Kelong Wewe di masyarakat saya biasa disebut Kelong saja (tanpa kata Wewe), adalah sejenis makhlus halus yang biasa berkeliaran ketika hari mulai gelap. Mereka mengincar manusia, umumnya anak-anak yang berkeliaran malam hari karena itu orang tua kami melarang kami berkeliaran kala senja tiba peribahasanya hati-hati nanti bisa dirawu Kelong.
Lalu bagaimana kepercayaan ini bisa berkembang, alasannya adalah banyak kejadian di wilayah kami anak hilang menjelang senja tiba. Biasanya masyarakat serentak secara bergotong royong mencarinya bersama-sama di daerah sekitar kampung yang biasanya masih berupa hutan atau semak-semak dan semacamnya.
Korban biasa ditemukan di atas pohon dalam keadaan tidak sadar, korban bisa ditemukan saat itu juga ada juga yang ditemukan hari berikutnya dengan keadaan yang lebih mengkhawatirkan tentunya. Ada juga korban yang secara tidak sadar mengaku tiba-tiba berada di hutan dan merasa tersesat lalu mereka berjalan tanpa arah dan ditemukan penduduk di daerah lain.
Menurut kepercayaan dimasyarakat makhluk yang melakukannya adalah sejenis makhluk yang punya sayap dan terbang dengan wajah dan perawakan perempuan yang mengerikan, masyarakat saya biasa menyebutnya Kelong atau di daerah lain mungkin dikenal dengan nama Kelong Wewe.
Kelong berasal dari kata Kalong yaitu binatang malam semacam kelelawar tapi dalam bentuk yang lebih besar, bentangan sayapnya Kalong dewasa bisa sepanjang  1 meteran. Binatang Kalong mereka paling suka makan bunga duren, ketika pohon duren berbunga bisa dipastikan binatang ini datang dan memakan bunga-bunga duren.
Kalong dan Kelong adalah dua hal yang berbeda, Kalong sejenis binatang yang biasa bersarang dipohon yang sangat tinggi. Bagi Pemirsa yang pernah berkunjung ke Kebun Raya Bogor di sana saya pernah menyaksikan pohon kalong yang setiap harinya digunakan binatang ini bergantungan setiap harinya untuk bersarang.
Sedangkan Kelong adalah sejenis makhluk halus yang suka mengambil orang dewasa tapi umumya anak-anak pada sore menjelang malam, dan biasanya mereka menyimpannya di atas pohon dan dalam keadaan tidak sadar. Secara kesaksian saya tidak pernah mendapat saksi mata seseorang di ambil Kelong, tapi setiap ada kejadian sejenis selalu dihubungkan dengan cerita mitos ini.
Cerita yang saya bagikan tentang Kelong adalah unsur budaya dan kepercayaan lokal. Semua saya gambarkan bagaimana kepercayaan terhadap makhluk halus seperti Kelong ini berkembang di masyarakat saya, serta bagaimana cerita ini berfungsi sebagai alat untuk mendisiplinkan anak-anak agar tidak berkeliaran saat senja. Beberapa hal yang bisa kita petik adalah:
1. Penggunaan Cerita Rakyat sebagai Kontrol Sosial: Mitos cerita tentang Kelong digunakan oleh orang tua untuk menakut-nakuti anak-anak agar tetap di rumah saat senja. Ini adalah contoh yang baik tentang bagaimana mitos dan cerita rakyat digunakan sebagai alat kontrol sosial.
2. Kombinasi Fakta dan Mitos: Fakta tentang kelelawar (kalong) dan mitos tentang makhluk halus (Kelong). Hal ini menunjukkan bagaimana elemen alam dan hewan dapat diintegrasikan dalam cerita rakyat untuk menciptakan makhluk legendaris yang menakutkan.
Kesimpulan