Gagasan brilian yang diikuti oleh tindakan setengah matang tak bisa menjadi hasil yang brilian. Ide dasar K.13 yang ingin menilai tiga aspek siswa tentu brilian, karena penilaian tidak jatuh sepenuhnya pada kognitif saja. Keputusan itu bisa menghindari penilaian yang monolitis. Akan tetapi tindakannya cenderung setengah matang karena daya dukung sedikit atau malah tidak ada.
Jumlah siswa yang banyak, jika dibandingkan dengan kinerja guru tentang pembelajaran dan penilaian sikap, tidaklah mendukung guru melakukan tindakan yang matang. Atau seandainya setuju bahwa jumlah siswa yang begitu banyak (ditambah jika guru mengampu lebih dari satu kelas), jika tidak ada tenaga observer (entah dari unsur mana) yang bertugas sebagai pengamat, tentu sulit menghasilkan tindakan matang.
Apakah akan lebih baik jika penilaian sikap ditiadakan? Atau beruntungkah guru yang masih berada di rumah KTSP? Tapi saya hanya berbicara masalah "sikap" saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H