Alhamdulillah, saya mendapat banyak berkah dari liburan akhir pekan ini, dan yang tidak kalah pentingnya saya dapat menulis banyak cerita untuk berbagi dengan Pembaca di Kompasiana.
Biar ceritanya agak panjang saya sertakan pengalaman saya saat mengikuti tabligh akbar Nahdatul Auliya di Senayan beberapa waktu lalu yang ceritanya berhubungan dengan Alm. Gusdur.
Buya Said Aqil Siradj mengemukakan bahwa semua orang itu dilahirkan sebagai wali apa pun agama dan kepercayaannya, tapi kewalian kita luntur seraya perjalanan hidup yang jauh dari dzikir sehingga hati menjadi gelap.
Buya mencontohkan Pendeta Bukhaira mengetahui ada calon nabi akhir zaman yang disembunyikan kakeknya di gerobak saat perjalanan berdagang ke negeri Syam. Buya menyebutkan bahwa Pendeta Bukhaira adalah sebagai wali yang diberi kelebihan oleh Allah SWT untuk melihat hal yang orang lain belum tentu bisa.
Saya tidak mau memperdebatkan hal ini, anggap saja ini hanya persepsi pribadi.
Menurut Buya dan juga saya, Gusdur itu Waliyullah (Walinya Allah SWT) banyak ciri-ciri kewaliannya yang tidak bisa saya ungkapkan disini.
Sebelum menjabat Presiden Gusdur pernah berkata pada Buya Said Aqil Sirodj bahwa dia akan jadi Presiden, tapi waktu itu Buya hanya menganggapnya angin lalu karena waktu itu Gusdur tengah terbaring sakit.
Dari sekelumit cerita tentang Gusdur ada yang menarik buat saya yaitu tentang Prabowo. Tapi Gusdur adalah Gusdur yang kita kenal dengan tutur katanya yang kesannya ceplas-ceplos dan kadang penuh kontroversi. Salah satunya Beliau pernah mengungkapkan keinginannya untuk berdamai dengan Israel, entahlah apa maksudnya itu semua diluar SIM (Surat Izin Mengaji) saya hehehe...Â
Kembali tentang Pak Prabowo entah dari siapa awal informasinya katanya Gusdur pernah berkata kalau Prabowo itu akan menjadi Presiden kala dia sudah tua. Betul apa tidak? Ya kita tunggu saja hasilnya.
Sekali lagi tidak ada maksud saya mengungkapkan hal ini sebagai keberpihakan, bagi saya siapa pun yang menjadi Presiden tidaklah masalah.