Membaca tulisan Papa Tjiptadinata tentang Baby Blues, selain sebagai tantangan dari Kompasiana, membuat saya juga berniat menulis sekelumit tentang Baby Blues.
Apa itu Baby Blues?
Baby Blues adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perasaan sedih, cemas, atau lelah yang dialami oleh banyak ibu baru setelah melahirkan. Berdasarkan cerita yang berkembang, salah satunya adik ipar saya mengaku mengalami fenomena ini dengan merasa trauma atas rasa sakit luar biasa ketika melahirkan anak pertamanya. Sehingga, dia tidak sanggup menyusui bahkan melihat anaknya sendiri untuk beberapa minggu, sehingga harus orang lain yang melakukannya.
Siapa yang Mengalami Baby Blues?
Intinya, Baby Blues adalah perasaan sedih, cemas, atau lelah yang dialami oleh banyak ibu baru setelah melahirkan, seperti cerita adik ipar saya di atas.
Kapan Baby Blues bisa terjadi?
Perasaan ini biasanya muncul beberapa hari setelah persalinan dan dapat berlangsung selama beberapa hari hingga dua minggu. Gejala Baby Blues meliputi:
- Perasaan sedih atau murung: Ibu mungkin merasa lebih mudah menangis atau merasa sedih tanpa alasan yang jelas.
- Kecemasan dan khawatir: Ibu mungkin merasa cemas tentang kemampuannya merawat bayi atau tentang perubahan dalam hidupnya.
- Kelelahan: Kurangnya tidur dan tuntutan merawat bayi baru dapat menyebabkan kelelahan fisik dan emosional.
- Kesulitan tidur: Ibu mungkin mengalami kesulitan tidur, bahkan ketika bayi tidur.
- Perubahan suasana hati: Ibu bisa merasa bahagia satu saat dan sedih pada saat berikutnya.
Mengapa Baby Blues bisa terjadi?
Baby Blues terjadi karena kombinasi berbagai faktor fisik, emosional, dan psikologis yang dialami oleh ibu setelah melahirkan. Berikut adalah beberapa penyebab utama:
- Perubahan Hormonal: Setelah melahirkan, ada penurunan drastis hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh ibu. Perubahan hormon ini dapat mempengaruhi mood dan emosi. Selain itu, hormon-hormon lain yang terlibat dalam menyusui, seperti prolaktin dan oksitosin, juga dapat mempengaruhi perasaan ibu.
- Perubahan Fisik: Proses melahirkan itu sendiri sangat melelahkan dan menuntut fisik. Pemulihan tubuh dari persalinan memerlukan waktu dan energi. Kurangnya tidur dan kelelahan karena merawat bayi baru lahir juga berkontribusi terhadap perasaan lelah dan mood yang buruk.
- Perubahan Emosional: Menjadi seorang ibu baru bisa menjadi pengalaman yang sangat emosional. Rasa tanggung jawab yang besar, serta perasaan cemas tentang kemampuan merawat bayi, dapat menyebabkan stres dan kecemasan. Ibu baru mungkin merasa kewalahan oleh perubahan besar dalam hidup mereka dan peran baru sebagai orang tua.
- Kurangnya Dukungan: Kurangnya dukungan dari pasangan, keluarga, atau teman dapat membuat ibu merasa sendirian dan kewalahan. Isolasi sosial dan kurangnya kesempatan untuk berbicara tentang perasaan dan pengalaman juga dapat memperburuk perasaan sedih.
- Pengaruh Lingkungan: Tekanan dari lingkungan, harapan sosial, dan budaya tentang bagaimana seorang ibu seharusnya berperilaku atau merasa dapat menambah stres.
- Kondisi Medis atau Kesehatan Mental: Riwayat depresi atau gangguan kecemasan sebelumnya dapat meningkatkan risiko mengalami Baby Blues. Komplikasi selama kehamilan atau persalinan, seperti kelahiran prematur atau masalah kesehatan bayi, juga dapat berkontribusi pada perasaan cemas dan sedih.
Secara keseluruhan, Baby Blues adalah respons umum terhadap perubahan besar yang terjadi dalam tubuh dan kehidupan seorang ibu setelah melahirkan. Memahami penyebabnya dapat membantu ibu baru dan orang-orang di sekitar mereka memberikan dukungan yang tepat selama periode ini.
Bagaimana Baby Blues bisa disembuhkan?
Baby Blues umumnya tidak memerlukan pengobatan medis dan biasanya akan membaik dengan sendirinya ketika ibu beradaptasi dengan peran barunya dan mendapatkan dukungan dari keluarga dan teman. Namun, jika perasaan sedih dan kecemasan berlanjut lebih dari dua minggu atau semakin parah, hal itu bisa menjadi tanda depresi pasca melahirkan (postpartum depression), yang memerlukan penanganan medis lebih lanjut.
Penting bagi ibu baru untuk mendapatkan dukungan emosional dan praktis dari orang-orang di sekitarnya selama periode ini, dan untuk berbicara dengan profesional kesehatan jika mereka merasa memerlukan bantuan tambahan.
Pengalaman Pribadi
Pada masa gadisnya, istri saya mengalami trauma saat melihat seekor anak kucing terinjak pamannya. Hal itu berimbas pada rasa takut, geli, dan perasaan semacamnya yang berlebihan ketika melihat bayi baru lahir, boneka, dan yang terutama pada anak kucing. Dia akan lari terbirit-birit ketika melihat atau mendengar suara kucing, begitu pula dia merasakan hal yang sama ketika melihat seorang bayi yang baru dilahirkan.
Sesuai judul yang saya ambil di atas "Anomali Baby Blues", inilah sebenarnya yang terjadi:
Ketika istri melahirkan anak semata wayang kami, dia mengaku tidak merasakan trauma di atas. Malah, dia merasakan perasaan yang senang luar biasa ketika melihat anak kami yang baru lahir. Artinya, bisa disimpulkan dia sembuh dari trauma di atas. Hal ini juga terjadi ketika dia melihat anak lainnya (bayi yang baru lahir).
Dia dengan penuh kasih sayang dan perhatian selayaknya seorang ibu yang menggendong anaknya dengan penuh kasih sayang. Alih-alih mengalami Baby Blues, istri saya merasakan kebahagiaan luar biasa dan kasih sayang terhadap anak kami. Ini menunjukkan bahwa setiap pengalaman melahirkan unik dan tidak semua ibu akan mengalami Baby Blues, serta bahwa perasaan negatif terkait persalinan bisa berubah menjadi positif dalam situasi yang berbeda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H