Mohon tunggu...
Lilik Agus Purwanto
Lilik Agus Purwanto Mohon Tunggu... karyawan swasta -

belajar, belajar, mari terus belajar follow twitter: @aguslilikID web: http://aguslilik.info

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Teror Reshuffle Kabinet

13 Mei 2015   11:37 Diperbarui: 11 Januari 2016   15:51 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14314917371945712167

 

Dalam setiap kebijakan yang akan diambil presiden, termasuk reshuffle akan memberikan dampak secara positif dan negatif. Nilai positif yang akan terjadi adalah jika pemerintah serius dan concern terhadap reshuffle dan menganti kabinetnya dengan orang-orang yang bisa diterima oleh publik dan market, maka kinerja perdagangan nasional dan investasi akan mulai bergairah kembali, sejalan dengan kepercayaan yang dipulihkan. Namun disisi lain, dampak negatif akan terjadi manakala pemerintah, tidak cermat dalam menganti kabinet hanya berdasarkan pertimbangan tarik menarik politik semata, tanpa mempertimbangkan respon masyarakat dibawah sebagai pelaku ekonomi.

 

Jika pemerintah hendak melakukan reshuffle kabinetnya, sebaiknya harus mempertimbangkan dua hal. Pertama, reshuffle dipertimbangkan dari evaluasi terhadap kinerja seorang menteri, dan mempertimbangkan respon masyarakat. kedua, pemerintah harus memperoleh jalan tengah untuk mengakomodasi kepentingan politik dan kepentingan publik.

 

Pekerjaan terbesar pemerintah saat ini adalah bagaimana cara meyakinkan kepada masyarakat luas bahwa segala bentuk kebijakan yang sedang dan akan dijalankan adalah untuk membangun perekonomian yang kuat dan mengarah kepada kemandirian ekonomi. Tanpa respon positif masyarakat, niscaya pemerintah dapat menjalankan semua program dan visi misi nya dengan baik. Revolusi mental yang menjadi fondasi dari bangunan kebijakan pemerintah Jokowi harus mampu diterjemahkan dengan baik oleh pemerintah, dan terpenting lagi dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. Jika hal itu tidak terjadi maka visi untuk melakukan revolusi mental itu akan berhenti dan hanya menjadi sebatas slogan semata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun