Lalu selain gambaran fisik seperti yang dijabarkan di atas bagaimana karakter makhluk mitos ini? Menurut cerita yang berkembang, seperti makhluk halus pada umumnya mereka tidak mengganggu selama mereka tidak merasa terganggu. Hal ini artinya ada beberapa hal yang menjadi pantangan orang-orang yang mempercayainya, salah satunya adalah di dalam hutan kita dipantang menyebut nama makhluk Harimau Jadi-Jadian (Maung Kajajaden).
Walaupun terpaksa kita harus menyebutkannya, namanya diganti jadi Urang Leuwueng (manusia yang tinggal di hutan), pantangan lain juga berlaku seperti dilarang bicara sembarangan, buang air sembarangan dan lain-lain. Kalau pantangan tidak dipatuhi konsekwensinya bagi orang yang mempercayainya adalah bisa jadi mendapat kesusahan, seperti tersesat, bertemu langsung makhluknya dan dibawa ke alam mereka, atau bahkan kerasukan.
Dimana?
Mitos ini berkembang di masyarakat pelosok yang mempercayainya, terutama ketika mereka berada di dalam hutan. Sekarang hutan sudah semakin menipis, manusia semakin merangseg memasuki kawasan hutan untuk berbagai kepeluan. Tapi masih ada tempat-tempat yang disakralkan salah satunya adalah Situs Cipabeasan di daerah hulu sungai Cipunagara Desa Cisalak-Subang-Jabar. Masyarakat sekitar percaya Situs Pabeasan dijaga oleh Harimau Putih (Maung Bodas).
Kapan?
Mitos ini dahulu masih sangat diyakini bahkan saya masih ingat diberikan sebuah jampi-jampi, untuk mengusir makluk ini ketika kita menjumpainya. Bunyi jampi-jampinya adalah: Sima aing sima maung, ulah aing nukasima ku maung, kudu maung nukasima ku aing yang artinya kira-kira "Auraku aura harimau, jangan aku yang kena aura harimau, tapi harus harimaulah yang terima auraku".
Seiring pergantian generasi, kini keyakinan ini mulai luntur tapi masih ada juga yang masih mempercayainya dan kita patut menghargai dan melestarikannya sebagai kearifan lokal yang membantu keseimbangan alam dengan manusia pada umumnya.
Siapa?
Kami sebagai masyarakat setempat percaya atau tidak, pada umumnya menghargai warisan leluhur kami dan mengambil hikmahnya supaya kami senantiasa menjaga dan melestarikan alam dan menjaganya untuk anak cucu kita generasi mendatang.
Bagaimanapun semua perbuatan dolim atau perbuatan yang baik akan mendapatkan balasannya, sehingga kita jangan meremehkan kearifan leluhur meski dari sudut pandang yang berbeda.
Mengapa?