Mohon tunggu...
Lilik Agus Purwanto
Lilik Agus Purwanto Mohon Tunggu... karyawan swasta -

belajar, belajar, mari terus belajar follow twitter: @aguslilikID web: http://aguslilik.info

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

[Salah] Paham ISIS

13 Maret 2015   11:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:43 827
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_402495" align="aligncenter" width="600" caption="sumber: 5newsonline.com"][/caption]

Geliat Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS) yang semakin menarik perhatian simpatisan untuk bergabung dengan ISIS dan banyaknya warga negara Indonesia (WNI) yang bergabung didalamnya ternyata menyisahkan pekerjaan rumah bagi Pemerintah. Kenyataan yang terjadi saat ini bahwa sudah hampir lebih dari 100 orang warga negara Indonesia telah bergabung dengan ISIS, dan hal ini tidak boleh diabaikan. Pola recruitment yang semakin massif melalui berbagai media seperti youtube, facebook, twitter, dan media sosial lainnya nampaknya banyak menarik perhatian. Bahkan kecerdikan mereka dengan mengunakan jasa travel untuk memobilisasi simpatisannya tidak mampu diantisipasi oleh aparat negara termasuk badan intelijen negara (BIN) didalamnya.

Kejadian terakhir dengan menghilangnya 16 WNI rombongan travel ke turki yang dikabarkan juga bergabung dengan ISIS, menjadi hal yang mengagetkan sekaligus bentuk kecerobohan aparat keamanan terutama BIN dalam menangulangi dan mengantisipasi persoalan itu. Harusnya jika aparat serius melihat ISIS sebagai ancaman, pastinya telah ada upaya-upaya penangulangan yang efektif untuk mencegah mobilisasi WNI untuk bergabung kepada ISIS.

Mudahnya ISIS dalam menarik simpatisan tidak terlepas dari pertarungan hegemoni ideologi yang saat ini tengah berlangsung. Masifnya pertarungan ideologi liberal dengan sosialis melalui kran-kran media dan globalisasi, memudahkan menanamkan pengertian bahwa pentingnya sebuah pertarungan peperangan untuk memberhangus antara ideologi satu dengan yang lainnya.  Indonesia yang kini tengah berada dalam situasi demokrasi yang cenderung mengarah kepada kebebasan membuka kemungkinan masuknya banyaknya faham-faham baik itu liberal, sosialis, sampai pada radikal yang notabene jauh dari kepribadian bangsa sebagaimana termaktub dalam pancasila. Generasi muda yang tengah memiliki semangat idealisme yang mengelora seakan-akan larut dalam tarik menarik hegemoni pertarungan ideologi tersebut. keberadaan Pancasila dianggap tidak relevan lagi dalam mengatur pranata kehidupan bangsa, dan cenderung berfikir untuk merubah Pancasila dengan model ideology yang mereka fahami kebenarannya.

Jati diri masyarakat Indonesia sejatinya masih jauh dari cara-cara ISIS dalam memandang islam. Islam yang dikembangkan di nusantara ini sejatinya adalah islam yang toleran dalam memandang sebuah perbedaan. Islam Nusantara yang kita miliki sejatinya adalah cara pandang sebuah agama dalam mewujudkan sebuah pranata sosial masyarakat yang beradab dan damai.

Pandangan Jihad yang di denggung kan oleh ISIS nampaknya masih prematur dan jauh dari sebuah kenyataan islam yang rahmatan lil alamin. Pandangan Jihad adalah perang sebagaimana yang dipegang teguh oleh ISIS sejatinya masih bermakna sempit dan parsial. Islam hadir sejatinya adalah upaya pembangunan ahlaq dan kepribadian yang memanusiakan manusia, dan bentuk jihad yang sebenarnya adalah menegakkan kalimat Allah SWT dan membangun sebuah peradaban yang lebih baik dengan nilai-nilai yang ada dalam Al Qur’an dan Hadist. Jalan Jihad dalam bentuk perang sejatinya hanyalah sebagai salah satu “cara” yang ditempuh dari sekian banyak model jihad yang ada, bila mana upaya jihad secara damai dan berperadaban menemui jalan buntu.

Dalam sejarah masa pengenalan Islam kepada umat manusia, Rassullah Muhammad SAW selalu mengedepankan cara-cara penanaman ahlaq dan kemuliaan serta jalan kasih sayang dalam penyebaran Islam dan bukan dengan jalan pedang yakni perang.

Untuk mengantisipasi berkembangnya ISIS di Indonesia diperlukan keseriusan oleh banyak kalangan, baik oleh Aparatur Pemerintah, Organisasi Massa, dan Masyarakat. semua pihak harus secara bersama-sama membangun pemahaman bahwa apa yang di serukan oleh ISIS merupakan sebuah pertarungan Politik Internasional dan tidak memiliki hubungan yang secara langsung dengan Agama tertentu. Pertarungan ISIS ini tidak lebih hanyalah pertarungan Ideologi untuk membangun kekuasaan dengan tujuan menguasai dunia sebagai mana misi Al Qaeda dan lainnya. Jika kita larut dalam pola permainan yang dikembangkan oleh ISIS bisa jadi kita secara tidak sadar bahwa bangsa kita telah sedikit demi sedikit tengah dibawah pengaruh ISIS dan lambat atau cepat, pertarungan ISIS yang kini terjadi di negara-negara timur tengah akan terjadi di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun