Reaksi beragam dari teman cowok sekelasnya pun berdatangan. Mereka merasa tersudutkan atas ocehan mereka. Oleh temannya, Virgi dan tiga korban lainnya dinilai lemah karena tak sempat melawan prilaku mesum dosennya.
"Di kelasku saja, temanku yang cowok-cowok yang seharusnya membela, malah na-salahkan ki begitu, kenapako ndak melawan? Itukan salah satu kayak menyudutkan, sedangkan kita ini korban," katanya.
Sikap Kampus Virgi
Tiga jenis kekerasan yang paling banyak pada kekerasan seksual di ranah komunitas adalah pencabulan, yang mencapai 911 kasus. Sementara disusul dengan pelecehan seksual sebanyak 708 kasus, dan kasus pemerkosaan yang berhenti di angka 669.
Kasus Virgi dan tiga temannya, tak sempat masuk dalam daftar yang dirilis Komnas Perempuan. Kasusnya terhenti di tahap mediasi secara kekeluargaan oleh pihak jurusannya.
Walau pihak jurusan sempat menawarkan kasus ini ditangani di rana Komisi Disiplin (Komdis) kampusnya, namun bagi Virgi hal itu tidak mungkin dilakukan. Sebab nama baik kampus dan jati diri para korban menjadi taruhan.
"Kalau kemarin sampai Komdis, (dosen) itu bisa dipecat karena kenna indisiplioner. Cuman berefek ke namanya kampus," kata Virgi, "Dan Kajur bilang, itu dosen sudah minta maaf dan mengakui-mi bahwa dia salah, dan kalau kamu lanjutkan ini ke Komdis, pertama nama kampus juga toh, terus nama kalian juga tersebar luas."
Kendati, melalui kasus mereka, 2 korban baru terkuak. Namun, Virgi menilai penyelesaian dengan cara tersebut, tak dapat menjamin kasus serupa tak terulang kembali ke depannya.
Sampai saat Virgi menyelesaikan studinya, Dosen tersebut masih aktif mengajar, bahkan Virgi sempat bertatapan muka kembali di kelas perkuliahan, sebelum akhirnya Virgi dan temannya benar-benar meninggalkan dosen berikut kampusnya.
"Karena memang tidak ada-mi yang bisa gantikan itu dosen. Itu lagi kesusahanmi dosen untuk atur ulang jadwal dan hanya dia yang ahli di mata kuliah itu." katanya.