Lowongan kerja semakin memburuk diperparah kondisi pandemi Covid-19 kemarin, hingga saat ini kelihatannya belum membaik melihat beberapa perusahaan mengalami bangkrut termasuk industri tekstil yang awalnya menjadi andalan penyerap tenaga kerja di Indonesia kini melesu dengan membanjirnya barang impor.
Masalah lowongan kerja bukanlah masalah baru, dari zaman saya mencari kerja tahun 90an juga mengalami kondisi yang tidak baik-baik saja. Saya datang ke kota untuk mengadu nasib, lamaranpun disebar ke berbagai perusahaan jangankan mendapat pekerjaan bahkan mendapat panggilan interview juga tidak.
Beberapa kali mendapat tawaran pekerjaan dengan jaminan diterima kerja, tapi ada syarat yang harus dipenuhi yaitu harus menyetorkan sejumlah uang terlebih dahulu. Sebagai pencari kerja yang hanya bermodalkan dengkul tentu saja itu tidak bisa saya lakukan, jangankan untuk menyetorkan sejumlah uang kan niat saya mencari kerja juga karena tidak punya uang.
Para calo sekarang lebih pintar sebagai jawaban dari permasalahan pencari kerja seperti zaman saya dahulu, sekarang mereka menawarkan kerja dengan perjanjian gaji dipotong setelah masuk kerja. Itu lebih baik dari pada sistem zaman saya tahun 90an karena banyak yang tergiur dengan menyerahkan uang terlebih dahulu ternyata pekerjaan yang dijanjikan tak kunjung didapatkan.
Karena itu beruntunglah saya dan keluarga pada saat itu tidak sampai menyetorkan sejumlah uang sebagai syarat awal diterima kerja, karena pada kenyataannya banyak praktik penipuan yang dilakukan orang-orang yang tidak bertanggung jawab dengan memanfaatkan situasi memancing di air keruh.
Jangan sampai kita kena peribahasa: Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Ada orang tua yang rela menjual harta bendanya demi anaknya diterima kerja, padahal itu semua hanya penipuan berkedok penyalur tenaga kerja palsu atau fiktif. Ada lagi yang ternyata disalurkan menjadi tenaga kerja ilegal bahkan menjurus human trafficking.
Menurut pengalaman saya mereka yang memanfaatkan lowongan kerja sebagai penipuan biasanya menyangkut hal-hal berikut:
1. Lowongan kerja susah dikonfirmasi: Biasanya beralasan lowongan kerja ada di luar negeri atau suatu tempat yang jauh tapi dijanjikan gaji yang besar.
2. Proses seleksi yang tidak transparan: Banyak dari penawaran ini tidak melalui proses seleksi yang jelas dan profesional. Alih-alih melalui tes atau wawancara yang wajar, calon pekerja langsung ditawari posisi dengan iming-iming gaji tinggi, tanpa pertanyaan mengenai pengalaman atau kualifikasi. Ini harus menjadi tanda bahaya, karena perusahaan yang kredibel akan melakukan seleksi secara ketat dan terbuka.
3. Permintaan uang muka atau biaya administrasi: Seperti yang saya alami di masa lalu, meminta sejumlah uang sebagai syarat untuk diterima bekerja adalah modus lama yang masih terjadi hingga sekarang. Sekarang, mungkin sedikit lebih terselubung dengan dalih biaya administrasi, biaya pelatihan, atau akomodasi. Banyak calon pekerja yang terjebak dengan janji-janji ini dan akhirnya merugi. Seharusnya, perusahaan yang benar-benar membutuhkan karyawan tidak akan meminta uang di muka.
4. Perjanjian kontrak yang samar: Penawaran kerja yang mencurigakan seringkali datang dengan kontrak yang tidak jelas atau bahkan tanpa kontrak sama sekali. Para calon pekerja hanya diberi janji-janji muluk, tanpa dokumen resmi yang bisa melindungi hak-hak mereka. Jika ada kontrak, seringkali isinya tidak jelas atau memiliki klausul yang merugikan. Oleh karena itu, penting bagi setiap pencari kerja untuk memeriksa kontrak dengan teliti sebelum menandatanganinya.
5. Janji pekerjaan di luar negeri tanpa informasi yang jelas: Banyak tawaran pekerjaan yang menggiurkan di luar negeri, tapi tanpa detail yang memadai mengenai jenis pekerjaan, lokasi, atau perusahaan yang menawarkan. Penipuan seperti ini seringkali menjurus pada eksploitasi tenaga kerja, bahkan hingga perdagangan manusia. Selalu pastikan semua informasi diverifikasi terlebih dahulu sebelum memutuskan bekerja di luar negeri.
Solusi Menghadapi Modus Penipuan Lowongan Kerja
Di tengah sulitnya mencari pekerjaan, wajar jika banyak orang tergoda dengan tawaran yang terlihat menjanjikan. Namun, kita harus tetap waspada dan selalu berpikir rasional. Berikut beberapa tips yang bisa digunakan untuk menghindari penipuan lowongan kerja:
1. Selalu verifikasi perusahaan: Sebelum melamar pekerjaan, pastikan untuk melakukan riset terlebih dahulu tentang perusahaan tersebut. Cek reputasinya melalui internet atau tanyakan kepada teman atau keluarga yang mungkin mengetahui tentang perusahaan tersebut. Jika lowongan kerja dari luar negeri, pastikan informasi perusahaan dapat diverifikasi melalui kedutaan atau konsulat setempat.
2. Waspada dengan tawaran yang terlalu bagus untuk jadi kenyataan: Jika sebuah penawaran kerja terdengar terlalu bagus, seperti gaji tinggi tanpa syarat yang logis atau proses seleksi yang terlalu mudah, maka itu mungkin sebuah jebakan. Tawaran kerja yang sah biasanya sebanding dengan keahlian dan pengalaman yang diminta.
3. Jangan pernah membayar untuk mendapat pekerjaan: Ini adalah prinsip dasar yang harus diingat oleh semua pencari kerja. Perusahaan yang sah tidak akan pernah meminta calon pekerjanya untuk membayar biaya apapun sebagai syarat diterima kerja. Jika ada biaya yang perlu dikeluarkan, seperti untuk visa atau pelatihan, hal ini biasanya dijelaskan dengan jelas dalam proses rekrutmen.
4. Gunakan platform terpercaya: Melamar pekerjaan melalui platform lowongan kerja resmi dan terpercaya bisa mengurangi risiko tertipu. Platform ini biasanya memiliki sistem untuk memverifikasi perusahaan sebelum mempublikasikan lowongan kerja.
5. Konsultasi dengan profesional: Jika kita ragu terhadap suatu penawaran kerja, konsultasikan dengan profesional, seperti tenaga kerja ahli, organisasi perlindungan konsumen, atau lembaga pemerintah yang bertugas menangani penempatan tenaga kerja. Mereka dapat membantu memverifikasi legalitas dan kredibilitas perusahaan atau agen yang menawarkan pekerjaan.
Pada akhirnya, di tengah persaingan yang ketat untuk mendapatkan pekerjaan, jangan pernah mengorbankan integritas atau keamanan diri hanya demi janji-janji manis yang belum tentu benar. Tetap waspada, kritis, dan jangan mudah tergiur. Memilih jalur yang aman dan resmi mungkin memerlukan waktu lebih lama, tetapi itu jauh lebih baik daripada menjadi korban penipuan yang dapat merugikan secara materi dan mental.
Demikian pengalaman saya sebagai pencari kerja di masa lalu yang bisa saya bagikan. Meskipun tantangan zaman berubah, saya berharap pengalaman ini bisa menjadi pelajaran bagi pencari kerja di masa kini agar lebih berhati-hati dan tidak terjebak dalam praktik penipuan yang semakin beragam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H