Mohon tunggu...
Agus Joko Sulistya
Agus Joko Sulistya Mohon Tunggu... Pelaut - Silent Rider

Mencoba menjadi manusia pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Diary

"Moci Yuk!"

4 Desember 2024   21:45 Diperbarui: 4 Desember 2024   21:50 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Tradisi minum teh memang tidak hanya ada di Indonesia. Negara Jepang merupakan negara yang paling terkenal tradisi minum tehnya. Di Indonesia, minum teh memang tidak sesakral di Jepang. Minum teh di Indonesia menjadi budaya yang lekat dengan seluruh lapisan masyarakat. Minum teh dari sekedar sebagai pelengkap saat makan di warung makan sampai minum teh sebagai bagian dari acara resmi jamuan kenegaraan. Saya pernah tinggal di daerah Tegal karena tugas. Di situ saya akhirnya bisa menikmati teh tawar tanpa gula. Awalnya saya heran kenapa teh yang saya pesan kok tidak manis. Ternyata tradisi minum teh di wilayah tersebut adalah minum teh tawar. Di seluruh warung pasti akan disajikan teh tawar jika tidak bilang pesan teh manis. Seorang rekan bilang kalo dia akan merasa mual jika minum teh yang manis. Semenjak itu saya coba mengikuti tradisi di wilayah tersebut. Kurang lebih 2 tahun saya bertugas di Tegal, akhirnya saya bisa menikmati teh tawar yang menjadi minuman sehari-hari pendamping makan pagi, siang dan malam. Letak Tegal tidak terlalu jauh dari Slawi dimana pusat produksi teh yang cukup besar ada disana. Tradisi minum teh di wilayah Tegal juga menjadi tradisi kaum muda pada saat berkumpul dengan rekan-rekannya. Biasanya mereka akan berkumpul ditemani teh poci dan camilan tempe mendoan yang tersohor itu. Teh poci merupakah teh yang dihidangkan dengan menggunakan teko yang terbuat dari tanah, termasuk gelas yang digunakan. Biasanya disiapkan gula batu bagi yang ingin menambah rasa manis teh-nya. Tradisi minum teh di Kota Tegal tentunya sangat terdukung dengan kota Slawi yang letaknya tak jauh dari Tegal. Teh yang diproduksi dari Slawi sampai saat ini dapat kita jumpai sampai ke kota-kota yang ada di Indonesia. Saya tak perlu repot jika kangen dengan rasa Teh Tegal. Itu sekilas tradisi minum teh yang saya temukan di Tegal. Apakah kota lain ada yang memiliki tradisi minum teh seperti di Tegal ? saya tidak tahu. Saya belum pernah menemukan tradisi minum teh yang cukup kental seperti di Tegal. Di kota Malang, tempat masa kecil saya, tradisi minum teh tidak sekuat di Tegal. Di malang juga terdapat kebun teh yang ada di Lawang. Bahkan disitu juga ada pabrik teh meski tak sebesar yang ada di Slawi. Teh yang paling terkenal di Malang adalah teh Rolas. Teh Rolas ini merupakan teh hitam yang rasanya sangat nikmat. Meski terdapat pabrik teh di Malang, saya melihat tradisi minum teh hanya menjadi suatu hal yang biasa. Tidak menjadi suatu hal yang istimewa. teh biasanya dibuat dirumah pada pagi hari untuk menghangatkan perut saat sarapan. Di warung-warung makan, saat kita pesan teh hangat, yang dihidangkan pasti teh hangat manis. Berbeda dengan warung makan di Tegal. 

Tradisi minum teh apabila dikemas dengan baik akan bisa menjadi suatu tradisi unik dan bernilai jual. Nilai jual tidak saja pada prosesi minum teh-nya namun juga nilai jual produk-produk yang menyertainya. Setiap orang di dunia tahu bagaimana tradisi minum teh di Jepang bisa menjadi begitu menarik. Saya tidak mau membahas manfaat minum teh. Tinggal klik di chat GBT sudah akan muncul semua manfaat minum teh yang kita inginkan. Saya hanya ingin bercerita bagaimana tradisi minum teh juga ada di Indonesia, khususnya di kota Tegal. Saya cukup senang pernah menjadi bagian dari tradisi minum teh di kota itu. "Malam nanti kita Moci ya?" saat kita janjian dengan kawan untuk minum teh di lesehan-lesehan pinggir jalan. Lesehan tersebut semakin larut akan semakin ramai terutama di hari Sabtu malam. Tradisi minum teh di sana tidak hanya untuk orang tua, kaum muda pun nongkrongnya juga minum teh. Apakah sekarang masih seperti itu ? apakah tradisi tersebut masih bertahan saat ini ? terus terang saya tidak tahu lagi. Sudah lama saya tidak pernah menginjakkan kaki di Tegal. Semenjak ada jalan tol trans Jawa saya sudah tidak pernah lagi  mampir ke Tegal. Ditengah serbuan warkop-warkop saat ini apakah tradisi teh masih dapat bertahan ? semoga masih. Kalo melihat banyaknya teh Poci dan teko yang dijual di rest area sekitaran Tegal, rasanya tradisi minum teh masih bertahan di Tegal. Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun