Mohon tunggu...
Agus Netral
Agus Netral Mohon Tunggu... Administrasi - Kemajuan berasal dari ide dan gagasan

Peneliti pada YP2SD - NTB. Menulis isu kependudukan, kemiskinan, pengangguran, pariwisata dan budaya. Menyelesaikan studi di Fak. Ekonomi, Study Pembangunan Uni. Mataram HP; 081 918 401 900 https://www.kompasiana.com/agusnetral6407

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Memahami dan Belajar dari Kemajuan China

1 Juni 2021   21:25 Diperbarui: 1 Juni 2021   21:30 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kru Badan Antariksa China (CNSA) menyambut pendaratan robot penjelajah Zhurong di permukaan Mars, Jum’at 14 Mei 2021 (Shutterstock)

Belajar bagaimana pemerintah China bisa memajukan negaranya sampai seperti sekarang ini, adalah sebuah langkah yang semestinya dilakukan oleh negeri-negeri berkembang termasuk Indonesia. Karena pemerintah Cina sendiri dalam sejarahnya juga pernah melakukan pembelajaran intensif ke negara lainnya, yaitu agar negerinya bisa maju dan moderen. Dalam hal ini pemerintah Cina pernah belajar dan study banding ke pemerintah Singapura yaitu pada waktu dipimpin oleh Deng Xiaoping (1978-1990). Itu diawali dengan kunjungan kenegaraan Deng Xiaoping ke Singapura.

Waktu itu pada bulan Nopember 1978 Deng Xiaoping yang menggantikan Mao Zedong, melakukan kunjungan kerja ke Bangkok dan Kualalumpur, yang selanjutnya menuju ke Singapura bertemu dengan perdana menteri Lee Kuan Yew.

Cerita mengenai kunjungan itu, dimuat di harian Newyork Times; “In Lee Kuan Yew, China Saw a Leader to Emulate”, tanggal 23 Maret 2015. Wartawan Newyork Times, Chris Buckley, dalam tulisannya waktu itu mengemukakan bagaimana Deng Xiaoping pada tahun 1978 berkunjung ke negara kecil Singapura. Dan tulisan itu merupakan bagian dari rangkaian mengenang wafatnya pimpinan Singapuran waktu itu Lee Kuan Yew.

Dikemukakannya, mengacu pada hasil wawancara dengan Professor Huang, dari National University of Singapore, waktu itu pemerintah China katanya tertarik dengan kemajuan Singapura dan ingin mempelajari bagaimana pemerintahan dan politik dikelola, lalu bagaimana Singapura bisa menjadi maju dan moderen. Kebetulan juga Singapura dan China sama-sama memiliki 1 partai politik.

Kesimpulannya pemerintah China ketika itu ingin seperti Singapura yaitu dengan belajar serius tentang kemajuan negara kota itu. Lalu sebagai tindak lanjut dari kunjungan itu, dari tahun 1980-an sampai 2011, pemerintah China mengirimkan sampai dengan 22.000 orang pejabat. Data dari wartawan Newyork Times itu mengacu pada kajian yang dilakukan oleh Mark R. Thompson dan Stephan Ortmann, dari the City University of Hong Kong.

Sedangkan Deng Xiaoping sendiri ketika ditanya tentang kemajuan Singapura, pada waktu itu beliau mengatakan; “The social order in Singapore is quite good. They run things strictly, and we should borrow from their experiences, and run things even better than they do.”

Jadi dari kisah China belajar ke Singapura itu, kita juga bisa menyimpulkan bahwa untuk bisa seperti China yang sekarang ini yaitu menjadi negara maju dan rakyatnya makmur, maka tentu saja kita harus belajar sebab-sebab dari kemajuan China itu. Lalu sambil jalan menerapkannya di negeri kita.

Untuk bisa sebagai pembelajar yang baik dan berhasil mengikuti jejak China, maka tentu saja sebelumnya kita juga harus bisa memposisikan diri kita agar menjadi murid yang baik yaitu murid yang mau mengakui kemajuan dan prestasi orang ataupun negara lain dalam hal ini pemerintah China lalu memiliki keinginan kuat untuk belajar. Dan dalam agama Islam sendiri juga sudah sejak lama ada tuntunan dari Nabi yang mengatakan; “Tuntutlah ilmu, walau sampai ke negeri China”.

Adapun  murid yang baik itu adalah murid yang memiliki etika sebagai pelajar, sehingga ilmu bisa mengalir masuk. Dan etika dari seorang pelajar yang baik adalah;

  • Menghormati guru dan menjaga sikap agar guru tidak kecewa. Menghormati guru dimanapun berada.
  • Murid harus bersikap rendah hati, tidak boleh pongah dan keras hati terhadap guru.
  • Murid juga harus membina hubungan yang baik dan harmonis dengan guru, tidak menjelek-jelekkan dan tidak berburuksangka padanya.

Tampaknya etika sebagai murid yang baik ini yang sekarang ini masih jadi tantangan kaitannya dengan belajar dari negeri China. Masalahnya adalah masih ada dari sebagian masyarakat di Indonesia yang belum bisa memposisikan diri sebagai murid dan memposisikan China sebagai guru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun