Mohon tunggu...
Agus Indy.
Agus Indy. Mohon Tunggu... Dosen - Antropolog Blajaran

Saya seorang pendongeng yang suka menulis cerita-cerita etnografi yang ringan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

literasi

16 Desember 2024   23:02 Diperbarui: 16 Desember 2024   22:09 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

LITERASI

Coba bayanganmu tentang luar negeri gimana coba? Ngko rak sesuai dengan ekspektasi njenengan sendiri. Misalnya nek luar negerinya itu negeri Ngarob, mbuh Ngarob bagian yang manapun mbuh Emirat, Kuwait, Qatar (kecuali Bahrain lho ya, itu sudah ketahuan curangnya!), bayangane njenengan rak orangnya suwoleh-suwoleh, apikan, awehan, dan pinter ndonga. Iya gak? Ha nek negara-negara bule mesthi bayangannya maju, teknologi moderen, montor apik-apik, gedung dhuwur-dhuwur, cantik dan warna warni nek musim gugur, romantis pas turun salju. Iya gak?

Padahal tidak selalu begitu juga lho. Lha ceritanya itu, saya itu kan nembe diamanahi untuk sekolah di Belanda. Atas saran kawan, saya itu membekali diri dengan paket roaming untuk 3 hari, hitung2 jaga2 untuk tetap tekoneksi. Kalo ada apa2 bisa kontak teman gitu. Sampai Schippol paket data aktif, nyambung, dan bisa kabar2 dan kirim foto ke teman dan keluarga di Jogja.

Wee, lha kok gak sampai setengah hari si paket #Telkomsel  roamax itu gak bisa lagi. Statusnya sih nyambung, tetapi semua pesan tidak terkirim. Tak pikir paketnya habis, tetapi tidak mosok hanya kirim foto 5 saja habis? Tak cek juga baru terpakai 244 MB. Esoknya aku beli kartu sim baru. Di sinilah cerita dimulai

Pas tanya di sebuah supermarket, aku bingung ditanya sim only apa paket? Owalah ternyata di situ itu dibedakan antara beli kartu thok dan paket. Nek paket, kita itu beli sim dan paket bulanannya berapa. Ada kontraknya, kalo beli paket gini memang murah banget (tetapi tolong jangan membayangkan dengan Indonesia lho ya!). Per bulan bayar abonemen dan dapat paket sekian GB gitu plus sms dan telepon.

Aku pun tuku yang sim only prepaid. Eh kok mbak nonik sing kasir supermarket (selanjutnya dipanggil mbak Nonik saja ya weheh)

Mbak Nonik): Menir, ini diisi berapa?

Aku: 10 euro mbak

Mbak Nonik: Itu untuk telepon, sms, atau online, atau kombinasi?

Aku: Maksudnya???

Diapun mengulangi pertanyaannya. Ya karena aku hanya butuh untuk online, ya aku bilang untuk online. Diapun lalu menyelesaikan transaksi, pejet2 di mesin kasir, lalu mencetak kayak struk belanjaan gitu.

Mbak Nonik: alstublieft….

Katanya sambil tersenyum dan ngulungke struk itu dengan tangan kiri.

Struk itu berisi kode 14 digit yang harus diisikan ke HP kita. Kayak dulu banget jaman beli pulsa dengan pakai kartu yang digesek dulu?! Lalu kita isikan sendiri.

Owalah to lee, le, kok ribet men. Kalah jauh dengan di kita kan?! Nek di Indonesia kita cukup datang ke konter yang jual paket, ditanya nomernya, lalu dia masukin berapa yang mau kita beli. Bayar. Sudah. Si paket masuk sendiri (ah jadi ingat si Zidan kecil yang balapan sama si paket wehehehe).

Kekecewaanku semakin bertambah, ha coba, 10 euro yang setara 170 ribu kok hanya dikasih 1 GB thok kih!!! Setelah curhat sama kawan Indonesia, ternyata ada caranya agar bisa dapat lebih banyak. Dia kasih tahu bahwa untuk kelompok prepaid yang sim only itu kita harus kirim sms dulu untuk dapat bonus. Itupun ambilnya harus paket yang bundling dengan sms dan telepon. Jangan yang online saja. Dan benar, ketika ambil paket itu aku dapat 2 GB plus bonus 2 GB ekstra.

Aku hanya berpikir baik saja. Keribetan itu tadi agaknya berhubungan dengan perlindungan atas data pribadi. Dengan begitu kita sendiri yang pegang otoritas atas nomer kita kan. Dengan begitu hanya pesan2 iklan dari provider saja atau yang kita daftar saja yang bisa kirim ke nomer kita.

Di kita kan tidak?! Tiba-tiba dapat telepon atau sms dari mana2, mulai dari sales toko bangunan, sales motor, asuransi, kredit, hingga promosi game dan judi online.

Setelah aku cek di web providernya, ternyata memang ada pembedaan yang thirik-thirik tentang layanan yang diberikan. Ada paket langganan, paket sim only, yang itu masing2 punya tarip berbeda untuk masing-masing layanan.langganan  Langganan satu tahun berbeda harganya dengan 2 tahun untuk biaya bulanannya. Kalau mau pakai untuk jaringan 5G harus tambah bayaran 0,25 euro. Untuk mematikan otomatis data kalau tidak dipakai sekian waktu bayar lagi. Pokmen kabeh kudu mbayar, ada implikasi duitnya.

Saya njuk mbatin ‘inilah pentingnya literasi digital’ Nek gak tlaten membaca, ya jatuhnya boros banget.

Saya njuk semakin mbedegel, ketika sorenya si thole bercerita nek dia habis beli paket 60 ribu dapat 100 GB.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun