Mohon tunggu...
Gede AgusJuniarta
Gede AgusJuniarta Mohon Tunggu... Mahasiswa - Tendik Undiksha

Hobi Fotografi, Teknologi

Selanjutnya

Tutup

Financial

Perangkap Keuangan Digital: Bahaya Impulsif Belanja Online

28 September 2023   18:30 Diperbarui: 28 September 2023   18:47 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Belanja online (online shopping) adalah proses di mana konsumen secara langsung membeli barang-barang, jasa, dan lain-lain dari seorang penjual secara interaktif dan real time tanpa suatu media perantara melalui internet. (Mujiyana & Elissa, 2013)

Pengertian e-commerce adalah suatu proses transaksi yang dilakukan oleh pembeli dan penjual dalam membeli dan menjual berbagai produk secara elektronik dari perusahaan ke perusahaan lain dengan menggunakan komputer sebagai perantara transaksi bisnis yang dilakukan. (Loudon,1998)

Pembahasan

Belanja online bisa menjadi pengecualian yang mematikan dari semua perencanaan keuangan yang bijak yang telah kita susun. Sebuah penelitian dari Allianz Life menemukan bahwa 76% dari mereka yang berbelanja online mengaku melakukan pembelian impulsif. Menurut Beatty dan Ferrell (1998) pembelian impulsif adalah pembelian yang mendadak dan segera tanpa ada niat sebelum melakukan belanja kategori produk tertentu. Mengapa kita cenderung jatuh ke dalam perangkap ini?

Pertama, kemudahan Akses, Akses yang sangat mudah ke toko online dan aplikasi belanja membuat proses belanja online sangat nyaman. Konsumen dapat dengan cepat mengakses berbagai produk dan layanan tanpa harus meninggalkan rumah atau kantor. Sebagian besar platform e-commerce telah dirancang untuk membuat proses belanja semudah mungkin. Iklan yang ditargetkan, ulasan pelanggan, dan sistem pembayaran yang disimpan memudahkan kita untuk mengklik "Beli" tanpa perlu berpikir panjang.

Kedua, perasaan mendesak. Penawaran terbatas, potongan harga yang terbatas waktu, atau produk yang tampaknya langka dapat memicu keputusan impulsif. Kita takut kehilangan kesempatan, dan inilah saat ketika rasionalitas kita melemah.

Ketiga, pengaruh media sosial. Konten iklan yang menarik di media sosial sering kali mendorong kita untuk membeli produk yang tidak kita butuhkan. Orang lain memamerkan barang-barang baru mereka, menciptakan rasa ingin memiliki yang kuat.

Keempat, Pengalaman Belanja yang Menyenangkan, belanja online seringkali disajikan dalam pengalaman yang menyenangkan. Antarmuka pengguna yang menarik, gambar produk yang menarik, dan proses pembayaran yang lancar dapat membuat belanja online menjadi pengalaman yang menyenangkan dan menggoda.

Kelima, Kecanduan Digital, Beberapa individu mungkin mengalami kecanduan terhadap perangkat digital dan internet. Kecanduan semacam ini dapat membuat mereka rentan terhadap perilaku belanja online yang impulsif.

Keenam, Teori FOMO (Fear of Missing Out): Perasaan takut ketinggalan (FOMO) adalah faktor penting dalam perilaku belanja impulsif. Konsumen mungkin merasa tertekan untuk membeli produk atau layanan tertentu karena mereka khawatir akan melewatkan sesuatu yang penting atau populer. Pentingnya menyadari bahaya impulsif belanja online tidak dapat dianggap enteng. Ketika kita terjebak dalam siklus belanja impulsif, keuangan kita dapat terganggu parah. Utang kartu kredit menumpuk, tabungan berkurang, dan stres finansial meningkat.

Kesimpulan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun