Anak anak ku menggembala kambing dan memasak di dapur. Tangan mereka terbiasa menyabit rumput dan mengumpulkan kayu bakar. Namun, mereka pun berhak mengenal teknologi, melihat dunia melalui internet.
Seperti yang disampaikan pada tulisan-tulisan sebelumnya, saya merupakan guru Bahasa Inggris di daerah yang bisa dikatakan terpencil. Sejak bertugas di sana, saya mengumpulkan tulisan anak anak yang merupakan tugas tahunan. Tulisan tulisan tersebut saya jilid rapih dan disimpan di lemari. Saya sengaja tidak menyimpannya di perpustakaan, karena perpustakaan sekolah belum terkelola dengan baik. Saya hanya meminjamkannya saat saya berkunjung ke kelas. Dari sana anak bisa mengenang tulisan mereka pada tahun tahun sebelumnya, juga belajar sesuatu dari tulisan temannya. Selain itu, anak anak pun termotivasi untuk membuat tulisan yang lebih baik, karena selain merasa dihargai, mereka pun sadar bahwa tulisan mereka akan dibaca oleh teman temannya.
atas: kumpulan tulisan yang belum dijilid bawah: contoh tulisan anak
Melihat perkembangan kualitas tulisan mereka, saya pun tergerak untuk melakukan hal yang lebih, yaitu memamerkan tulisan mereka ke publik. Awalnya, saya mengambil foto tiap lembar tulisan tersebut (karena tidak adanya scanner), lalu saya posting di jejaring sosial. Hasilnya pun lumayan baik, beberapa teman kuliah yang mengajar di tempat lain memberikan apresiasi atas tulisan tersebut dan bertanya bagaimana saya melatih anak anak menulis seperti itu. Kami pun berbagi pengalaman, dan salah seorang rekan menyarankan agar anak anak diminta untuk membuat blog sendiri, sehingga tulisan mereka bisa lebih terjaga dan dikenal lebih banyak orang. Saran yang membuat saya tersenyum menutupi kesedihan, mengingat anak anak yang harus antri saat ingin menggunakan komputer satu satunya di sekolah kami. Rental komputer pun sekarang sudah tidak ada di desa kami.
Namun saya selalu ingat kata kata seorang rekan, hanya orang lemahlah yang menyerah dengan keadaan. Kata kata itu memotivasi saya untuk bertanya lebih sering pada rekan rekan, melihat dan menjelajah dunia maya lebih intens. Terlebih karena saya sendiri pun baru mengenal yang namanya Blog beberapa bulan ke belakang. Setelah beberapa minggu mencari, akhirnya Tuhan memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Jawaban yang terwujud dalam sebuah Blog sederhana bernama Tulisan Barudak (Tulisan Anak Anak).
Apa itu Tulisan Barudak? Tulisan Barudak merupakan sebuah blog yang diharapkan akan menjadi wadah bagi anak anak didik saya dalam mengekspresikan ide atau gagasan mereka dalam bentuk tulisan.
Bagaimana anak anak menulis di Blog? Yah, karena hanya satu dua orang anak yang memiliki komputer di rumahnya, dan tidak ada rental komputer di desa kami, jadi saya menggunakan komputer jinjing pribadi ditambah sebuah komputer PC milik sekolah yang sudah uzur untuk mereka gunakan saat membuat tulisan di blog. Saya sengaja membiarkan mereka untuk mengetik sendiri tulisannya agar mereka bisa lebih akrab dengan perangkat komputer, meningkatkan keterampilan mengetik, dan mengenal Internet. Hal hal yang belum mereka kuasai, seperti menambahkan gambar, memasang tautan, saya ajarkan di depan mereka, agar mereka bisa mandiri nantinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H