Mohon tunggu...
Lilik Agus Purwanto
Lilik Agus Purwanto Mohon Tunggu... karyawan swasta -

belajar, belajar, mari terus belajar follow twitter: @aguslilikID web: http://aguslilik.info

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Angin Surga Marketing Asuransi Bikin Orang Kapok

26 Maret 2015   18:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:57 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_405543" align="aligncenter" width="600" caption="asuransi (posronda.net)"][/caption]

Kringg…Kring… Telepon berdering nomor tidak dikenal selalu mampir disorean hari, kerap saya alami hal ini, bahkan hampir dua hari sekali. Para marketing Asuransi itu nampaknya sangat pandai menghafal nama saya dengan lengkap beserta alamat saya. Entah dari mana mereka tau, terkadang saya berfikir dan menaruh curiga, jangan-jangan identitas saya telah meluas tersebar seantero jagad. Dengan bahasa dialektika ala marketing saya dipaksa untuk mendengarkan berbagai penawaran paket asuransi saya berikut kemudahan cara pembayaran premi melalui kartu kredit, berikut bagaimana kemudahan klaim jika saya sakit ataupun terkena musibah.

Tidak mengherankan memang, saya yakin bahwa pembaca pun pasti mengalami hal yang sama dengan saya. Beberapa kali saya mencoba menjelaskan bahwa kami telah dicover oleh Perusahaan dimana kami bekerja dengan system reimbushment dan saya rasa itu sudah cukup, namun terus saja mereka merayu dan mencoba membujuk saya untuk mengikuti asuransi yang mereka tawarkan dengan iming-iming bisa doble claim.

Itulah sekelumit cerita harian saya yang berhubungan dengan penawaran asuransi yang tidak pernah lelah menawarkan produknya. Lantas apa penting asuransi dan apa yang kita peroleh dengan asuransi tersebut?

Ada tiga jenis asuransi yang saya ketahui. Pertama, adalah asuransi kesehatan, kedua asuransi investasi terkadang disebut asuransi dana pensiun, dan yang terakhir adalah asuransi perlindungan bagi barang seperti kendaraan atau rumah kebakaran.  Disini saya coba untuk menguraikan apa yang saya alami tentang asuransi-asuransi tersebut diatas.

Mengenai urusan kesehatan, sampai saat ini saya tidak pernah mengalami persoalan, hal itu dikarenakan sebagai karyawan, paket perlindungan kesehatan telah menjadi satu paket benefit dari penghasilan saya. Meskipun dengan sistem reimbushment yang ditangani oleh perusahaan partner, kami rasa itu sudah cukup terpenting bagi saya adalah kenyaman dan tidak kawatir lagi jika sewaktu-waktu harus berkunjung ke dokter.

Saya mengunakan asuransi adalah untuk kendaraan, dan itupun karena satu paket asuransi all risk yang dipersyaratkan oleh perusahaan leasing kendaraan. Sampai dengan saat ini saya merasakan enak dan tidak enaknya pake asuransi kendaraan. Enaknya adanya kenyamanan dalam mengunakan kendaraan tanpa takut nanti jika tergores dan terbentur saya harus klaim kemana. Namun tidak enaknya adalah, ketika saya mengklaim asuransi. Pelayanan yang diberikan tidak seramah ketika mereka menawarkan jasa asuransinya. Saya harus rela untuk tidak menaiki kendaraan saya selama seminggu karena kendaraan nongkrong dibengkel untuk diperbaiki. Kendati yang saya tau dibengkel-bengkel kendaraan yang dikerjakan dengan tidak mengunakan asuransi satu hari pun sudah selesai pekerjaan poles kendaraan, itu untuk goresan dan benturan kecil. Pengalaman teman saya juga demikian, ketika kendaraannya mengalami kerusakan agak lumayan parah pada bemper depan, perbaikannya hampir memakan waktu satu bulan. Pemikiran saya, hal ini tidak logis, berapa lama sih memperbaiki benturan kok sampai satu bulan.

Kembali lagi kepada pengalaman saya ketika klaim asurnasi kendaraan, pada saat terjadi insiden body kendaraan saya penyok dan tidak berselang lama saya diminta untuk memfoto kendaraan saya, dan mengirim kepada mereka. Setelah itu mereka menyampaikan bahwa kendaraan akan diperbaiki dan setelah melakukan analisa bahwa bemper kendaraan saya itu harus diganti dengan bemper baru, karena tidak bisa hanya sekedar di dempul, dan satu lagi butuh waktu sekitar satu minggu untuk memperbaiki kendaraan saya dan menginap di bengkel.

ketika kendaraan beres dibenahi, kemudian saya melakukan check body ternyata masih saja tidak presisi pada bodi semula, kemudian saya komplain ke bengkel, argumentasi bengkelnya bilang bahwa seperti ini kemauan pihak asuransi, dan saya kembali bertanya, kemauan seperti apa? Ketika mengalami insiden, pihak asuransi menyampaikan kepada saya bahwa body kendaraan saya ini harus diganti total, karena sudah tidak bisa dipoles, kenapa sekarang cuma dipoles? Pihak bengkel berkilah itu kemauan asuransinya. Akhirnya, tanpa basa-basi saya sedikit emosi dan langsung telepon ke kantor pusat bahwa pihak asuransi sudah membohongi saya, dan saya tidak terima serta menuntut ganti rugi seperti kesepakatan semula, jelas saya kepada manajer klaim. Dengan tergopoh-gopoh mereka lantas koordinasi, entah apa yang terjadi pihak asuransi dicabang tempat saya klaim telepon saya dan siap untuk memperbaiki dan menganti bemper kendaraan saya dengan yang baru, dan itupun harus nginep lagi sekitar dua minggu.

Kejadian yang saya alami diatas mengambarkan bahwa buruknya pelayanan asuransi kita, mereka hanya mementingkan jualan produk tanpa memperhatikan pelayanan yang baik. Padahal, baik dan tidaknya asuransi itu tergantung pada kualitas pelayanan kenyamanan yang diberikan kepada konsumen.

Nah beda cerita dengan asuransi model kedua, yakni asuransi investasi atau sering juga disebut asuransi dana pensiun atau pertangungan pendidikan. Ketika kita telah terdaftar sebagai nasabah asuransi tersebut, sudah barang tentu ada kewajiban premi yang harus kita bayarkan setiap bulan. Tidak masalah dengan pembayaran premi tersebut, karena ketika kita mengambil keputusan untuk membeli produk asuransi tersebut sudah jelas ada kewajiban pembayaran premi yang akan dipotong dari rekening kita setiap bulanya, ataupun kita bayarkan secara tunai kepada mereka.

Pengalaman orang tua saya ketika mengikuti asuransi dana pensiun dan jaminan pendidikan, hal yang sama dialami orang tua saya adalah pelayanan yang buruk dari pihak asuransi, serta banyak kebohongan-kebohongan yang tidak sesuai dengan apa yang mereka sampaikan ketika merayu kami menjadi nasabahnya. Sulitnya prosedur pencairan dan lamanya pencairan bukan menjadi barang baru. Hampir rata-rata peserta asuransi merasa dibohongi oleh pihak asuransi. Ketika pencairan, dana yang sebagaimana fantastis dijanjikan oleh mereka ternyata hanya isapan jempol. Penjelasan-penjelasan birokrasi ala korporasi yang cenderung menjadikan nasabah tidak mengerti, dan hanya berkata iya, iya saja, beda ketika mereka mengajak kita berasuransi, wal hasil dana yang mereka harapkan fantastis ternyata hanya isapan jempol belaka, dengan dalih kemarin itu hanya simulasi, meminjam kata-kata Ahok, simulasi emak lu.

Begitulah sekelumit kecewanya berasuransi di Indonesia, Perusahaan asuransi belum mampu menghadirkan pelayanan yang prima dan simpatik kepada nasabahnya, dan kecenderungan banyak yang membuat kapok. Padahal sebagai perusahaan jasa asuransi, hal terpenting bagi mereka adalah pelayanan yang baik kepada nasabahnya, karena kedepan prospek asuransi sendiri akan menjadi lebih baik lagi sejalan dengan tingkat kesadaran masyarakat. Perusahaan asuransi harus mampu bertransformasi dalam hal pelayanan, jika tidak saya bisa pastikan akan ditinggal masyarakat.

Kini banyak produk-produk asuransi yang menawarkan angin surga bagi calon nasabahnya, saran saya hentikan kebohongan itu, dan katakan apa adanya saja. Lebih baik berbicara jujur dan apa adanya, dibanding membual kemudian nanti juga akan merugikan perusahaan karena ditinggal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun