Wacana Kabupaten Kebumen menjadi Ibu Kota provinsi baru dari Provinsi Jawa Selatan mendapat tanggapan serius dari Tokoh Masyarakat di Kebumen.
Penulis sebagai salahsatu warga di Kabupaten Kebumen tidak luput ikut mengomentari dan tanggap atas wacana yg tersebut.Bagi Agus wacana Kebumen menjadi Ibu Kota Provinsi baru merupakan pilihan yang tidak salah, selain dilihat dari geografis wilayah, dimana kebumen lebih dekat dari kota metro Jogjakarta juga karena Kebumen memiliki sejarah yang begitu kuat dalam hal history kemerdekaan dan masa kolonial saat perjunagan Kemerdekaan Indonesia.
Kebumen yang memiliki wilayah pantai, ini sangat bagis untuk perkembangan geo ekonomi masyarakat provinsi kedepanya.
Komentar juga datang dari Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kebumen, Bahrun Munawir. Namun, saat ini pengembangan sebuah Daerah Otonomi Baru (DOB), menurutnya, masih moratorium dan kebijakan pemerintah pusat.
"Itu masih moratorium tergantung pemerintah pusat. Konsep otonomi daerah adalah daerah diberi kewenangan menyelenggarakan urusan pemerintah sendiri, tetapi dalam kerangka wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kepentingan daerah mendekatkan layanan, mengoptimalkan potensi," katanya Bahrun ditemui Radar Banyumas, Kamis (2/1/2025).
Bahrun menjelaskan, sangat memungkinkan Kebumen Menjadi Ibukota Provinsi, hal itu dilihat dari sejarah sebelum era Perang Diponegoro. Sebelum tahun 1825, beberapa kadipaten di selatan jawa kemudian digabungkan pasca Perang Diponegoro.
"Kalau melihat dari sejarah sebelum perang Diponegoro, daerah selatan ini terdiri dari beberapa kadipaten. Setelah perang afiliasinya berbeda, sebelum terjadi perang dan pasca perang Diponegoro Kadipaten Panjer yang saat ini jadi Kebumen, dulunya mendukung Diponegoro, kemudian wilayah kedu selatan ini diambil oleh pemerintahan Hindia Belanda VOC, oleh VOC dibagi ada 5 Afdeling atau residen yakni Kutoarjo, Ledok (Wonosobo), Kebumen, Karanganyar dan Ambal," jelasnya.
Bahrun menambahkan, jika melihat sejarah itu, Kabupaten Kebumen merupakan gabungan 3 wilayah dari pasca perang Diponegoro, yakni Kadipaten Panjer, Ambal dan Karanganyar. Hal itu membuat Kabupaten Kebumen memiliki potensi yang besar dan strategis.
"Itu artinya apa, jadi setelah 1830 pasca perang Diponegoro Kebumen masuk Karesidenan Bagelen bukan Karesidenan Kedu, karena dari 5 Afdeling itu 3 diantaranya bergabung menjadi Kebumen, ini yang membuat kebumen memiliki potensi yang besar dan beragam, baik dari sisi dialektika yang berbeda dan budaya bermacam-macam dari 3 wilayah tersebut," kata Bahrun.
Selain itu, dari sisi kajian isu wacana Jawa Selatan, Kabupaten Kebumen sangat mungkin menjadi ibu kota, namun untuk menetapkan ibu kota dan kawasan Daerah Otonomi Baru (DOB) banyak hal yang harus dikaji.