Mohon tunggu...
agus hendrawan
agus hendrawan Mohon Tunggu... Guru - Tenaga Kependidikan

Pendidikan, menulis, berita, video, film, photografi, sinematografi, alam, perjalanan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kita Tidak Tahu yang Akan Terjadi di Masa Depan

21 September 2024   18:54 Diperbarui: 21 September 2024   22:33 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Vasektomi? Oh ya saya pernah mendengarnya dulu dari orang tua saya zaman masih gencar-gencarnya program Keluarga Berencana di gelorakan.

Apa Itu Vasektomi?

Vasektomi adalah prosedur medis yang dilakukan sebagai metode kontrasepsi permanen pada pria. Prosedur ini melibatkan pemotongan atau pengikatan saluran sperma (vas deferens) yang membawa sperma dari testis ke uretra. Dengan demikian, setelah vasektomi, sperma tidak akan lagi tercampur dalam air mani yang dikeluarkan saat ejakulasi, sehingga mencegah terjadinya kehamilan.

Meskipun vasektomi efektif dalam mencegah kehamilan, prosedur ini tidak mempengaruhi kemampuan pria untuk ereksi, ejakulasi, atau produksi hormon testosteron. Sperma yang tidak terpakai akan diserap kembali oleh tubuh. Vasektomi biasanya dianggap sebagai metode kontrasepsi yang sangat aman dan permanen, meskipun ada prosedur bedah untuk membalikkan vasektomi (vasectomy reversal), tetapi keberhasilannya tidak selalu terjamin.

Ya, vasektomi bisa dibatalkan melalui prosedur yang disebut vasektomi reversal, namun tingkat keberhasilannya bervariasi dan tidak selalu terjamin. Prosedur ini bertujuan untuk menyambungkan kembali saluran sperma (vas deferens) yang dipotong atau diikat selama vasektomi, sehingga sperma bisa kembali bercampur dalam air mani dan memungkinkan terjadinya kehamilan.

Berikut beberapa hal yang perlu diketahui tentang vasektomi reversal:

1. Tingkat Keberhasilan: Tingkat keberhasilan vasektomi reversal menurun seiring waktu. Jika vasektomi dilakukan kurang dari 10 tahun sebelumnya, peluang keberhasilan lebih tinggi. Namun, setelah 10 tahun, keberhasilan mulai menurun secara signifikan.

2. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan: Faktor seperti usia pria, kesehatan reproduksi, kualitas jaringan yang disambungkan kembali, dan keterampilan dokter bedah juga mempengaruhi peluang keberhasilan prosedur.

3. Kompleksitas Prosedur: Prosedur vasektomi reversal lebih kompleks dan memakan waktu dibandingkan vasektomi itu sendiri. Operasi ini biasanya memerlukan penggunaan mikroskop bedah untuk menyambung kembali saluran sperma yang sangat kecil.

3. Alternatif: Jika vasektomi reversal tidak berhasil, ada alternatif lain seperti teknologi reproduksi berbantu, misalnya In Vitro Fertilization (IVF) dengan pengambilan sperma langsung dari testis.

Mengapa Vasektomi Tidak Jadi Pilihan Saya?

Vasektomi yang bersifat permanen, dan pembatalannya (vasektomi reversal) memiliki resiko kegagalan tinggi dan prosesnya yang lebih rumit saya kira itulah masalahnya suatu pasangan lebih memilih kontrasepsi pada perempuan.

Buat saya alasannya simpel saja, karena tidak ada yang tahu apa yang terjadi pada diri kita di masa depan. Contohnya sebuah keluarga yang kehilangan anak atau istrinya, apakah seorang laki-laki tidak punya rencana punya anak lagi? Lalu apa resikonya apabila sudah divasektomi, apabila kita memperhatikan paparan di atas.

Vasektomi dan Keputusan di Masa Depan

Mengambil keputusan untuk melakukan vasektomi bukanlah hal yang mudah bagi banyak pasangan. Bagi sebagian besar, vasektomi dianggap sebagai solusi permanen untuk mengendalikan kelahiran. Namun, dalam kehidupan, ketidakpastian selalu ada. Apa yang terjadi jika keadaan berubah? Mungkin saja pasangan yang awalnya merasa cukup dengan jumlah anak yang mereka miliki, suatu saat mendapati keinginan untuk memiliki anak lagi karena kehilangan tragis atau keinginan untuk memulai babak baru dalam hidup.

Perubahan dalam hidup seperti kematian anggota keluarga, perceraian, atau bahkan keinginan untuk membangun keluarga baru bisa menjadi alasan mengapa seorang pria mungkin menyesali keputusan untuk menjalani vasektomi. Mengingat vasektomi reversal tidak selalu berhasil, ada risiko bahwa keinginan untuk memiliki anak di masa depan tidak bisa lagi terwujud secara alami. Ini menciptakan dilema yang mendalam, di mana keputusan yang pernah diambil dengan penuh keyakinan, kini menjadi beban pikiran yang berat.

Mengapa Vasektomi Menjadi Pilihan Terakhir?

Selain itu, persepsi masyarakat juga memainkan peran besar dalam mengapa vasektomi seringkali menjadi pilihan terakhir. Ada anggapan umum bahwa tindakan ini hanya dilakukan jika benar-benar yakin tidak ingin memiliki anak lagi. Juga, stigma terhadap "kemandulan" setelah vasektomi mungkin menjadi penghalang bagi banyak pria untuk mempertimbangkan prosedur ini. Di sisi lain, banyak pasangan lebih memilih metode kontrasepsi yang bersifat sementara atau melibatkan perempuan, seperti pil kontrasepsi atau IUD, karena metode ini masih memungkinkan fleksibilitas jika mereka berubah pikiran.

Keputusan untuk menjalani vasektomi memerlukan diskusi mendalam antara pasangan, mempertimbangkan aspek fisik, emosional, dan juga rencana masa depan mereka. Pasangan yang memutuskan vasektomi perlu siap menghadapi segala kemungkinan dan menyadari bahwa tidak ada keputusan yang bisa benar-benar menghilangkan ketidakpastian masa depan.

Kesimpulan

Pada akhirnya, kita memang tidak bisa memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan. Vasektomi adalah salah satu bentuk keputusan besar yang membawa konsekuensi jangka panjang. Sementara prosedur ini menawarkan solusi kontrasepsi yang sangat efektif, penting bagi setiap pasangan untuk mendiskusikan pilihan ini secara terbuka dan jujur, memahami risiko serta implikasi jangka panjangnya. Keputusan yang diambil hari ini mungkin terasa tepat, namun perlu diingat bahwa masa depan bisa membawa perubahan yang tidak pernah kita bayangkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun