Mohon tunggu...
agus hendrawan
agus hendrawan Mohon Tunggu... Guru - Tenaga Kependidikan

Pendidikan, menulis, berita, video, film, photografi, sinematografi, alam, perjalanan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Saat Bersama Tapi Sendiri, Memahami Lonly Marriage

28 Oktober 2024   02:31 Diperbarui: 28 Oktober 2024   02:53 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pasangan yang Mengalami lonely marriage.Pixabay.com/ lonely marriage

Pendahuluan

Kebiasaan kita makan bersama pasangan waktu pacaran, jeleknya di Warteg atau bagusnya di Mall adalah ajang yang berbeda tantangannya, makan diluaran kita dimanjakan dengan suasana luaran dan tentunya dengan menu yang bervariasi.

Begitu pula dengan hal kebersamaan, sekali-kali minta izin orang tua untuk makan diluar bersama pasangan rasanya lebih menyenangkan dibanding saat kita berumah tangga setiap hari kita bersama. Perilaku Si do'i yang dulu tertutup-tutup kini kelihatan seutuhnya, disitulan letak kesiapan suatu pasangan untuk membina sebuah komitmen pernikahan yang langgeng.

Saat pacaran kita dilambungkan dengan angan-angan yang melambung, yang pada kenyataannya banyak angan-angan itu tidak sesuai dengan ekspekstasi yang kita dapati setelah menikah. Ditambah lagi dengan kebebasan dan keterikatan, semasa pacaran dengan indahnya kita masih bisa berkhayal tentang mimpi indah. Sebaliknya saat pernikahan terjadi itulah realita sebenarnya yang harus kita hadapi.

Hal itulah yang membuat banyak pasangan merasa lonely mariage karena ekspektasi mereka tidak sesuai dengan harapan di awal, pada akhirnya tidak sedikit yang menyebabkan perceraian. Padahal kalau kita sikapi tidak ada manusia yang sempurna, rumusnya pada saat menikah kita harus bersiap menerima kekurangan dari sang pasangan bukan hanya kelebihannya.

Rumput Tetangga Lebih Hijau Dari Pada Rumput Sendiri

Jangan pernah membandingkan kehidupan kita dengan kehidupan orang lain, seperti pada waktu kita pacaran kebahagiaan sesunggunya tidak dapat dinilai dari penampilan luarnya saja. Banyak faktor yang mempengaruhinya waktu kita menikah, faktor cinta bukanlah yang utama komitmen bersama untuk membina hubungan yang hakiki adalah modal utamanya apalagi dengan kehadiran buah hati kita. 

Lonely Marriage: Kesepian dalam Pernikahan yang Sering Terabaikan

Pernikahan bagi banyak orang, diharapkan menjadi fondasi kebersamaan yang kuat dan bahagia. Namun, realitas pernikahan tidak selalu semanis yang dibayangkan. Seiring waktu ada pasangan yang justru merasakan kesepian di dalamnya, sebuah kondisi yang dikenal dengan istilah lonely marriage atau kesepian dalam pernikahan. 

Kondisi ini bisa muncul karena berbagai sebab, mulai dari harapan yang tak tercapai, minimnya komunikasi, hingga tantangan kehidupan yang membuat pasangan saling menjauh.

Mengapa Kesepian Bisa Terjadi dalam Pernikahan?

1. Ekspektasi yang Tidak Realistis

Ketika memutuskan menikah, banyak pasangan memiliki angan-angan hidup bahagia tanpa hambatan. Namun, realitas sering kali berbeda. Kehidupan rumah tangga melibatkan rutinitas, tanggung jawab, dan permasalahan sehari-hari yang tak terhindarkan. 

Ketika kenyataan tak sesuai dengan ekspektasi, kekecewaan bisa membuat seseorang merasa tidak puas dan akhirnya mengalami kesepian dalam pernikahan.

2. Kurangnya Komunikasi yang Berkualitas

Salah satu faktor utama dalam lonely marriage adalah kurangnya komunikasi. Ketika pasangan tidak lagi berbicara secara mendalam dan hanya berkutat pada obrolan seputar tugas harian, maka rasa keterhubungan semakin hilang. 

Tanpa komunikasi yang sehat, pasangan mungkin merasa hidup bersama tetapi menjalani kehidupan yang terpisah.

3. Prioritas yang Berubah Seiring Waktu

Ketika pasangan mulai membentuk keluarga dan memiliki anak, perhatian dan energi lebih banyak tercurah untuk anak-anak atau pekerjaan. Pasangan sering kali lupa meluangkan waktu khusus untuk mempererat hubungan, sehingga lambat laun merasa kesepian dan kehilangan kedekatan yang dulu ada.

4. Tekanan Ekonomi dan Sosial

Tantangan ekonomi atau sosial seperti tuntutan pekerjaan, cicilan, atau kebutuhan keluarga besar dapat menambah beban pasangan. Tekanan ini bisa membuat pasangan merasa tertekan dan jika tidak didiskusikan dengan baik, dapat membuat mereka merasa sendirian dalam menghadapi masalah.

Cara Mengatasi Lonely Marriage

1. Memperbaiki Pola Komunikasi

Membuka diri terhadap pasangan adalah langkah pertama. Cobalah untuk membangun kembali komunikasi yang jujur dan terbuka, serta saling mendengarkan tanpa menghakimi. 

Meluangkan waktu untuk berbicara mengenai perasaan atau sekadar mengobrol ringan dapat mempererat hubungan emosional yang mungkin mulai renggang.

2. Menghabiskan Waktu Berkualitas Bersama

Walau sibuk, sisihkan waktu untuk menikmati momen kebersamaan. Hal ini bisa berupa liburan singkat, memasak bersama, atau sekadar menonton film favorit di rumah. Aktivitas sederhana ini bisa membantu menumbuhkan kembali keintiman yang mungkin telah memudar.

3. Memiliki Komitmen untuk Saling Mendukung

Pernikahan yang sehat adalah pernikahan yang saling mendukung dalam kondisi apa pun. Ingatlah bahwa pasangan adalah mitra hidup, bukan hanya teman sekamar. Cobalah untuk saling memberikan dukungan emosional dalam setiap keadaan, baik suka maupun duka.

4. Mengevaluasi Kembali Komitmen Bersama

Setiap pasangan pasti pernah mengalami pasang surut dalam pernikahan. Mengevaluasi kembali komitmen dan tujuan awal bersama bisa membantu memperkuat fondasi pernikahan. Ingatkan diri sendiri bahwa pernikahan adalah perjalanan bersama yang membutuhkan pengertian, kompromi, dan kesabaran.

Penutup

Lonely marriage adalah sebuah tantangan yang dialami oleh banyak pasangan, namun bukanlah akhir dari segalanya. Dengan komitmen yang kuat, komunikasi yang sehat, dan usaha untuk saling memahami, kondisi ini bisa diperbaiki. Kunci utamanya adalah kemauan untuk berusaha mempertahankan hubungan dan saling mendukung satu sama lain dalam menghadapi berbagai tantangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun