Mohon tunggu...
Dr. Agus Hermanto
Dr. Agus Hermanto Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Hukum Keluarga Islam

Dr. Agus Hermanto adalah dosen di salah satu Perguruan Tinggi di Lampung, selain itu juga aktif menulis buku, jurnal, dan opini. Penulis juga aktif di bidang kajian moderasi beragama, gender dan beberapa kajian kontemporer lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Moderat Termasuk Narasi Baik dalam Bertutur

30 April 2022   06:15 Diperbarui: 30 April 2022   06:22 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Moderat Termasuk Narasi Baik Dalam Bertutur

Moderat adalah pola pikir yang lurus, karena berpikir yang moderat adalah berpikir yang selalu adanya keseimbangan antara akal dan akhlak. Seorang yang berakhlakul karimah akan senantiasa memiliki kecenderungan untuk memperbaiki diri yang merupakqn refleksi dari hati, karena akhlak sesungguhnya adalah prilaku yang dilakukan oleh hamba Allah tanpa pertimbangan akal, karena olah pikir akal sudah merupakan kerja otak dan tidak mesti kerja hati, sedangkan akhlak adalah ekapresi hati yang logis walau tanpa ada kerja akal.
Bertutur kata yang santun adalah bentuk sikap moderat seseorang, karen bertutur pada suatu kebencian atau yang membawa pada kebencian atau menyakiti hati akan menimbulkan reaksi lain, termasuk dendam dan kebencial yang berlarut larut, karena bisa jadi ucapan dan tutur yang telah kita ucapkan telah lali sedangkan orang yang kita katai masih merasakan sakitnya ucapan kita yang disimpan dalam relung hati sangat dalam dan sulit dilebur.
Bertutur kata baik tidak hanya pada bedanya keyakinan yang kemudian sering disebut toleransi antar umat beragama, sehingga orang yang tidak mengolok olok agama lain dianggap nilai toleransinya tinggi, padahal nilai toleransi tidak hanya pad hal itu, melainkan bertutur baik pada sesama muslim juga merupakan suatu nilai toleransi yang berarti berpikir moderat, karena ia mampu mengolah akalnya yang dibarengi akhlak mulia.
Rasulullah saw, dalam hal ini juga bersabda, "Sesunggunya aku diutus adalah untuk menyempurnakan akhlak" sungguh akhlakul karimah adalah di atas ilmu, bahkan nabi pun bukan diperintahkan untuk menyempurnakan ilmu, mdlainkan adalah akhlak.
Rasulullah bersabda dalam hadis lainnya, "Saya diutus untuk menyampaikan risalah islam dengan cara yang lemah lembut". Lemah lembut berarti mengajak, dan merangkul, karena inti dari ajakan bikanlah ejekan terhadap orang yang belum benar, melainkan adalah mengingatkan kembali pada ajaran agama, ajaran yang hanif dan ajaran yang lurus.
Sungguh nabi Muhammad saw, adalah orang yang berakhlak mulia, hal itu dapat dibuktikan dalam ungkapan Istri beliau Aisyah ra, ketika ditanya tentang akhlak nabi, beliau menyampaikan bahwa akhlak beliau adalah al Quran. Kearifan akhlak dan tutur kata beliau tercermin pada tindak tanduk beliau tidak hanya pada umatnya, juga kepada keluarganya beliau, masya Allah.
Sebagai umatnya Nabi Muhammad tentunya kita tidak lebih dari beliau, baik dalam kecerdasan dalam berpikir maupun cara berprilaku dan termasuk bertutur. Terlebih bahwa kita sebagai umat yang moderat yang senantiasa menjadikan nabi Muhammad sebagai teladan bagi kita, sekiranya tidak elok jika kita justru tidak lebih dari umat yang awam pada masa pra Islam yang tidak  pernah menjaga sikap dan tidak memiliki akhlak karimah. 

Moderasi dalam agama bukan pada esensi atau nilai agama itu sendiri, karena agama sejatinya telah moderat, yang menjadi sasaran moderasi adalah sikap moderat kita kepada orang lain itulah yang dimaksud moderat dalam beragama, bukan pada materi agamanya, melainkan pada bagaimana cara kita beragama yang arif bijak dan penuh keadilan serta seimbang dalam menggapai segala arah dan tujuan hidup baik secara duniawi atau ukhrawi. 

Dari sudut manapun bahwa tutur kata yang menyakiti atau menyindir orang akan senantiasa terjebak pada wilayah kebencian dan kelalaian yang akan berakibat permusuhan dan saling menjatuhkan,  sikap inilah yang kemudian dilarang oleh agama. Namun ketika akhlakul karimah telah melekat pada setiap kita, maka kita akan senantiasa terjaga dalam setiap tutur kata kita. 

Keselamatan orang tergantung pada lisannya, apabila lisannya baik akan baik pula perangainya, karena ia mampu menjaga marwahnya sendiri dihadapan kebanyakan manusia. Betapa banyak orang tergelincir bukan karena kakinya, melainkan karena tutur lisannya yang salah itulah yang membuatnya mudah terperangkat pada wilayah yang tidak seharusnya dijangkau oleh manusia. Keburukan seseorang terkadang dapat tercermin dari tutur kata yang melekat padanya, hingga setiap ucapan lisannya terjaga dan menyejukkan tanpa dendam dan kebencian sedikitpun, adem, ayem, tanpa beban. 

Semoga Allah SWT, senantiasa melimpahkan rahmat dan petunjukNya, agar kita selamat amin ya rabbal alamin. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun