Mohon tunggu...
agus hendrawan
agus hendrawan Mohon Tunggu... Guru - Tenaga Kependidikan

Pendidikan, menulis, berita, video, film, photografi, sinematografi, alam, perjalanan.

Selanjutnya

Tutup

Film

Review Film How To Make Millions Before Grandma Dies ala Gushend

18 September 2024   08:45 Diperbarui: 18 September 2024   09:28 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
screensot akun Netlfix (dokpri)

Satu hal yang paling meranrik buat saya tentang film ini dalah kehidupan sosial budaya yang otentik dari kehidupan negara tetangga kita Thailand, diantaranya mengenai bagaimana suatu keluarga berbakti pada orang tua dan saling menyayangi.

Mengikuti alur ceritanya dan mengerti apa yang mereka yakini dan rasakan, membuat kita benar-benar terlarut dalam film dan ikut dalam suasanaya yang mengharukan. Tentang seorang nenek Amah yang menyayangi keluarga yaitu ketiga anakmya dan satu cucu dari anak sulungnya yang menjadi sorotan utama dalam film ini sungguh sangat menyentuh.

Secara unsur psikologis semua tidak ada bedanya antara Thailand dengan negara kita Indonesia dalam menghadapi permasalahan semacam ini, dimana pada umumnya semua orang tua tidak mau membeda-bedakan kasih sayang kepada amak-anaknya. Baik yang sudah hidup mapan, pas-pasan, bahkan dalam posisi serba kekurangan sekalipun.

Begitu pula seorang nenek yang kerap kali memikirkan kehidupan cucunya sekalipun, itu terjadi persis yang saya alami ketika orang tua saya masih sidup. Kehidupan kami yang sudah memiliki keluarga masing-masing membuat kami harus membagi perhatian sehingga tanpa menelantarkan anak istri di rumah kami juga tidak mau menelantarkan Ibu di rumah sendirian.

Hasilnya anak perempuan dan cucu terdekatlah yang kami andalkan sebagai penjaga utama orang tua dimasa tuanya, sehingga menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Tapi dari sekian persamaan antara budaya Thailand dan Indonesia banyak hal yang tidak sesuai dengan kebudayaan kami dalam mengurus orang tua, diantaranya:

1. Urusan hak waris pada umumnya kami sudah tidak memikirkan hal itu, karena semua hal itu sudah di atur dengan jelas dalam hukum agama, dalam hal ini tidak ada prioritas subjektif, aturannya adalah laki-laki mendapat 2 bagian sedangkan perempuan mendapat 1 bagian.

Walaupun pada praktiknya kami secara sukarela memberikan semua atau sebagian peningalan orang tua kami pada anggota keluarga yang memang membutuhkan.

Tapi pada praktiknya kami berlomba untuk menggapai ridhonya baik kami laki-laki atau perempuan, karena keyakinan kami ridho orangtua adalah ridho Alloh SWT.

2. Warisan yang paling berharga adalah bagaimana kami bisa menunjukan bakti kami secara tulus dan ikhlash pada orang tua tanpa mengharapkan balasan apapun, karena kami yakin Alloh SWTlah yang akan membalas semuanya secara adil dan merata. Tidak seperti pada film ini keadilan ditentukan atas dasar keputusan Sang Pemililik harta untuk memberikan hartanya pada anak yang diangapnya paling membutuhkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun