Mengunjungi lahan kosong di samping sekolah saat jam istirahat bisa mendapatkan berbagai macam inspirasi dan hal lain yang membuat pikiran lebih fresh.
Meski letaknya persis berada di samping pusat kota salah satu kecamatan di Kota Bekasi, tapi karena lahan fasos/ fasum ini belum digunakan membuat lahan ini menjadi habitat beberapa satwa endemik seperti: Burung Kutilang, burung puyuh, bahkan kami pernah menemukan seekor biawak sebesar paha orang dewasa terjebak di ruang gudang ATK karena terperosok dari langit-langit.
Sekedar menikmati sejenak keheningan ditemani kicauan burung yang beterbangan kesana-kemari sambil memperhatikan beningnya genangan air rawa yang terbentuk oleh genangan air musim penghujan, kali ini perhatian saya tersita oleh kehadiran beberapa ekor Yuyu.
Masa kanak-kanak di daerah kami yang dikelilingi pesawahan membuat kami akrab dengan binatang yang satu ini, adalah sesuatu yang menghadirkan kenangan masa itu kembali saat melihat kehadiran binatang ini. Mengingat khususnya di kota dimana kami berdomisili saat ini adalah hal yang sulit untuk menemukan binatang ini apalagi disela kesibukan kami sehari-hari yang padat.
Yuyu hidup di air tawar, seperti sungai, danau, sawah, dan parit. Yuyu banyak ditemukan di berbagai wilayah di Indonesia, seperti Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Yuyu juga dapat ditemukan di beberapa negara lain di Asia Tenggara, seperti Malaysia, Thailand, dan Vietnam.
Memiliki cangkang yang keras berwarna coklat, kehitaman, atau ungu gelap. Cangkang Yuyu umumnya berukuran 5-10 cm, namun beberapa spesies dapat mencapai ukuran hingga 20 cm. Memiliki kaki yang panjang dan ramping dengan ujung yang lancip. Memiliki capit yang kuat untuk mencari makan dan mempertahankan diri. Memiliki mata majemuk yang terletak di bagian depan cangkang. Memiliki antena yang digunakan untuk merasakan dan mencium.
Yuyu adalah hewan nokturnal, yang berarti mereka aktif di malam hari. Yuyu adalah omnivora dan memakan berbagai jenis makanan, seperti daun-daunan, serangga, dan hewan kecil lainnya. Yuyu merupakan bagian penting dari ekosistem air tawar dan membantu menjaga keseimbangan populasi hewan lain di air.
Yuyu dapat hidup hingga 10 tahun di alam liar. Yuyu adalah perenang yang handal dan dapat bergerak dengan cepat di air, hal lain yang menarik Yuyu bergerak menyamping. Yuyu memiliki kemampuan untuk beregenerasi, sehingga jika kakinya patah, kakinya dapat tumbuh kembali.
Yuyu bereproduksi secara seksual. Yuyu betina menghasilkan telur yang kemudian dibuahi oleh sperma Yuyu jantan. Telur Yuyu menetas menjadi larva yang kemudian tumbuh menjadi Yuyu dewasa.
Yuyu sering ditangkap dan dikonsumsi oleh manusia karena dagingnya yang lezat. Yuyu dapat diolah menjadi berbagai macam masakan, seperti digoreng, dibakar, atau dimasak santan. Yuyu juga dapat digunakan sebagai pakan ternak. Populasi Yuyu terancam oleh beberapa faktor, seperti pencemaran air, perusakan habitat, dan overfishing.
Yuyu adalah hewan yang penting dalam ekosistem air tawar dan memiliki nilai ekonomi bagi manusia. Upaya konservasi perlu dilakukan untuk melindungi populasi Yuyu dari kepunahan.
Yuyu memiliki beberapa nama lokal, seperti Yuyu, Kepiting Sawah, dan Kepiting Soka. Di Tanah Kelahiran saya binatang ini dikenal dengan nama "Keuyeup". Yuyu merupakan salah satu simbol budaya di beberapa daerah di Indonesia. Di beberapa daerah, Yuyu dipelihara sebagai hewan hias.
Sekian, semoga informasi ini bermanfaat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI