Mohon tunggu...
agus hendrawan
agus hendrawan Mohon Tunggu... Guru - Tenaga Kependidikan

Pendidikan, menulis, berita, video, film, photografi, sinematografi, alam, perjalanan.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menara Kujang Sepasang

29 September 2024   17:56 Diperbarui: 29 September 2024   18:57 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menara Kujang Sepasang adalah sebuah menara tinggi menjulang yang berada di dataran tinggi sekitar destinasi Waduk Jati Gede Sumedang, menara ini di arsiteki dan dibangun oleh Ridwan Kamil sewaktu menjadi Gubernur Jawa Barat. Diantara destinasi lain yang terdapat di sekitar Waduk Jati Gede Sumedang, Menara Kujang Sepasang adalah adalah yang paling istimewa karena pada menara ini kita dapat menikmati berbagai wahana yang tersedia.

Selain bisa menikmati keindahan hamparan air dari puncaknya, di menara ini juga terdapat Taman Seribu Cahaya yang bisa kita saksikan keindahannya secara maksimal menjelang malam. Tapi sayang sewaktu saya kesana puncak menara belum bisa dikunjungi karena sedang ada proses perbaikan.

dokpri
dokpri
dokpri
dokpri

Kujang sebagai senjata khas Sunda kini lebih merujuk pada makna filosofis, seperti kita saksikan pada gambar menara kujang ini memiliki 9 lubang. Dalam filosofi kujang, lubang pada kujang memiliki makna tentang proses manusia selama berada dalaam kandungan.

Sembilan lubang adalah simbol tertinggi, melambangkan kesempurnaan manusia yang memasuki fase "bulan alaeun" yang berarti manusia sudah siap dilahirkan ke dunia sebagai makhluk paling sempurna.

Hal menarik dari senjata khas Kujang, tidak ada yang memiliki lubang genap kecuali 8 lubang yang dinamakan sebagai Kujang Buta. Buta dalam bahasa Sunda berarti seorang raksasa yaitu makhluk mitos yang ada dalam cerita wayang golek, 8 bulan manusia dalam kandungan adalah fase muda (premature).

Kujang yang dimiliki seseorang melambangkan status sosialnya, ada yang belubang 3, 5, 7, 8, dan sembilan yang masing-masing mempunyai makna tersendiri.

Kujang juga berkembang mengikuti zamannya, kini kujang lebih mengarah pada makna filosofisnya dari pada fungsinya sebagai senjata atau pekakas. Ada yang masih menggunakan kujang pada ritual adat tertentu, ada juga yang menyimpannya hanya sebagai gagaman (jimat) atau sekedar koleksi.

Kembali pada bahasan kita tentang Menara Kujang Sepasang, keberadaan menara ini simbolisasi dari senjata Kujang yang ikonik, magnet bagi para wisatawan yang ingin menikmati keindahan alam sekaligus merasakan sentuhan budaya lokal. Menara yang dibangun di dataran tinggi ini memungkinkan kita menyaksikan pemandangan spektakuler dari hamparan air Waduk Jati Gede dan lanskap perbukitan yang hijau dan luas.

Di malam hari, keindahan Menara Kujang Sepasang semakin menarik dengan adanya Taman Seribu Cahaya. Taman ini dihiasi lampu-lampu yang dipasang sedemikian rupa, menciptakan suasana magis saat senja menjelang dan malam hari tiba. Pengunjung bisa bersantai menikmati keindahan tata cahaya yang berpadu dengan suasana alam sekitar yang sejuk dan tenang. Meskipun saat saya berkunjung menara ini sedang dalam perbaikan, saya hanya bisa membayangkan betapa mengesankan suasana malam di puncak menara, terutama dengan pemandangan bintang yang bertaburan di langit.

Namun, pesona Menara Kujang Sepasang tidak hanya terletak pada keindahan arsitekturnya atau pemandangan alam yang ditawarkannya. Menara ini juga menjadi tempat refleksi akan makna filosofis dari Kujang, senjata yang memiliki sejarah dan nilai-nilai budaya yang mendalam bagi masyarakat Sunda. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Kujang bukan hanya senjata fisik, tetapi juga simbol spiritual yang mewakili perjalanan kehidupan manusia.

Bagi saya pribadi, Menara Kujang Sepasang tidak hanya menjadi destinasi wisata yang menarik, tetapi juga sebuah cerminan dari kearifan lokal yang terus dilestarikan. Simbolisme yang terkandung dalam desain menara ini mengingatkan kita bahwa dalam setiap aspek kehidupan, selalu ada nilai-nilai mendalam yang mungkin tersembunyi di balik bentuk yang terlihat sederhana. Kujang dengan sembilan lubang, misalnya, memberikan pesan tentang kesempurnaan hidup dan pentingnya fase-fase dalam kehidupan manusia sebelum lahir ke dunia.

Melihat lebih jauh, perkembangan Kujang sebagai simbol budaya juga menunjukkan bagaimana tradisi bisa beradaptasi dengan zaman. Dulu, Kujang mungkin digunakan sebagai senjata, tetapi sekarang lebih sering digunakan sebagai simbol kebanggaan, dekorasi, atau bahkan benda ritual. Hal ini menunjukkan fleksibilitas budaya Sunda dalam menjaga nilai-nilai tradisionalnya, sambil tetap mengikuti perkembangan zaman.

Akhirnya, meskipun saat ini Menara Kujang Sepasang sedang dalam perbaikan, saya berharap dapat kembali ke sana suatu hari nanti untuk merasakan keindahan dan kedamaian yang ditawarkannya. Bagi Anda yang merencanakan perjalanan ke daerah Waduk Jatigede, pastikan Menara Kujang Sepasang ada dalam daftar kunjungan Anda. Selain bisa menikmati pemandangan alam yang menakjubkan, Anda juga dapat lebih memahami filosofi yang terkandung dalam salah satu simbol kebanggaan masyarakat Sunda ini.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun