Akhir pekan ini saya disibukan dengan perjalanan sehingga kurang berkesempatan untuk menulis, malam ini pun saya baru punya waktu luang sebelum pergi tidur. Tapi saya bingung mau nulis apa ya? Saya coba lihat dokumentasi poto perjalanan hari ini serta kemarin lusa, dan saya menemukan Poto ini:
Poto di atas adalah keramik berupa dua buah guci dan satu bentuk sebuah piring berukuran besar, ukurannya saya perkirakan tidak kurang dari diameter 1 meter. Benda itu sudah saya lihat semenjak awal-awal saya menikah dengan istri, konon almarhum ayah istri saya adalah pengusaha keramik impor.
Keramik di atas adalah sebuah keramik yang gagal di ekspor ke negara Jepang karena tidak memenuhi spesifikasi yang telah disepakati, yaitu kadar airnya tidak tepat menurut pengakuan istri saya.Â
Untuk menjawab tentang faktor yang menyebabkan gagalnya ekspor keramik ke Jepang, berikut beberapa hal yang mungkin bisa membantu memahaminya:
1. Kadar Air pada Keramik
Kadar air pada keramik adalah salah satu faktor penting dalam penilaian kualitas, terutama untuk produk yang akan diekspor ke negara seperti Jepang yang memiliki standar kualitas yang ketat. Kadar air yang berlebihan pada keramik dapat memengaruhi:
- Kekuatan keramik, kadar air yang tidak sesuai bisa menyebabkan keramik lebih rapuh atau retak selama proses pengangkutan atau penggunaan.
- Retensi warna dan pola, kadar air yang terlalu tinggi dapat memengaruhi cat atau glasir pada keramik, mengubah warna atau menyebabkan bercak yang tidak diinginkan.
- Daya tahan, keramik dengan kadar air yang tidak tepat mungkin tidak tahan terhadap perubahan suhu atau kelembaban, menyebabkan kerusakan seiring waktu.
Jadi, kadar air memang bisa menjadi salah satu penyebab keramik ditolak jika tidak memenuhi standar spesifikasi negara tujuan, seperti Jepang.