Mohon tunggu...
Lilik Agus Purwanto
Lilik Agus Purwanto Mohon Tunggu... karyawan swasta -

belajar, belajar, mari terus belajar follow twitter: @aguslilikID web: http://aguslilik.info

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Sampai Kapan Pun Ahok Akan Diincar

27 Maret 2015   13:09 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:55 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Alih-alih kasus dana siluman APBD DKI yang kisruh karena dana siluman dengan nilai yang fantastis, kembali Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dikeroyok rame-rame. Ahok yang sebelum kejadian ini juga telah dikepung oleh beberapa ormas karena penolakan atas pelantikannya menjadi gubernur DKI menggantikan Jokowi yang telah resmi menjadi presiden RI. Lantas apa yang sebenarnya diinginkan mereka atas Ahok.

Ketika melihat fenomena derasnya penjegalan Ahok ini, saya teringat sosok KH. Abdurrahman Wahid Presiden ke-4. Kisahnya hampir mirip Ahok. Sosok Kyai yang akrab dipanggil Gus Dur ini juga mengalami hal yang sama ketika beliau diturunkan oleh lawan politik karena proses impeachment. Gus Dur dipaksa turun dari jabatannya, dikarenakan statement-statement-nya yang banyak membuat banyak pihak panas telingganya, tidak terkecuali para anggota DPR-RI kala itu. Tentunya kita masih mengingat satu statement Gus Dur “anggota DPR seperti taman kanak-kanak” sontak membuat orang seisi Senayan panas telingga. Lantas kemudian mencari segala cara untuk menurunkan Gus Dur dari kursi kepresidenannya, dan masih banyak lagi statement panas yang dilemparkan ke publik.

Serupa dengan Ahok, akhir-akhir ini Ahok sering sekali berbicara lantang dan cenderung keras, entah karena perangainya yang keras atau karena persoalan di DKI sendiri sedemikian banyaknya, hingga harus menggunakan cara-cara seperti itu untuk mempercepat proses pembenahan DKI yang memang kita ketahui sendiri sudah akut banyak persoalan.

Penulis mungkin bagian dari sekian banyak orang yang menyetujui kerasnya Ahok dalam membenahi Jakarta. Sikap tanpa kompromi yang ditunjukkan Ahok ini seakan memberikan angin segar dan bentuk cara untuk kembali membangun kepercayaan warga DKI kepada pemimpinnya yang telah lama memang diacuhkan.

Jika diamati kenapa Ahok sampai seperti itu, saya kira memang bukan tabiat Ahok sesungguhnya. Sifat meledak-ledak itu saya kita adalah sebuah akumulasi ketika seseorang yang idealis yang sedang mencari cara untuk melakukan pembenahan secara menyeluruh. Kita bisa melihat banyaknya persoalan di DKI yang sedemikian komplek, dan cenderung sudah akut ini harus diselesaikan dalam jangka waktu kurang lebih 5 tahun pada masa kepemimpinannya, suatu hal yang mustahil bisa melakukan cara-cara pembenahan sedemikian singkat. Serupa dengan yang dilakukan oleh Gus Dur, tugas yang diemban oleh Gus Dur kala itu juga berat, setelah 32 tahun negara dipimpin oleh cara kepemimpinan yang diktator, kemudian seketika harus terjadi transformasi menuju demokrasi yang banyak menuntut sebuah kebebasan dan transparansi, tidak ada cara lain bagi Gus Dur pada waktu itu, yakni dengan menembakkan peluru-peluru tajam terhadap sasarannya. Dengan harapan bahwa jika persoalan telah mengelinding ke publik, mau tidak akan dipantau publik dan harus segera diselesaikan.

Dalam hal Ahok ini, penulis berkeyakinan bahwa selama Ahok berjuang dalam melakukan pembenahan di DKI akan banyak pihak yang merasa dirugikan, terutama orang-orang yang telah nyaman menikmati alur dan mengemplang uang negara pasti akan terus menjadi bulan-bulanan lawan politiknya, sampai Ahok benar-benar tersingkir dari kursi gubernur. Kasus dana siluman APBD ini hanyalah satu dari sekian banyak trik dari cara menguras dana negara, bisa dipastikan banyak modus lainnya, yang akan ketahuan lambat laun pada saatnya nanti.

Kita sebagai masyarakat, baik yang berada di Jakarta maupun di luar Jakarta tentu merasa ironis. Ketika muncul seseorang yang berani melakukan apa pun demi sebuah pembenahan bangsa ini selalu saja muncul penghalang-penghalang yang tidak menginginkan keberadaanya untuk berdiri membawa perubahan. DKI sejak dipimpin oleh Ahok memang kita rasakan banyak mengalami perubahan-perubahan dari sisi birokrasi, dan tata kelolanya. Memang untuk melakukan sebuah perubahan tidaklah mudah seperti membalikkan telapak tangan. Perubahan terhadap tata kelola yang telah berjalan, akan lebih sulit dari membangun sebuah sistem yang benar-benar baru. Selain persoalan birokrasi, ada hal yang terpenting, yakni mentalitas yang telah nyaman terhadap sistem berjalan.

Mentalitas inilah bagian yang sangat sulit diubah, karena akan berpengaruh terhadap seluruh lini aspek. Tugas terberat Ahok saat ini adalah berperang melawan mentalitas korup dan birokrasi yang telah nyaman begitu lama, kasarnya Ahok mencoba mengulik pundi-pundi bangunan mercusuar korup yang telah menjamur.

Sikap keras dan cenderung kasar Ahok tentunya semua tidak kita kehendaki, namun  apa dikata, jalan inilah yang harus ditempuh. Hal yang harus dikurangi oleh Ahok adalah kata-kata kotor yang keluar dari dirinya, yang memang itu tidaklah baik bagi pendidikan masyarakat. Bagi seorang pemimpin hal yang terpenting adalah sikap tegas dalam menyelesaikan persoalan, sedikit bicara banyak kerja mungkin hal yang layak dilakukan oleh Ahok saat ini. Penulis berharap semua pihak juga harus melihat secara jauh ke depan atas apa yang dilakukan oleh AHok saat ini. Akan ada keuntungan yang besar bagi bangsa ini jika kerasnya Ahok ini nantinya akan memunculkan sebuah budaya baru dalam tata kelola birokrasi kita, dan tentunya itu akan membawa banyak keuntungan bagi perjalanan bangsa ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun