Zona Integritas dan Tanggung Jawab Digital: Refleksi Seorang Guru di Era Media Sosial
Hari Senin/ 09 Desember 2024, ruangan penuh dengan antusiasme. Saya bersama rekan-rekan tenaga pendidik di sekolah tempat saya mengabdi, duduk dengan penuh perhatian di depan layar komputer mengikuti zoom meeting serentak yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.Â
Agenda kami sederhana, tetapi sangat bermakna: Pencanangan Zona Integritas untuk mendukung terciptanya Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM), bertepatan dengan hari Anti Korupsi Internasional.
Sebagai seorang guru dan ASN, saya merasa momen ini adalah panggilan moral untuk menjadi bagian dari upaya menciptakan birokrasi yang transparan dan bertanggung jawab. Dalam hati saya tahu ini adalah tentang mempraktikkan nilai-nilai integritas di setiap aspek kehidupan, termasuk bagaimana kita menyampaikan pesan kepada generasi muda.
Perspektif Seorang Guru di Era Digital
Setelah acara berlangsung, saya merenungkan bagaimana integritas dapat diterapkan dalam administrasi birokrasi juga dalam dunia digital. Sebagai pengelola website dan YouTube sekolah, saya sering kali dihadapkan pada tantangan untuk memastikan bahwa setiap konten yang saya unggah mencerminkan nilai-nilai positif.
Mengambil gambar untuk dokumentasi acara tadi, saya berusaha keras memastikan bahwa setiap sudut yang terekam adalah representasi terbaik dari kegiatan kami. Saya memahami bahwa di zaman ini, kesalahan sekecil apa pun bisa menjadi bahan kritikan netizen. Itulah sebabnya, saya memperlakukan setiap proses editing dengan hati-hati, dari pemilihan gambar hingga penulisan caption yang sesuai.
Bagi saya, media sosial adalah pedang bermata dua. Di satu sisi, ia memberikan peluang besar untuk menyampaikan pesan edukatif. Di sisi lain, ia memaksa kita untuk ekstra hati-hati agar tidak terjebak dalam arus informasi yang salah atau konten yang kurang pantas.
Menghubungkan Integritas dengan Literasi Digital