Sebelum kita membahas lebih jauh tentang film ini, saya ingin mengingatkan bahwa ulasan ini akan mengungkap beberapa detail penting dari alur cerita. Jika Anda belum menonton film ini dan ingin menikmatinya tanpa bocoran, saya sarankan untuk menonton terlebih dahulu sebelum melanjutkan ulasan ini.
Berawal dari obrolan santai teman kantor hari ini, ternyata banyak diantara teman-teman saya di kantor yang lahir dibulan September. Pertama seorang rekan kerja nyeletuk "bulan ini kan ulang tahunnya Bu Surti(bukan nama sebenarnya), saya ingat betul karena tanggal lahirnya sama dengan tanggal lahir anak saya".
"O, ya?" jawab saya pendek. "iya, anak saya, Bu Surti, dan saya sendiri lahir bulan September" jawab rekan saya selanjutnya. Dilanjutkan seorang rekan kerja lainnya yang ikut nimbrung dengan mengatakan bahwa almarhum Crhisye juga lahir bulan September.
Sontak kami menduga-duga kalau teman saya yang satu ini adalah penggemar beratnya Chrisye dan diapun mengiyakan, tapi lebih jauh lagi dia mengungkapkan bahwa dia dan Crhisye lahir pada tanggal dan bulan yang sama yaitu tanggal 16 September.
Dari obrolan di atas muncul ide saya untuk menuliskan artikel ini sesuai filmnya yang dirilis tahun 2017 yang diperankan Vino Bastian, sesuai judulnya Crhisye film ini menceritakan perjalanan hidup Sang Legendaris dari mulai meniti kariernya hingga akhir hayatnya.
Christian Rahadi (Chrisye) lahir di Jakarta tanggal 16 September 1949 dan meninggal tanggal 30 Maret 2007, awal karier Chrisye awalnya ditentang ayahnya karena profesi seniman dianggap profesi yang tidak menjanjikan sehingga panggilan bandnya Chrisye ke Amerika harus berangkat tanpa dirinya karena awalnya Sang Ayah tidak mengizinkannya.
Menjelang waktu akhir keberangkatan akhirnya ayah Chrisye berubah pikiran, hal ini sekaligus memberikan restu dan legitimasi emosional terhadap Chrisye untuk melanjutkan kariernya sebagai penyanyi.
Berbagai konflik menghampiri Chrisye selama berkarier diantaranya pada awalnya dia menolak untuk bernyanyi solo karena menganggap dia besar dan dibesarkan oleh grup bandnya saat itu, tapi akhirnya temannya berhasil meyakinkannya untuk menyanyikan lagu berjudul Lilin-Lilin Kecil.
Kesuksesan lagu Lilin-Lilin Kecil menjadi titik balik bagi Chrisye. Lagu ini mendapat sambutan yang luar biasa dari masyarakat dan menjadi salah satu hit yang membesarkan namanya. Meskipun awalnya Chrisye ragu untuk tampil solo, keberhasilan ini membuatnya semakin percaya diri dan meneguhkan langkahnya di industri musik. Lagu tersebut menjadi simbol ekspresi Chrisye yang melankolis dan penuh perasaan, memperlihatkan karakter vokalnya yang unik.
Selanjutnya, Chrisye terus mengeksplorasi berbagai genre musik, mulai dari pop, rock, hingga jazz. Ia bekerja sama dengan sejumlah musisi dan komposer terkenal seperti Guruh Soekarnoputra, Yockie Suryoprayogo, dan Erwin Gutawa. Kolaborasi dengan Guruh Soekarnoputra menghasilkan album legendaris Badai Pasti Berlalu yang dirilis pada tahun 1977. Album ini dikenal dengan aransemen musiknya yang kaya dan lagu-lagu yang memiliki lirik mendalam, menjadikannya salah satu album terbaik sepanjang masa dalam sejarah musik Indonesia. Â
Dalam perjalanan hidup Chrisye dalam film ini juga disinggung perjalanan cintanya dengan Sang istri yang berperan penuh dalam mendukung karier Chrisye, salah satunya menceritakan Sang Legendaris yang hanya sekali dalam hidupnya minta ditemani istrinya rekaman karena kesulitan menyanyikan lirik yang diciptakan Taufik Ismail.
Ketika Tangan dan Kaki Berkata adalah lagu yang liriknya diciptakan Taufik Ismail sebagai terjemahan dari ayat surah Yasin. Awalnya Chrisye begitu kesulitan sampai harus meminta istrinya datang ke studio, lagu ini adalah lagu bernafas religi yang dinyanyikan chrisye. Atas dukungan istri dan keterangan dari Taufik Ismail akhirnya Crhisye berhasil menyanyikan lagu Ketika Tangan dan Kaki Berkata yang merupakan terjemahan surat yasin ayat 65.
Akhirnya Chrisye wafat setelah berjuang melawan penyakitnya sebagai muslim pada 30 Maret 2007. Keluarga, teman, sahabat, dan semua penggemarnya sangat kehilangan. Begitulah sejatinya manusia yang beriman dia dilahirkan dalam keadaan menangis dan disambut tawa riang.Â
Tapi dia akan tertawa lega ketika meninggal karena telah meninggalkan banyak amal sebagai bekalnya di akhirat nanti, biarlah sementara mereka yang ditinggal menangis dan mengenang amal dan karyanya sepanjang masa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H