Mohon tunggu...
Agus Firman
Agus Firman Mohon Tunggu... pegawai negeri -

pokonamah kasep we lah. Titik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jual Seragam Koq Maksa, Pliss Donk Ah!

14 Juli 2012   01:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:58 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua hari yang lalu saya melihat tetangga yang juga masih kerabat tersenyum karena anaknya lolos ke salah satu SMP Negeri di Kabupaten Cianjur. Ia begitu gembira, karena setidaknya ia tidak akan terbebani banyak biaya untuk sekolah anaknya. Kemarin pagi pun ia berkunjung ke rumah, meminta beberapa atribut bekas keponakan saya, karena kebetulan keponakan saya baru saja lulus dari sekolah tersebut. Sore hari nya, senyuman itu nyaris hilang dari wajahnya, berganti kebingungan. Selidik punya selidik, ternyata sekolah mewajibkannya membeli berbagai seragam dan atribut sekolah dari koperasi sekolah senilai Rp. 500.000 lebih. Padahal ia telah menjelaskan, bahwa beberapa barang, seperti topi, dasi dan atribut sudah ia dapatkan dari tetangganya. Namun, pihak koperasi sekolah tetap keukeuh memaksa ia untuk membelinya. Dengan lesu, ia meminta pihak sekolah untuk memberinya waktu, karena baginya uang 500 ribu bukanlah uang kecil yang bisa didapatkan dengan menggesek kartu ATM.

Lebih parahnya, ternyata harga barang barang (seragam dan atribut) yang diwajibkan untuk dibeli dari koperasi sekolah terbilang mahal. Tetangga saya di atas sebetulnya sudah membeli celana putih dari pasar sebelum ia pergi ke sekolah, seharga Rp. 40.000. Saat datang ke sekolah, ia diwajibkan membeli celana yang sama seharga Rp. 115.000.

Tragis memang, saat sebagian pihak, termasuk pemerintah mencoba membantu rakyat kecil agar dapat memperoleh hak pendidikan yang sama, oknum oknum ini malah memanfaatkan kedudukan mereka dengan memaksakan kehendak demi keuntungan pribadi. Permasalahan ini memang bukanlah hal baru, terbukti saat saya mencoba mengadukan hal ini, mereka Cuma mengatakan “ah ini mah biasa Kang, di mana mana juga sama.” Lah, kalo memang sudah banyak yang tahu, kenapa diam? Setidaknya sampaikan agar tak selamanya kita berada dalam kubangan lumpur.

Yah, selalu ada keyakinan bahwa masih banyak orang yang peduli terhadap nasib bangsa ini, termasuk rekan rekan semua. Semoga niat kita semua ada yang menjembatani demi perbaikan pelayanan pendidikan di negeri tercinta ini. Aamiin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun