Nostalgia di Tengah Rintik Hujan: Sebuah Kisah tentang Si Meo dan Kenangan Masa Kecil
Hujan turun rintik-rintik sore itu, melingkupi suasana Ratiban di rumah Kakak Perempuan saya. Acara yang dipenuhi ibu-ibu itu mengubah saya menjadi seorang pengamat "yang terjebak."
Tidak ada tempat bagi bapak-bapak selain berdiri di kejauhan, mengamati dari balik tirai hujan. Saya memilih berkeliling rumah, mencari suasana lain. Saat itulah, di lantai dua, saya mendapati momen kecil yang memicu nostalgia mendalam: Si Meo, kucing peliharaan Kakak saya, sedang terjebak di teras rumah.
Menggendong Si Meo membawa ingatan saya kembali ke masa kecil. Kami sekeluarga dulu memiliki kucing bernama Si Eboy, teman setia yang mengisi hari-hari kami dengan canda tawa. Namun, waktu mengubah segalanya. Setelah menikah dan tinggal terpisah, kami semua menjalani kehidupan masing-masing. Hanya saya yang tidak lagi memiliki kucing di rumah sebuah keputusan yang lebih karena tanggung jawab daripada keinginan.
Kucing dan Kenangan: Sebuah Refleksi
Memelihara kucing adalah kebahagiaan tersendiri. Namun, saya percaya bahwa kebahagiaan itu harus dilengkapi dengan tanggung jawab. Rumah saya yang tidak terlalu luas membuat saya merasa belum siap menghadirkan ruang yang cukup bagi seekor kucing untuk bermain dan merasa bebas. Saya tidak ingin hewan peliharaan saya terlantar, atau bahkan menjadi "pengunjung tak diundang" ke rumah orang lain.
Si Meo mengingatkan saya pada masa kecil, saat semua terasa lebih sederhana. Keberadaan Si Eboy di rumah kami seperti simbol kasih sayang keluarga yang hangat. Kini, meski keinginan untuk memelihara kucing masih kuat, saya memilih untuk menunggu hingga benar-benar siap. Karena, memiliki hewan peliharaan bukan hanya soal menyayangi mereka, tetapi juga menyediakan rumah yang penuh kasih dan keamanan.