Pengalaman ini saya ambil dari pengalaman pribadi saya di kantor, antara sebelum kami mengadakan acara masak sendiri untuk acara makan siang dan setelah kami memutuskan untuk iuran bersama guna menyediakan makan siang setiap harinya.
Hitungan kasarnya sekali makan untuk sekelas makan warung padang murah meriah saja sekali makan kami bisa menghabiskan tidak kurang dari 25 ribu rupiah, kalikan saja 25 hari kerja sama dengan anggaran kami untuk makan siang sekitar Rp. 625.000 per bulan. Itu belum kalau kami tergoda untuk variasi makan ini dan itu yang bersifat impulsif secara tidak terasa anggaran makan siang saja kami menghabiskan tidak kurang dari 1 juta per bulan.
Atas inisiatif seorang pimpinan waktu itu kami sepakati untuk menyediakan makan dengan memasak sendiri, adapun menunya bisa kami sepakati sebelumnya. Ternyata anggarannya hanya sekitar 200 ribu rupiahan perbulan dengan variasi menu yang bisa kami atur dan sesuaikan.
Pengalaman yang saya ceritakan memberikan gambaran yang sangat menarik tentang perbedaan biaya antara makan di luar dan memasak sendiri. Ada beberapa alasan mengapa memasak sendiri bisa jauh lebih hemat dibandingkan dengan makan di warung atau restoran:
1. Efisiensi Biaya Bahan Baku:
- Pembelian dalam Jumlah Besar: Saat memasak sendiri, kita biasanya membeli bahan makanan dalam jumlah yang lebih besar atau dalam kemasan besar, yang sering kali lebih murah per unitnya. Misalnya, membeli beras, sayur, dan bumbu dalam jumlah besar dapat lebih efisien dibandingkan membeli porsi kecil yang siap saji.
- Harga Grosir vs Harga Eceran: Warung atau restoran umumnya membeli bahan baku dengan harga grosir, tetapi mereka harus menjualnya dengan markup yang lebih tinggi untuk menutupi biaya operasional seperti sewa tempat, gaji karyawan, utilitas, dan keuntungan. Sementara itu, ketika kita membeli bahan untuk dimasak sendiri, kita menghindari markup ini.
2. Biaya Operasional Warung/Restoran:
- Markup Harga: Warung atau restoran harus menaikkan harga makanan untuk menutupi biaya operasional seperti sewa tempat, listrik, air, gaji karyawan, serta keuntungan yang diharapkan. Markup ini bisa cukup signifikan, sehingga harga makanan di warung lebih tinggi dibandingkan dengan biaya bahan bakunya sendiri.
- Biaya Tambahan: Di warung atau restoran, kita juga membayar untuk layanan, suasana, dan kenyamanan yang mereka sediakan. Biaya-biaya ini sering kali tersembunyi dalam harga makanan yang kita bayar.
3. Kontrol dan Variasi Menu:
- Kontrol Porsi dan Bahan: Ketika kita memasak sendiri, kita memiliki kontrol penuh atas bahan yang digunakan, porsi makanan, dan kualitasnya. Ini memungkinkan kita untuk menghemat bahan atau menggunakan sisa-sisa makanan dengan lebih efisien.
- Kreativitas Menu: Kita bisa membuat variasi menu sesuai selera dan kebutuhan, tanpa biaya tambahan. Memasak sendiri juga memungkinkan kita untuk bereksperimen dengan resep atau bahan yang lebih ekonomis.
4. Biaya Impulsif:
- Godaan Tambahan: Ketika makan di luar, kita sering kali tergoda untuk membeli makanan atau minuman tambahan yang sebenarnya tidak direncanakan. Pengeluaran impulsif ini bisa menambah biaya makan secara signifikan. Memasak sendiri biasanya lebih terencana dan fokus pada kebutuhan dasar.
5. Waktu dan Tenaga:
- Waktu Persiapan: Meskipun memasak sendiri memerlukan waktu dan tenaga, dalam banyak kasus, terutama jika dilakukan bersama-sama seperti yang kami lakukan, waktu ini bisa lebih efisien dan bahkan menjadi kegiatan sosial yang menyenangkan.
Kesimpulannya, memasak sendiri memang bisa sangat menghemat biaya dibandingkan dengan makan di luar. Pengalaman yang kami alami di kantor membuktikan bahwa dengan perencanaan yang baik, memasak sendiri bisa menjadi solusi hemat dan efisien untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H