Mohon tunggu...
agus hendrawan
agus hendrawan Mohon Tunggu... Guru - Tenaga Kependidikan

Pendidikan, menulis, berita, video, film, photografi, sinematografi, alam, perjalanan.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Serangan Siber terhadap Pusat Data Nasional "Sebab dan Solusi"

26 Juni 2024   21:02 Diperbarui: 26 Juni 2024   21:02 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hacker. (Dok. Shutterstock)via Kompas.com

Serangan siber yang menimpa Pusat Data Nasional (PDN) sejak Kamis, 20 Juni 2024, benar-benar mengkhawatirkan. Sebagai warga negara yang selalu mempercayakan keamanan data saya kepada sistem yang telah disepakati bersama pemerintah, mendengar berita ini tentu saja membuat saya khawatir. Mengingat ini menyangkut Pusat Data Nasional (PDN), saya yakin Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) adalah pihak yang paling bertanggung jawab dalam hal ini.

Sebatas pengetahuan saya, peretasan terhadap sistem pertahanan keamanan data sekelas PDN melibatkan serangkaian langkah dan teknik canggih yang memanfaatkan berbagai kelemahan dalam sistem. Berikut adalah beberapa cara umum yang digunakan peretas untuk melancarkan aksinya:

  1. Eksploitasi Kerentanan Perangkat Lunak: Peretas sering kali mencari dan memanfaatkan kerentanan (vulnerabilities) dalam perangkat lunak yang digunakan oleh sistem target. Kerentanan ini bisa berasal dari kode yang tidak aman, bug, atau celah yang belum diperbaiki (patch).

  2. Serangan Phishing: Ini adalah salah satu metode yang paling umum digunakan untuk mendapatkan akses ke sistem. Peretas mengirim email atau pesan palsu yang terlihat resmi untuk menipu pengguna agar memberikan informasi login mereka atau mengunduh malware.

  3. Malware dan Ransomware: Peretas dapat menggunakan malware (perangkat lunak berbahaya) atau ransomware (jenis malware yang mengenkripsi data dan meminta tebusan) untuk mendapatkan akses atau mengganggu sistem. Malware ini bisa disebar melalui lampiran email, situs web yang terinfeksi, atau perangkat yang terhubung ke jaringan.

  4. Serangan DDoS (Distributed Denial of Service): Serangan ini melibatkan membanjiri server target dengan lalu lintas yang sangat tinggi sehingga membuatnya tidak dapat melayani pengguna yang sah. Meskipun tidak selalu digunakan untuk mencuri data, serangan DDoS dapat mengganggu operasi dan menciptakan celah bagi peretas untuk menyusup.

  5. Social Engineering: Teknik ini melibatkan manipulasi psikologis terhadap individu untuk mendapatkan akses atau informasi yang diinginkan. Contohnya termasuk menipu staf IT untuk memberikan akses atau informasi login.

  6. Credential Stuffing: Peretas menggunakan kombinasi nama pengguna dan kata sandi yang dicuri dari pelanggaran data sebelumnya untuk mencoba masuk ke akun yang berbeda. Banyak pengguna yang menggunakan kata sandi yang sama di berbagai situs, sehingga teknik ini bisa sangat efektif.

  7. Eksploitasi Zero Day: Ini melibatkan penggunaan kerentanan yang belum diketahui atau belum diperbaiki oleh vendor perangkat lunak. Karena tidak ada solusi atau perlindungan yang tersedia untuk kerentanan ini, mereka bisa sangat berbahaya.

  8. Man in the Middle (MitM) Attacks: Peretas memposisikan diri di antara dua pihak yang berkomunikasi untuk menyadap atau memodifikasi komunikasi. Ini bisa dilakukan melalui jaringan Wi-Fi yang tidak aman atau dengan cara menginfeksi perangkat jaringan.

  9. Penetrasi Fisik: Kadang-kadang, peretas dapat memperoleh akses fisik ke sistem atau perangkat keras. Ini bisa termasuk memasukkan perangkat USB yang terinfeksi ke komputer dalam jaringan target.

Untuk mencegah dan mengurangi risiko serangan seperti ini, organisasi seperti PDN perlu menerapkan langkah-langkah keamanan yang ketat, termasuk:

  • Pembaruan dan Patch Berkala: Memastikan semua perangkat lunak dan sistem operasi diperbarui secara teratur dengan patch keamanan terbaru.
  • Pelatihan Kesadaran Keamanan: Melatih staf tentang praktik keamanan yang baik, termasuk cara mengenali upaya phishing dan social engineering.
  • Penggunaan Firewall dan Sistem Deteksi Intrusi: Menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak keamanan untuk memantau dan melindungi jaringan dari serangan.
  • Otentikasi Multifaktor (MFA): Mengimplementasikan MFA untuk menambahkan lapisan keamanan ekstra dalam proses login.
  • Enkripsi Data: Mengenkripsi data baik dalam perjalanan (in transit) maupun saat disimpan (at rest) untuk melindunginya dari akses yang tidak sah.
  • Audit Keamanan dan Pengujian Penetrasi: Melakukan audit keamanan dan pengujian penetrasi secara berkala untuk mengidentifikasi dan memperbaiki kerentanan yang ada.

Dengan mengadopsi pendekatan yang komprehensif terhadap keamanan siber, organisasi dapat mengurangi risiko dan melindungi sistem mereka dari serangan peretas.

Langkah di atas tentunya juga berlaku untuk kita dalam berinteraksi di dunia digital, bukan niat menggurui sebatas berbagi semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun