Mohon tunggu...
agus hendrawan
agus hendrawan Mohon Tunggu... Guru - Tenaga Kependidikan

Pendidikan, menulis, berita, video, film, photografi, sinematografi, alam, perjalanan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Buta Warna Parsial: Pemahaman, Tantangan, dan Bagaimana Solusi Terbaiknya

7 Februari 2024   21:18 Diperbarui: 8 Februari 2024   16:38 987
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar dokumen pribadi

Semenjak kanak-kanak secara tidak sadar saya sering berselisih warna dengan ibu saya, menurut saya warna biru kata Beliau itu warna hijau, begitu pula dengan warna hijau muda dan merah muda atau warna-warna tua saya sering kali berselisih paham dengan teman terutama dengan ibu saya. 

Tapi saya tidak pernah mempermasalahkan itu dan hidup saya berjalan normal-normal saja.

Tahun 1994 saya lulus SMA dan mencoba mengambil jurusan Seni Rupa karena saya suka seni dan hobi melukis. 

Berawal dengan mengikuti tes Sipenmaru pada waktu itu, saya diwajibkan mengikuti tes bakat melukis dan semua berjalan baik-baik saja.

Sampai akhirnya saya diharuskan melampirkan Surat Bebas Buta Warna dari dokter mata, saya pun pergi ke RS Bella di daerah dekat terminal kota Bekasi dan melakukan sejumlah tes pengenalan warna. 

Dan hasilnya sangat mengagetkan ternyata saya menderita kelainan mata buta warna parsial berdasarkan tes dokter mata.

Dari situ saya berniat melupakan niat saya untuk mendalami seni rupa, dan selidik punya selidik ternyata ayah saya menpunyai kelainan mata yang serupa dengan saya.

Baca juga: Hari yang Baru

Lalu bagaimana solusinya?

Saya tidak lantas patah arang saya yakin faktor genetika ini ada jalan keluarnya, karena pada dasarnya tidak ada manusia yang sempurna. 

Masing-masing dibekali kelebihan dan kekurangan oleh Sang Maha Pencipta yang fungsinya supaya kita bisa saling melengkapi dan bersosialisasi dengan sesama dengan kolaborasi dan inovasi sehingga mempererat silaturahmi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun