Mendaki gunung adalah petualangan yang penuh tantangan, dan salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh pendaki, terutama di ketinggian yang mendekati 3.000 meter di atas permukaan laut (MDPL), adalah suhu yang sangat dingin. Angin pegunungan, kabut tebal, dan hujan dapat membuat suhu turun drastis, bahkan mendekati titik beku, yang bisa berbahaya jika kita tidak siap. Saya ingin berbagi pengalaman saya saat bermalam di Alun-Alun Suryakencana, hanya beberapa pulu meter menuju puncak Gunung Gede, dan bagaimana saya mengalami gejala awal hipotermia, serta cara pencegahan dan penanganan yang perlu diambil.
Pengalaman Kedinginan di Puncak Gunung Gede
Pada malam itu, suhu turun drastis, angin bertiup kencang, dan kabut tebal menyelimuti area tenda. Meskipun sudah berada di dalam tenda, saya mulai merasakan kedinginan yang ekstrem. Tubuh saya menggigil hebat, bahkan guncangan yang saya rasakan begitu kuat hingga membuat sulit untuk fokus. Konsentrasi saya menurun, dan saya merasa semakin lelah. Itu adalah tanda-tanda awal dari hipotermia, kondisi medis berbahaya yang terjadi saat suhu tubuh menurun di bawah normal (kurang dari 35C).
Hipotermia di gunung bisa terjadi lebih cepat daripada yang kita bayangkan. Lingkungan yang dingin, pakaian basah akibat hujan atau keringat, dan tenda yang kurang terlindung dari angin adalah faktor-faktor yang mempercepat kehilangan panas dari tubuh. Tanpa penanganan yang tepat, hipotermia dapat menyebabkan hilangnya kesadaran, dan dalam kondisi yang lebih parah, bisa berujung pada kematian.
Pencegahan Hipotermia untuk Pendaki Gunung
Sebagai pendaki, kita harus menyadari pentingnya persiapan matang, terutama saat mendaki di gunung yang memiliki suhu ekstrem seperti Gunung Gede. Berikut adalah beberapa langkah pencegahan yang saya pelajari dari pengalaman ini, yang bisa bermanfaat bagi para pendaki lain.
1. Gunakan Pakaian yang Sesuai
Pakaian adalah pertahanan pertama kita terhadap cuaca dingin. Pastikan kita membawa dan memakai pakaian berlapis yang terdiri dari:
- Layer pertama (baselayer) yang dapat menyerap keringat dan menjaga kulit tetap kering.
- Layer kedua (midlayer) seperti fleece atau jaket wol untuk menahan panas tubuh.
- Layer ketiga (outerlayer) berupa jaket tahan air dan angin, terutama jika ada hujan atau angin kencang.
Hindari memakai pakaian berbahan katun, karena bahan ini menyerap kelembapan dan membuat tubuh terasa lebih dingin. Sebaliknya, gunakan bahan sintetis atau wol yang dapat menjaga kehangatan meski basah.
2. Persiapkan Tenda yang Tahan Cuaca
Tenda yang kokoh dan tahan terhadap angin serta hujan sangat penting. Pastikan tenda kita memiliki lapisan tahan air (flysheet) dan ventilasi yang baik untuk mencegah kondensasi di dalam tenda. Tempatkan tenda di lokasi yang terlindung dari angin langsung, misalnya di balik batu atau pohon.
3. Jaga Keringat dan Kelembapan
Keringat bisa menyebabkan pakaian menjadi basah dan mempercepat hilangnya panas dari tubuh. Setelah mendaki atau melakukan aktivitas fisik, segera ganti pakaian yang basah dengan yang kering, terutama pakaian dalam. Jika tubuh tetap basah, risiko hipotermia akan meningkat drastis.
4. Bawa Perlengkapan Tambahan
Selain pakaian, ada beberapa perlengkapan penting yang harus dibawa untuk menghadapi cuaca ekstrem di gunung:
- Sleeping bag yang sesuai untuk suhu ekstrem (minimal 0C atau di bawahnya).
- Thermal pad atau matras untuk mengisolasi tubuh dari tanah yang dingin.
- Penutup kepala dan sarung tangan. Kepala dan tangan adalah bagian tubuh yang paling cepat kehilangan panas.
Penanganan Hipotermia di Gunung
Jika kita atau teman pendaki mengalami gejala hipotermia, seperti menggigil hebat, kebingungan, dan tubuh terasa kaku, segera lakukan langkah-langkah berikut:
1. Pindahkan ke Tempat yang Lebih Hangat
Jika memungkinkan, segera bawa penderita ke tempat yang lebih terlindung dari angin dan dingin. Tempatkan di dalam tenda atau buat perlindungan darurat jika tidak ada tempat yang aman. Menjauh dari paparan angin sangat penting karena angin dapat mempercepat kehilangan panas tubuh.
2. Ganti Pakaian Basah dengan Pakaian Kering
Jika penderita mengenakan pakaian basah, segera ganti dengan pakaian kering. Pakaian basah menyebabkan hilangnya panas tubuh dengan cepat, dan menggantinya bisa membantu menjaga kehangatan.
3. Hangatkan Tubuh secara Bertahap
Gunakan selimut, sleeping bag, atau jaket tebal untuk menghangatkan tubuh. Fokuskan untuk menghangatkan bagian inti tubuh seperti dada, leher, dan pangkal paha. Jangan menggunakan sumber panas yang terlalu panas, seperti botol air panas atau api, karena ini bisa menyebabkan syok pada tubuh yang sudah dalam kondisi hipotermia.
4. Berikan Minuman Hangat
Jika penderita masih sadar, berikan minuman hangat non alkohol untuk membantu menghangatkan tubuh dari dalam. Hindari minuman beralkohol atau berkafein karena dapat mempercepat dehidrasi dan memperburuk kondisi.
5. Segera Cari Bantuan Medis
Jika gejala hipotermia semakin parah (penderita berhenti menggigil, kehilangan kesadaran, atau mengalami pernapasan lambat), segera cari bantuan medis. Hipotermia parah membutuhkan penanganan darurat, dan semakin cepat ditangani, semakin besar kemungkinan untuk sembuh tanpa komplikasi.
Kesimpulan
Mengalami hipotermia saat mendaki gunung seperti Gunung Gede adalah pengalaman yang menakutkan, tetapi juga menjadi pelajaran berharga bagi saya. Persiapan yang matang, termasuk mengenakan pakaian yang tepat, memilih perlengkapan tahan cuaca, dan menjaga tubuh tetap kering, adalah kunci untuk mencegah hipotermia. Semoga dengan membagikan pengalaman ini, para pendaki dapat lebih waspada dan siap menghadapi kondisi ekstrem di gunung, sehingga petualangan kita tetap aman dan menyenangkan.
Tetaplah hangat, waspada, dan selalu siap dalam menghadapi cuaca pegunungan yang bisa berubah drastis kapan saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H