Seberapa besar perhatian kita pada kaum difabel di masa pandemi Covid-19 ini? Jangankan difabel, mereka yang memiliki anggota tubuh lengkap pun, tersungkur dari usaha yang mereka jalankan.
Pandemi memporakporandakan kebiasaan. Orang takut ke pasar, bahkan jajan kopi yang selama ini jadi penentu gengsi. Ngopinya tak seberapa, yang penting konten sosial media selalu ada. Mereka tak lagi ngopi yang jadi penanda gengsi bisa jadi karena takut tertular korona atau memang uang tak ada lagi. Dua hal ini sama besar kemungkinan yang jadi alasan. Lalu perlahan pengusaha-pengusaha yang baru saja menggelar lapaknya, menutup tirai lalu bilang sayonara. Entah kapan lagi mereka bisa memulai usaha, saat ini tabungan dan modal sudah ditukar dengan beras dan lauk pauknya. Hidup harus terus makan, bukan? Usaha kita mulai lagi setelah banyak doa dilakukan.
Salah satu yang terhempas dan merasakan dampaknya adalah Kitorato, Sekelompok anak muda difabel yang mencoba mandiri dengan berjualan es kopi dan minuman segar lainnya. Mereka baru saja memulai usaha pertengahan tahun lalu. Jualan Perdana mereka di kompleks Granada, Bumi Serpong Damai. Di ujung jalan yang ramai dengan kulinernya. Mobil VW diubah jadi gerai kopinya. Banyak tangan dermawan yang terlibat dalam proyek ini. Mereka banyak difasilitasi untuk berani bergerak mandiri, karena toh nantinya mereka adalah kepala keluarga dan tulung punggung untuk saudara-saudaranya.
“Mereka punya ketrampilan, dan kita support untuk berani action di lapangan; menjadi barista, menggaet pelanggan juga bertanggung jawab dengan pembukuan dan barang belanjaan. Kita harus membangun kesetaraan dengan mereka,” ujar Idan, salah seorang donatur yang juga menggawangi berdirinya Kitorato.
Kitorato, kita setara, Itu tagline mereka. Idan ingin masyarakat memberikan kesempatan teman-teman difabel untuk menjadi wirausaha. Hari-hari awal jualan mereka lumayan laris, gaung sosial media cukup membantu promosi. Setelah itu mereka harus survive dengan rasa kopi yang enak dan harga yang bersaing. Penjual kopi di mana-mana, tetapi orang akan mencari value yang membuat mereka menjadi pembeli yang yang bermartabat dengan donasi atau mendukung kegiatan yang memang mereka rasa punya nilai, membantu teman-teman difabel, salah satunya.
![smartselect-20200517-060126-gallery-5ec0767d097f3635c65fd963.jpg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/05/17/smartselect-20200517-060126-gallery-5ec0767d097f3635c65fd963.jpg?t=o&v=770)
Maret lalu, Kitorato harus memutar balik VW kembali ke garasi. Pembeli tak ada lagi. kalaupun mereka terus berjualan, mencoba bertahan melalui penjualan secara online dengan hasil yang tidak stabil karena beberapa kedai nongkrongpun harus tutup sementara hingga pandemi berakhir nanti.
Kitorato tak sendiri, difabel dengan beragam profesi mengalami hal yang sama. Tak ada yang berani lagi memanggil mereka untuk memijat. Mungkin kita ingin sepasang kakek nenek yang kelaparan di Serang, juga di Tegal dan banyak tempat lain di Indonesia. Bantuan kadang terlambat datang, sedangkan mereka sudah menahan perut denga puasa saban harinya sebelum ramadhan datang.
![smartselect-20200517-055644-gallery-5ec077d9d541df6bc90793a2.jpg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/05/17/smartselect-20200517-055644-gallery-5ec077d9d541df6bc90793a2.jpg?t=o&v=770)
Masuk ke komunitas ini tetap diberlakukan prosedur ketat bagi orang lain, termasuk mereka yang ingin memberikan bantuan. “Prosedur PSBB harus kita taati, demi kebaikan Bersama, sebelumnya relawan bergerilya untuk mendapatkan informasi supaya bisa menyalurkan bantuan tepat sasaran.
![smartselect-20200517-055918-gallery-5ec07bca097f3617ec24a0b3.jpg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/05/17/smartselect-20200517-055918-gallery-5ec07bca097f3617ec24a0b3.jpg?t=o&v=770)
![smartselect-20200517-055816-gallery-5ec07cd3097f3646e7138fa2.jpg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/05/17/smartselect-20200517-055816-gallery-5ec07cd3097f3646e7138fa2.jpg?t=o&v=770)
![smartselect-20200517-055728-gallery-5ec07b85d541df691e5aa344.jpg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/05/17/smartselect-20200517-055728-gallery-5ec07b85d541df691e5aa344.jpg?t=o&v=770)
Saat kita mengalami kesulitan karena pandemi, mudah-mudahan kita tak lupa saudara-saudara disabilitas yang perlu didukung untuk bertahan hidup.
Bantuan Sembako bagi disabilitas dari Tzu Chi APP sinarmas dan dari sahabat inspirasi lainnya sangat bermanfaat dan tepat sasaran, saat ini banyak disabilitas yang sudah tidak bisa mendapatkan penghasilan, kebutuhan sembako menjadi kebutuhan pokok yang sangat di butuhkan untuk bisa bertahan dalam kondisi Covid 19 dengan tetap berada di rumah , ujar Budi Santoso, Ketua Yayasan Makfufin.
Tetap jaga kesehatan dan terus Gotong Royong dalam kebaikan memberi manfaat bagi saudara- saudara kita yang terdampak secara ekonomi akibat Covid 19.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI