Mohon tunggu...
Agus Kusdinar
Agus Kusdinar Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta/Content Creator/Exclusive Writer Narativ On Loc Desa Wisata/SWJ Ambassador 2023

Banyak Menulis tentang Humaniora

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Apa yang Terjadi Jika Cukai Rokok Naik?

6 November 2022   21:06 Diperbarui: 6 November 2022   21:52 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rokok merupakan sesuatu hal yang menyenangkan bagi perokok apalagi bagi perokok berat yang tak kenal merk rokok yang penting merokok meskipun tidak punya uang, mereka bisa membeli rokok murah atau beralih merokok tembakau selagi tidak punya uang, karena menurut perokok, rokok adalah teman ketika melakukan disela-sela aktivitas terutama pekerjaan untuk menghilangkan rasa ngantuk juga jenuh, dan sebagian orang menganggap dengan merokok cara berpikir dalam menyelesaikan pekerjaan akan lebih gampang karena otak terasa lancar.

Merokok tidak baik untuk kesehatan sangat terbukti secara medis bahkan perusahaan rokok menempelkan gambar dan tulisan tentang bahaya merokok di dus rokok, tetapi hal itu tidak mengurangi para pecandu rokok untuk berhenti merokok meskipun tahu bahwa merokok itu tidak baik untuk kesehatan.

Rencana menaikan Cukai Rokok bertujuan untuk mengurangi perokok anak (usia 10-18 tahun) menjadi 8,7 persen, hal ini menurut saya tidak akan mempengaruhi menurunnya perokok anak, karena banyak solusi untuk membeli rokok murah baik yang legal maupun ilegal atau beralih ke tembakau langsung membeli dari petani dengan harga terjangkau.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2020-2024 (RPJM) untuk menurunkan perokok pada anak hal ini pemerintah pun menyadari bahwa kenaikan cukai rokok bukan solusi dalam menurunkan perokok anak seakan pemerintah tidak bisa berbuat banyak atas fenomena perokok anak, karena para produsen bersiasat untuk menghadirkan rokok-rokok murah, terbukti setiap kenaikan harga rokok banyak rokok murah yang beredar baik yang legal maupun ilegal.

Saya sebagai perokok berat dan menganggap rokok itu sangat berbahaya bagi kesehatan tetapi saya sangat membutuhkannya, karena sudah beberapa kali mencoba untuk tidak merokok tidak bisa berhenti, bahkan menghambat pekerjaan dan aktifitas sehari-hari, hal ini saya jujur akan mencari solusi dengan rokok murah, karena menurut saya rokok itu berbahaya untuk kesehatan, dan saya berusaha untuk tidak merokok meskipun belum bisa meninggalkannya sampai sekarang.

Cara efektif untuk menurunkan perokok pada anak menurut saya bukan menaikan cukai rokok, tetapi pemerintah harus memberantas rokok ilegal karena harganya cukup murah, berarti intinya pemerintah harus benar-benar memperhatikan penyebaran rokok, sehingga mempermudah anak untuk mendapatkan rokok ilegal dengan harga yang sangat terjangkau apalagi rokok tersebut dapat diketeng.

Membuat aturan rokok dengan dijual perbungkus tanpa diketeng perbatang di warung-warung  itu juga merupakan solusi untuk menekan perokok selain penyebaran rokok ilegal yang sangat merugikan pemerintah juga pengusaha rokok legal sehingga meningkatkan volume jumlah rokok dimasyarakat.

Foto: CNN Indonesia
Foto: CNN Indonesia
Mudahnya mendapatkan rokok karena banyaknya rokok tersebar akibat kurang kontrol pemerintah atas penyebaran rokok ilegal ini merupakan bagian dari meningkatnya perokok pada anak meskipun ada hal-hal lain yang menyebabkan meningkatnya perokok pada anak misal beralih ke tembakau yang langsung bisa didapat dari petani atau membeli roko ketengan yang cukup murah yang bisa didapatkan di warung-warung. Hal ini menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk membuat aturan baru bukan menaikan Cukai Rokok, karena terkesan pemerintah hanya ingin mndapatkan keuntungan saja dari penghasilan Cukai Rokok, ini akan menjadi pertanyaan di masyarakat, bahkan sebagian orang menilainya bukan untuk menekan jumlah perokok.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun