Mohon tunggu...
Lilik Agus Purwanto
Lilik Agus Purwanto Mohon Tunggu... karyawan swasta -

belajar, belajar, mari terus belajar follow twitter: @aguslilikID web: http://aguslilik.info

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Di Blokir Atau Tidak Situs Radikal Akan Ditinggal Peminat

7 April 2015   10:20 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:26 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_408303" align="aligncenter" width="500" caption="satu indonesia (goal.com)"][/caption]

Beberapa hari ini kita disibukkan dengan pro dan kontra atas pemblokiran situs radikal, hingga mematik perbincangan hangat para pakar dan tokoh masyarakat perihal ini. Sengaja saya pergunakan “bahasa  “Situs Radikal” dan Bukan “Situs Islam”, karena dari sisi pengertian antara radikal dan islam itu berbeda. Jika sahabat-sahabat yang kontra terhadap pemblokiran selalu bicara situs islam situs islam, maka saya kurang setuju. Nyatanya tidak semua situs yang memiliki konten islam tidak di blokir kok.

Berjalannya waktu, dan karakteristik masyarakat Indonesia, saya berkeyakinan bahwa situasi kebangsaan yang dirundung persoalan radikalisme ini hanyalah sebuah proses transformasi menuju kedewasaan dalam berbangsa kita. Tidak mudah kita akan dipecah-belah, dan diprovokasi. Bangsa ini sedang menuju kearah dan level berbangsa lebih tinggi dan lebih beradab lagi. Sebagaimana upaya pemberontakan DI/TII ataupun upaya penyebaran komunisme di Indonesia, semuanya hanya menjadi bagian dari sejarah yang telah ditinggalkan dan mendewasakan.

Sebagai manusia Indonesia, yang sejak lahir hidup di Indonesia, makan di Indonesia, sekolah di Indonesia, dan besar di lingkungan Indonesia. Saya memiliki keyakinan bahwa radikalisme yang kini dihawatirkan banyak pihak tidak akan lama berada di Indonesia dan akan berlalu begitu saja. Bangsa Indonesia sejak dulu telah kaya pengalaman. Sejak jaman dahulu kala, kita selalu dihadapkan dengan sebuah tantangan-tantangan radikalisme, perpecahan, dan berbagai hal yang mengancam disintegrasi bangsa.

Dengan ciri toleransi, dan kekhasan yang dimiliki Indonesia kemajemukan dalam berbagai hal mulai dari, suku, bahasa, agama, dan keyakinan lainnya membuktikan kita mampu berdampingan dengan baik. Sejarah panjang yang dilalui bangsa ini tidaklah sederhana, dari mulai jaman Sriwijaya, Majapahit, Kesultanan Demak, hingga kini Indonesia ada, kita selalu berhadapan dengan perpecahan, namun buktinya sampai hari ini kita masih utuh dan tetap bersatu dalam keindonesiaan.

Inilah bangsa Indonesia yang kita punya, jika ada segelintir orang yang memiliki ideologi dan berkeinginan untuk merubah model bangsa kita yang penuh toleransi, damai, saya kira tidaklah akan berumur panjang. Pancasila yang merupakan hasil konsensus bersama yang dilandasi kesadaran saling toleransi menghargai perbedaan satu sama lain, terus menerus diuji kemampuannya, dan terbukti hingga kini mampu bertahan. Buktinya, goncangan politik peristiwa 30 September 1965 membuktikan ideologi komunis pun tidak mampu mengeser keberadaan pancasila, kendati telah menguasai seluruh lini kehidupan dan organisasi.

Saat ini Pancasila kita tengah diuji oleh segelintir orang yang berkeinginan mengganti Pancasila dan system ketatanegaraan kita dengan Khilafah dan lainnya, baik melalui Jalan Politik kepartaian, Parlemen Jalanan seperti HTI, dan model ISIS dengan mempengaruhi cara pandang dalam melihat konsep ketatanegaraan. Ujian ini akan menjadi bukti kedewasaan bangsa dan rakyat Indonesia dalam mempertahankan bangsa ini dari rong-rongan pihak luar.

Dalam era digital seperti sekarang ini, penyebaran informasi dan segala jenis propaganda melesat dan menyebar dengan derasnya. Wal hasil banyak sekali generasi muda kita yang tidak mengerti asal usul bangsa ini dan dari apa bangsa ini dibangun, dengan mudahnya bertekad untuk merubah bangsa ini dengan ideologi yang mereka yakini kebenarannya meski itupun belum tentu benar.

Kuat dan tidaknya pengaruh perubahan ini tergantung kepada bangsa dan rakyatnya sendiri. Segelintir orang yang berteriak-teriak dijalanan setiap hari dengan menyuarakan khilafah-khilafah sesungguhnya mereka tidak tau, bahwa pancasila ini adalah produk ulama pendiri bangsa yang telah berikhtiar mendekatkan sedekat mungkin dengan pola kepemimpinan Nabi Muhammad SAW yang penuh rahmatan lil alamin. Mereka yang kekeuh tidak mau hormat kepada bendera merah putih ketika dikibarkan dalam upacara, mereka tidak sadar mereka makan dibumi mana, dan orang tua mereka bisa membesarkan mereka dengan pendidikan yang baik dibelahan bumi mana.

Sepertinya mereka ini tidak memiliki rasa terima kasih sedikitpun terhadap jerih payah para pemimpin dan pendahulu bangsa. Mereka hanya bisa menuntut dan menuntut saja. apapun agama dan keyakinanmu, ingat kita ini orang Indonesia, yang makan, minum, tidur, menghirup udara, dan berinteraksi di belahan bumi yang bernama Indonesia. Tentunya kita sadar bahwa bangsa ini bukan miliki orang islam, Kristen, katolik, hindu, budha atau konghuchu, namun bangsa ini miliki kita bersama yang bernama Indonesia dengan kompleksitasnya.

Mari berindonesia dengan baik dan bijaksana.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun