Satu kali dua puluh empat jam,
tak satu pun peluruku tepat sasaran,
puisi ini bukanlah ungkapan kekecewaan,
melainkan sebuah langkah sempurnakan tulisan.
Mimpi yang kerap kali jatuh,
namun tetap bangkit tanpa lelah,
seperti matahari yang tak pernah gagal terbit,
meski awan kelabu datang menghimpit.
Di balik ketidaksempurnaan,
ada nyala yang tak padam,
mengajarkan kita bahwa setiap hari,
adalah kesempatan baru untuk menang.
Baca juga: Dari Gambar Menjadi Sebuah Video Puisi Lagu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!