Ulasan Film The Social Dilemma (2020)
Sebelum kita membahas lebih jauh tentang film ini, saya ingin mengingatkan bahwa ulasan ini akan mengungkap beberapa detail penting dari alur cerita. Jika Anda belum menonton film ini dan ingin menikmatinya tanpa bocoran, saya sarankan untuk menonton terlebih dahulu sebelum melanjutkan ulasan ini.
The Social Dilemma adalah sebuah film dokumenter dan ilustrasi, memberikan kita pandangan mendalam tentang bagaimana media sosial tidak sekadar menjadi sarana komunikasi. Lebih dari itu digunakan sebagai alat manipulasi yang secara halus merasuki pola pikir dan perilaku kita. Dokumenter ini menunjukan kepada kita apa yang telah terjadi pada dunia yang semakin digerogoti oleh algoritma dan teknologi yang dirancang untuk mengambil alih perhatian kita.
Film ini mengungkapkan rasa frustrasi dan kecemasan yang mungkin sudah lama terpendam di dalam diri kita. Kita semua tahu bahwa media sosial memiliki daya tarik yang memberi kita akses tak terbatas ke informasi, interaksi sosial, dan hiburan.Â
The Social Dilemma berhasil mengungkap bahwa di balik semua kemudahan itu, tersembunyi bahaya besar yaitu hilangnya kendali atas kehidupan pribadi kita.
Film ini menghadirkan para mantan eksekutif teknologi yang pernah terlibat dalam pengembangan platform seperti Facebook, Instagram, dan Twitter, mengaku bahwa mereka sendiri tidak bisa lepas dari perangkat yang mereka bantu ciptakan. Ironisnya, mereka yang menciptakan algoritma untuk menarik perhatian pengguna kini merasa ketakutan akan monster yang mereka bangun.
Ketika kita menonton cuplikan demi cuplikan wawancara mereka, ada rasa perih yang meresap. Ini adalah pengakuan jujur bahwa kita sebagai masyarakat, mungkin telah kehilangan kendali atas cara kita berinteraksi dengan dunia digital. Ternyata bukan hanya kita sebagai pengguna yang telah menjadi korban manipulasi teknologi ini, tetapi juga penciptanya.
Salah satunya ketika para ahli membahas bagaimana algoritma media sosial secara sadar dirancang untuk mempertahankan perhatian pengguna selama mungkin, bahkan dengan cara memanipulasi emosi mereka. Rasa takut, marah, dan kebingungan menjadi senjata yang digunakan untuk mempertahankan engagement, tanpa memedulikan dampak buruknya terhadap kesehatan mental kita. Inilah saat ketika kita merasakan dorongan emosional betapa rapuhnya kita di tangan teknologi yang tidak kita pahami sepenuhnya.
Film ini juga menyentuh fenomena isolasi sosial, depresi, dan peningkatan tajam dalam angka bunuh diri di kalangan remaja yang tumbuh bersama media sosial. Bagi Generasi Z, yang hidupnya sudah sangat terhubung dengan dunia digital sejak dini, The Social Dilemma memberi peringatan keras tentang bagaimana media sosial dapat menghancurkan harga diri dan keseimbangan psikologis mereka.
Film ini menyadarkan kita bahwa semua yang kita konsumsi di media sosial bukanlah kenyataan obyektif, melainkan hasil kurasi algoritma yang memperkuat bias kita, membuat kita hidup dalam Gelembung Informasi yang semakin memperlebar jurang perbedaan sosial dan politik. Apa yang kita anggap sebagai kebenaran, ternyata bisa sangat berbeda bagi orang lain, hanya karena mereka diberi suguhan informasi yang berbeda oleh algoritma yang sama.
Akhir dari The Social Dilemma tidak memberikan solusi konkret untuk masalah yang begitu besar dan mendalam ini, film ini menuntut kita menemukan sendiri gagaimana seharusnya kita sebagai pengguna, bisa merebut kembali kontrol atas perhatian kita yang telah dibajak?
Film ini mengajak kita untuk berhenti sejenak dan mempertanyakan cara kita berinteraksi dengan teknologi. Ini adalah pengakuan pahit dari pakarnya sendiri, bahwa apa yang kita anggap sebagai kebebasan digital sebenarnya mungkin adalah penjara yang perlahan-lahan kita bangun sendiri.
Film ini pada dasarnya adalah panggilan untuk melakukan perubahan, baik dalam cara kita menggunakan media sosial maupun bagaimana kita memahami diri kita dalam dunia digital. Saat ini terjadi, kita diberi pemahaman bahwa teknologi yang seharusnya mempermudah kehidupan kita malah memiliki potensi untuk merusaknya.
The Social Dilemma menjadi cermin yang memperlihatkan sisi gelap yang sering kita abaikan, memberikan pengalaman emosional yang intens dan reflektif. Film ini memberikan informasi, memicu renungan tentang kehidupan kita yang semakin tak terpisahkan dari layar digital.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H