[caption id="attachment_410807" align="aligncenter" width="650" caption="Jokowi (riaumandiri.co)"][/caption]
Kali ini saya tidak akan mengajak teman-teman berdiskusi soal politik, ekonomi, atau hal-hal lainnya yang memberatkan. Namun saya akan mengajak teman-teman melihat kebiasaan Aneh Presiden kita bapak Jokowi. Dalam berbagai wawancara beberapa kali Jokowi mengatakan kekagetannya dalam menanggapi berbagai peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini. Berikut adalah beberapa hal kekagetan Jokowi:
1.Jokowi Kaget tiba-tiba dua WNI di eksekusi.
Hal mengherankan bagi saya pribadi adalah, bagaimana bisa seorang Presiden yang dilengkapi seabrek kementerian dari kementerian luar negeri, kedutaan besar, hingga Badan khusus yang menangani TKI (BNP2TKI) ini sampai kaget dan tidak tau bahwa ada dua warga negaranya yang telah di eksekusi mati di negara lain. Sejatinya kekagetan pak presiden ini mengherankan, dan ceroboh menurut saya. Entah itu hanya cara Jokowi mengkamuflase atau memang beliau benar-benar tidak tau. Jika itu hanya sebuah kamuflase untuk menghindari panjang lebar pertanyaan wartawan tentu bisa dimaklumi, namun jika benar bahwa Jokowi tidak mengetahuinya, berarti sudah bisa dipastikan betapa amburadulnya manajemen komunikasi jajaran pemerintahan Jokowi ini.
Indikasi lain dari ketidak tahuan Jokowi atas persoalan itu, bisa jadi orang-orang dilingkaran Presiden hanya melaporkan hal-hal yang indah-indah saja atau biasa disebut ABS (asal bos senang). Jika orang-orang disekitaran Jokowi bertindak ABS maka celaka lah negeri ini, karena Jokowi akan selalu terlambat dalam membuat keputusan disaat masyarakat telah terlanjur menderita.
2.Jokowi Kaget Harga Beras Belum Turun
Ketika Presiden Jokowi melakukan tinjauan secara langsung ke pasar-pasar (blusukan) sempat terjadi perbincangan antara dirinya dengan seorang pedagang beras di pasar tersebut. ketika ditanya Jokowi, berapa harga beras sekarang? Pedagang tersebut menjawab Rp12.000 perliter. “ah masak? Tanya Jokowi kepada Pedangan tersebut. Pertanyaan Jokowi tersebut menandakan bahwa selama ini Jokowi tidak mendapatkan informasi yang akurat terhadap keseluruhan implementasi berbagai kebijakan dalam pemerintahannya.
Sebagaimana ketidak tahuan Jokowi terhadap eksekusi WNI diatas, hal yang sama terhadap harga beras, kekhawatiran yang sama jika lingkaran Jokowi ini menyembunyikan dan informasi-informasi penting perihal nasib rakyatnya, akan berdampak tidak baik bagi pemerintahannya sendiri. Dalam hal membela nasib rakyat, sepertinya jokowi telah kehilangan rasa empatinya, berbeda jauh ketika beliau menjabat sebagai walikota, dan gubernur.
Dihawatirkan, jika laporan yang disampaikan kepada Presiden hanya sebatas diatas kertas perihal kebijakan yang hanya sebatas laporan analisa statistika tanpa memperhatikan situasi kongrit dilapangan, pada saatnya nanti akan menyulitkan Jokowi sendiri.
3.Presiden Jokowi Terkejut KPK tetapkan Budi Gunawan ditetapkan sebagai tersangka
Hal yang mengelikan selanjutnya adalah tentang ketidak tahuan Jokowi bahwa calon Kapolri yang diajukan kepada DPR untuk dilakukan uji fit and proper test, ternyata menjadi tersangka oleh KPK. Pertanyaan yang sangat mendasar adalah, bagaimana mungkin seorang Presiden tidak mengetahui calon Kapolrinya akan ditetapkan menjadi tersangka. Entah Jokowi “guyon” ataukah memang benar-benar tidak tahu. Jika ternyata Jokowi tidak tahu betapa amburadulnya manajemen informasi dalam pemerintahan Jokowi. KPK yang merupakan lembaga tinggi bagaimana bisa tidak melaporkan kepada Jokowi perihal penetapan tersangka tersebut.
kendati Budi Gunawan barulah calon Kapolri, namun dia adalah calon pejabat tinggi negara, sudah seharusnya KPK melakukan komunikasi dengan Presiden perihal penetapan tersebut agar Jokowi tidak salah mengangkat orang. Pun jika KPK bertindak sendiri tanpa koordinasi, lantas tim kepresidenan yang bertugas menghimpun berbagai informasi-informasi penting yang akan disampaikan kepada Presiden kenapa tidak memberitahukan? Sungguh ini sebuah kecelakaan dalam manajemen pemerintahan Jokowi.
Berkaca dari berbagai peristiwa kekagetan Jokowi atas berbagai hal yang menyangkut implementasi, informasi, dan komunikasi penting bagi Jokowi dan Kabinetnya untuk kembali melakukan evaluasi secara komprehensif. Bagi kita rakyat yang berada berjarak sangat jauh, tidak mungkin setiap hari kita akan menulis surat terbuka kepada Presiden untuk meneriakkan berbagai persoalan yang terjadi di masyarakat.
Tidak mudah bagi Jokowi untuk merevolusi mental bangsa ini. Sebuah revolusi tidak penting hanya membuat sebuah kebijakan-kebijakan dan menabrak kebudayaan dan kebiasaan untuk memuluskannya. Terpenting adalah seberapa efektif kebijakan itu dapat mengubah mental - budaya dan apakah sudah sesuai sasaran yang telah diharapkan. Layaknya ketika pemerintah hendak mengimplementasikan sebuah kebijakan terutama yang bersentuhan langsung dengan hajat hidup masyarakat, hendaknya melakukan sebuah survey ambang batas kemampuan masyarakat dan seberapa efektif kebijakan itu dapat dijalankan.
Menurut saya, rakayat Indonesia ini sudah terlalu baik kepada pemimpinnya. Ketika diombang-ambingkan dengan harga bahan bakar yang tidak menentu, subsidi dicabut, biaya hidup yang semakin menjerat, dan penghasilan yang semakin kesini tergerus oleh kenaikan berbagai komponen biaya, namun masih bisa bersabar, dan masih memberikan kepercayaan kepada pemimpinnya. Ditambah lagi dengan ketidak berimbangnya antara pungutan negara berupa pajak dan retribusinya dibanding kompensasi yang diberikannya, rasanya pemerintah belum mampu membayar pengorbanan rakyat, dan mensejaterakannya.
Jika situasi ini terjadi di negara lain, bukan tidak mungkin akan membuat situasi semakin chaos dan semakin tidak menentu. Harapan terbesar bagi kita saat ini tidak muluk-muluk kepada pemerintah. pemerintah hendaknya memiliki since off crisis terhadap situasi yang sedang dirasakan rakyat saat ini. Kita rakyat harusnya mendaptkan perlakuan yang layak sekaligus adil. Kita hidup di negara ini tidaklah gratis, ada kewajiban-kewajiban yang telah dipenuhi kepada negara, hendaknya negara pun harus memperhatikan nasib dan kesejateraan rakyatnya. kita menyadari bahwa berbeda rezim berbeda pula gaya kepemimpinannya, namun jangan melunturkan keyakinan kami kepada Pemerintah terpilih atas visi dan misi yang telah disampaikan saat kampanye dulu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H