hingga gangguan pertumbuhan janin (Mudjari dan Samsu, 2015). .
Gimana cara mencegahnya?
Pastinya setiap Bunda tidak menginginkan hal yang berbahaya pada kesehatannya dan bayinya. Terdapat beberapa cara pencegahan yang dapat dilakukan Ibu di rumah untuk mengurangi risiko terjadinya hipertensi pada masa kehamilan, diantaranya (Sakinah dan Fibriana, 2015) :
- Melakukan Antenatal Care
Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil. ANC dapat dilakukan di Rumah sakit terdekat. Biasanya, ANC diberikan oleh Dokter kandungan, Bidan ataupun perawat untuk mengontrol kondisi kesehatan Ibu dan Bayi. ANC sangat berguna untuk mengetahui keadaan Bayi, sehingga apabila terjadi hal yang tidak diinginkan dapat dilakukan penanganan lebih cepat.
- Aktif mengikuti Posyandu
Selain ANC, Bumil juga dapat memanfaatkan Posyandu di lingkungannya untuk mengontrol kesehatannya sehingga dapat mengetahui, apakah terjadi hipertensi atau tidak, maupun penyakit lainnya.
- Mengkonsumsi makanan yang baik untuk kehamilan
Asupan makanan sangat mempengaruhi kondisi Ibu dan bayi. Makanan yang dikonsumsi mencerminkan kesehatan Ibu dan bayi. Oleh karena itu, Ibu harus memperhatikan zat gizi makanan yang dikonsumsi, dengan memenuhi kebutuhan dan mengkonsumsi makanan bergizi dan bervariasi.
- Menghindari makanan yang menyebabkan Hipertensi
Terdapat bahan dan jenis makanan yang harus dihindari oleh bumil untuk menghindari hipertensi, seperti makanan yang mengandung tinggi garam.
- Melakukan aktivitas yang menyenangkan
Kegiatan Ibu juga mempengaruhi keadaan janin. Cobalah untuk melakukan kegiatan yang ringan namun menyenangkan, seperti yoga, memasak, mendengarkan musik dan lainnya. Kegiatan ini dapat menenangkan jiwa sehingga tidak membuat stress yang dapat menyebabkan darah tinggi.
Makanan yang dianjurkan untuk dikonsumsi
      Makanan yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah adalah makanan yang mengandung tinggi kalium. Penelitian menunjukkan bahwa mengkonsumsi 3500 mg kalium dapat membantu mengatasi kelebihan natrium, sehingga darah dapat mencapai tekanan yang normal kembali. Contoh makanan yang tinggi kalium antara lain, pisang, sari jeruk, jagung, kubis, brokoli, dan kentang.Â
Namun, konsumsi kalium juga tidak boleh berlebihan kerana dapat mengakibatkan gagal ginjal. Selain itu, penderita hipertensi juga dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang mengandung tinggi serat. Serat yang dikonsumsi dari makanan dapat memperlancar buang air besar dan menahan asupan natrium. Serat banyak terkandung pada berbagai jenis sayuran dan buah-buahan.
Ini makanan yang harus dihindari
      Pada Ibu Hamil yang mengalami hipertensi, harus memperhatikan jenis makanan yang dikonsumsinya untuk menghindari ataupun untuk tidak memperparah hipertensi. Makanan yang harus dihindari, yaitu makanan yang mengandung tinggi garam, makanan kaleng dan makanan instan.Â
Pada dasarnya, tubuh membutuhkan natrium yang didapatkan dari garam, namun dalam jumlah yang sedikit. Apabila terlalu banyak mengkonsumsi garam, tekanan darah akan meningkat dan dapat membahayakan kesehatan Ibu dan bayi. Berdasarkan Infodatin Kemenkes 2014, konsumsi garam yang dianjurkan untuk penderita hipertensi, yaitu ¼ - ½ sendok teh (6 gram/hari).
- Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak kelapa, gajih).
- Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit, crackers, keripik dan makanan kering yang asin).
- Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta buah-buahan dalam kaleng, soft drink).
- Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin, pindang, udang kering, telur asin, selai kacang).
- Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam).
- Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandung garam natrium.
- Minuman Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape dan lainnya.
Bartsch, E., Medcalf, K., Park, A. dan Ray, J. (2016). Clinical risk factors for pre-eclampsia determined in early pregnancy: systematic review and meta-analysis of large cohort studies. BMJ, p.i1753
Kemenkes, 2014. Infodatin: Hipertensi. Jakarta.
Juaria, H. 2017. Parity and Age of Pregnant Women With the Event of Hypertension in Pregnancy. Midwifery Journal of Akbid Griya Husada Surabaya, 4(2), 79
Mudjari, N.S., and Samsu, N., 2015. Management of hypertension in pregnancy. Acta Med IndonesIndones J Intern Med. Vol 47 (1): 78-86.
Nisa, N.J. 2014. Diet Hipertensi untuk Mengontrol Tekanan Darah pada Lansia Penderita Hipertensi. Karya Ilmiah Akhir Ners. Fakultas Keperawatan. Universitas Indonesia.
Sakinah, V,. dan Fibriana, A. I., 2015. Upaya Peningkatan Pengetahuan, Sikap Dan Kunjungan Antenatal Care (Anc) Ibu Hamil Melalui Pemberdayaan Kader Anc. Unnes Journal of Public Health. Vol. 4. No. 1.
Sherwood, L., (2016). Human Physiology From Cells To Systems, Ninth Edition. 9th ed. Boston, USA: Cengage Learning, p.369.
Yudasmara, Kusuma IP. 2010. Hipertensi dalam Kehamilan. Disitasi dari http://www.balipost.com
Kontributor:
- Agusni Rohmayanti
- Fadillah Agy Wahyuni
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H