[caption id="attachment_244367" align="aligncenter" width="565" caption="Ilustrasi/Admin (tribunnews.com)"][/caption] Kebiasaan saya-- kebiasaan jelek apa bagus ya-- setiap bangun tidur, selalu segera mengecek handphone tua saya. Rabu (20/2) subuh tadi juga begitu. Salah satu email yang masuk ke inbox saya, dari sahabat saya, salah satu novelis kebanggaan negeri ini: Andrea Hirata. Rupanya, dia ingin menjelaskan apa yang menjadi pembicaraan mengenai dirinya di Kompasiana selama ini. Sebenarnya emailnya pribadi, tetapi saya meminta izin untuk memuatnya di sini. Saya SMS Andrea, saya pikir, bagus sebagai konfirmasi dari Andrea. Dia mengizinkan. Ya, sudah saya copy paste aja... he he. Begini katanya, "Kang Agus dan (temannya yg lain, edited) sahabatku rasanya kok aku punya kewajiban ya untuk menjelaskan hingar bingar dunia maya ini tentangku dan Laskar Pelangi kepada kang Agus . Begini ceritanya: Saya memutuskan untuk mencari keadilan atas tudingan yang sangat tidak benar yang yang ditujukan oleh Damar Juniarto kepada saya melalui tulisannya di Kompasiana dengan judul “Pengakuan Internasional Laskar Pelangi: Antara Klaim Andrea Hirata dan Faktanya”, tgl 13 Februari 2013. Bagi saya seorang penulis harus mempertahankan integritas karyanya dan hal itu bersifat sangat prinsipil. Selain itu saya mendapat banyak sekali saran dari para penggemar Laskar Pelangi bahkan dari anak-anak sekolah, rekan-rekan sesama penulis, guru-guru yang terinspirasi oleh Laskar Pelangi, dan dari para tokoh seperti Buya Syafii Maarif dan Bang Yusril Ihza Mahendra untuk berbuat sesuatu terhadap tudingan yang memberi kesan yang sangat keliru atas segala upaya saya mengenalkan karya buku Indonesia pada dunia.
Sampai saat ini kontrak penerbitan Laskar Pelangi telah mencapai 78 negara dan diterjemahkan ke dalam banyak bahasa asing melalui penerbit-penerbit terkemuka seperti FSG, Random House, Hanser Berlin, Mercure de France, Atlas Contact, Penguin dan Harper Collins. Hal itu memberi dampak yang amat positif bagi nama Indonesia dalam peta buku internasional. Apa yang dilakukan oleh Damar Juniarto sangat melemahkan upaya keras saya untuk mengangkat harkat dan martabat Indonesia melalui dunia buku dan tudingannya bisa menjadi preseden yang buruk bagi para penulis Indonesia lainnya yang tengah bersusah-payah untuk menerbitkan buku di luar negeri.
Maka atas nama para penggemar Laskar Pelangi di seluruh tanah air, atas nama segala kebaikan yang saya coba sebarkan melalui karya itu, dan atas nama profesi penulis yang saya junjung tinggi, saya akan membela diri dan membela integritas karya saya.
Damar Juniarto telah menuding bahwa Laskar Pelangi edisi Amerika sesungguhnya diterbitkan oleh Sarah Crichton Books, bukan oleh FSG, New York. Sedangkan selama ini saya selalu mengaku Laskar Pelangi edisi Amerika diterbitkan oleh FSG dan tidak pernah menyebut Sarah Crichton Books. Dikesankan oleh Damar bahwa FSG hanya menerbitkan buku sastra kelas tinggi sehingga Laskar Pelangi tak pantas. Laskar Pelangi hanya pantas diterbitkan Sarah Crichton Books yang menurut Damar hanyalah sebuah penerbit buku-buku komersial dan bukan penulis yang dikenal.
Tudingan ini bukan hanya membuat saya terzalimi karena pembaca akan menuduh saya telah melakukan kebohongan publik, namun Damar Juniarto telah pula melecehkan Sarah Crichton Books dan begitu banyak penulis bermutu yang telah diterbitkan Sarah Crichton Books. Dengan pengetahuan yang kurang memadai tentang sistem penerbitan buku internasional bahkan tanpa memahami makna imprint Damar Juniarto telah menuding dengan sangat keliru.
Kenyataannya adalah saya tidak punya kontrak penerbitan dengan Sarah Crichton Books. Kontrak penerbitan saya (author contract) hanya dengan FSG. FSG lah penerbit Laskar Pelangi edisi Amerika. Sedangkan Sarah Crichton adalah editor saya. Karena kontribusi editing itu Sarah Crichton Books mendapat Honor Imprint untuk dicantumkan sebagai penerbit dengan nama berdampingan dengan nama FSG di beberapa publikasi Laskar Pelangi edisi Amerika. Saya tidak boleh menyebut Sarah Crichton Books sebagai penerbit buku saya karena memang bukan. Cercaan dari banyak orang muncul akibat dari tudingan Damar Juniarto yang menyesatkan itu.
Selain alasan di atas, saya melihat nilai penting dari pembelaan diri saya ini. Bahwa hal ini akan dicatat di dalam sejarah buku Indonesia sebagai peristiwa seorang penulis membela integritas karyanya melalui jalur hukum. Saya harap para penulis Indonesia lainnya terinpsirasi untuk selalu membela integritas karya, apapun yang akan terjadi.
Sejarah buku Indonesia akan mencatat siapa yang berjuang untuk buku Indonesia dan siapa-siapa yang justru melemahkan perjuangan itu. Kejadian ini akan ditelaah lebih lanjut, akan menjadi biografi, akan menjadi artikel-artikel dan karya-karya ilmiah yang dapat menjadi pelajaran bagi dunia buku Indonesia.
Sejarah telah pula memperlihatkan para penulis mengalami represi, dipenjara, difitnah, diancam, dan dibunuh. Anda tidak bisa menjadi seorang penulis jika Anda seorang penakut dan Anda tidak bisa menjadi seorang kritikus jika Anda seorang pembenci.
Dalam rangka mencari keadilan ini saya diwakili oleh Yusril Ihza Mahendra dari Ihza dan Ihza Law Firm. Atas semua tudingan dari Damar Juniarto, saya harap di pengadilan nanti semua fakta akan terungkap. Terima kasih.
salam
AH
NB: terlampir surat konfirmasi dari agenku Kathleen Anderson
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H