KELEBIHAN BANTEN DALAM TRADISI AGAMA HINDU
Agama Hindu merupakan salah satu agama yang banyak dianut ketiga di Indonesia. Hingga saat sekarang ini kurang lebih sekitar 1,7% dari penduduk Indonesia menganut agama Hindu, atau jika dilihat dengan angka yaitu mencakup sekitar empat juta orang dari total jumlah penduduk Indonesia yang dimana sampai saat ini berjumlah mencapai 250 juta orang. Mayoritas penduduk atau orang - orang yang beragama Hindu di Indonesia tinggal di pulau Bali yang dikenal juga sebagai pulau Dewata yang terkenal karena kebudayaan Hindunya dan juga pariwisatanya yang sangat banyak, selain itu memiliki pemandangan alam yang sangat indah. Teologis atau kepercayaan Agama Hindu Bali berasal dari filosofi negara India sementara itu kepercayaan-kepercayaan animisme, dinamisme, dan realisme menjadi dasar dari berbagai ritual yang ada baik di Bali itu sendiri ataupun di India. sebuah kepercayaan yang paling penting dari Agama Hindu di Bali adalah bahwa segala jenis upacara atau upakara yang ada baik Dewa Yadnya, Rsi Yadnya, Pitra Yadnya, Manusa Yadnya, maupun Bhuta Yadnya menggunakan satu sarana upacara yaitu Banten. Di dasari oleh hal tersebut maka banten - banten yang dibuat untuk keperluan upakara atau upacara tertentu dibuat dari hasil-hasil pertanian atau hasil bumi, yang dimana selanjutnya akan dipersembahkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau para leluhur.
Dalam Agama Hindu Khususnya di Bali telah muncul keinginan dari Umatnya itu sendiri untuk meningkatkan kualitas dengan belajar memahami cara – cara hidup beragama serta mendalami dan memperluas pengetahuan mengenai Ajaran – ajaran Agamanya yang dimana menggunakan sistem Pendekatan Rasionalistis dan Filosofisis yang dimana bertujuan untuk menembus Kajian Sastra Agama yang terdapat ataupun yang terhimpun dalam berbagai Pustaka Lontar Sejarah peninggalan dari Leluhur kita. Dalam Konteksnya sangat penting untuk mengetahui betapa pentingnya fungsi dan makna dari sarana upacara atau upakara yaitu Banten itu sendiri dan juga sangat penting untuk mengetahui bentuk – bentuk Upacara dan Upakara yang ada di dalam Agama Hindu untuk dapat dipahami isi, arti, fungsi serta kegunaannya, yang dimana ini nantinya akan berguna untuk menambah Tingkat Perasaaan di dalam diri kita sendiri untuk melaksanakan Upacara itu sendiri. Upacara atau upakara itu sendiri berasal dari kosa kata bahasa sansekerta dan terbentuk dari dua rangkaian kata yaitu, Upa dan Cara, yang dimana Upa memiliki makna yang ada di sekeliling atau menunjuk segala kemudian Cara yang berarti  atau memiliki makna Gerak atau Aktifitas. Sehingga jika kedua kata tersebut digabungkan maka Upacara dapat diartikan dan dimaknai sebagai Gerakan Sekeliling Kehidupan Manusia dalam upaya untuk menghubungkan diri dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa. Dalam hal ini Aktifitas tersebut dilakukan berlandaskan dan berdasarkan dari Kitab Suci Weda dan Sastra Agama Hindu.
Sarana upacara juga biasa disebut dengan upakara. Dalam Agama Hindu sarana atau upakara yang digunakan untuk melakukan pemujaan kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa atau yang digunakan untuk upacara - upacara tertetu dikenal oleh kebanyakan orang dengan istilah banten, sedangkan untuk di India, sarana upakara disebut juga dengan wedya. Yang dimana istilah wedya sebenarnya juga terdapat dan termuat di dalam kajian pustaka agama Hindu di Bali yang dimana sama - sama  berarti banten. Sarana Upakara atau banten merupakan refleksi perwujudan dan ajaran dari bhakti marga dan karma marga.
Segala jenis sarana upakara atau banten yang ada menjadi salah satu simbol perwujudan manusia ini terbentuk dari unsur Panca Maha Butha dan Panca Tan Matra. yang ada dalam unsur benda-benda yang ada di bumi. Misalnya sebagai contoh bagian apah atau air adalah air tawar dan air laut, atau segala makhluk hidup yang hidup di air seperti ikan lumba - lumba, kepiting, udang, dan masih banyak lagi. Dari unsur pertiwi atau tanah, seperti kacang-kacangan dan juga umbi-umbian. Dan yang terakhir yang mewakili unsur akasa atau udara seperti oksigen. Segala bentuk persembahan ini tidak terlepas dari profesi atau pekerjaan yang ditekuni oleh masing - masing dari masyarakatnya. Sebagai contoh, untuk para petani akan mempersembahkan hasil pertaniannya, misalnya padi untuk Dewi Sri Sedana. Sedangkan bentuk sarana upakara atau banten akan berbeda pada yang berprofesi sebagai pedagang yang memohon berkah agar dagangannya lancar pada manifestasi Dewi Rambut Sedana. Banten yang dikategorikan sebagai banten hulu atau linggastana adalah canang sari, daksina, suci, dan catur. Besar kecilnya sarana upakara banten ini mempengaruhi banten yang menyimbolkan atau merefleksikan badan. Â Sarana upakara atau Banten bagian badan biasanya disebut dengan istilah banten ayaban, yang berupa canang ajengan atau canang raka, sorohan, dan juga bebangkit. Sedangkan banten yang termasuk dalam simbol kaki adalah nasi sega, nasi kepel, dan segehan pancawarna.Â
Banten itu sendiri memiliki banyak Jenis dan bentuknya serta terbuat dari bermacam – macam bahannya, sarana upakara atau banten terlihat unik dan sedikit rumit. Banten mengandung makna sebagai arti Simbolis dan juga Filosofis yang tinggi serta didasari dengan Seni Rupa dan Seni Rias yang sangat mengagumkan. Banten memiliki makna yaitu sebagai Ungkapan Rasa Syukur Umat Hindu Kepada Sang Hyang Widhi Wasa. Faktor Seni yang terdapat dalam Banten memiliki dan mempunyai arti penting karena dapat menuntun pikiran kita kearah keindahan yang dimana nantinya akan menuju kedalam ketenangan Jiwa. Ketenangan Jiwa inilah merupakan faktor yang sangat penting untuk mencapai pemusatan pikiran dalam upaya untuk menyatukan diri Ida Sang Hyang Widhi atau Tuhan yang Maha Esa
Banten terdiri dari Tiga Unsur yaitu :
Mataya : Mataya itu sendiri merupakan Bahan Banten yang berasal dari yang Flora atau Tumbuh – tumbuhan seperti Daun, Bunga dan Buah
Maharya : Maharya itu sendiri merupakan Bahan Banten yang Berasal dari Binatang atau Fauna misalnya seperti Babi, Kambing, Kerbau, dan lain Lain.
Mantiga : mantiga itu sendiri adalah Bahan Banten yang berasal dari binatang atau fauna yang lahir dari Telur itu sendiri, seperti Ayam, Itik, Angsa, Telur Ayam, Telur Itik dan Telur Angsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H