Secara perlahan saya buktikan satu-persatu bahwa saya adalah manusia biasa yang bisa mengalami sakit tapi masih bisa berguna bagi manusia lain dan lingkungannya. Bahkan lebih dari itu saya punya potensi yang bisa saya tunjukan, yang orang lain belum tentu bisa melakukannya.
Dimulai dari saya bisa mendapat pekerjaan lulus seleksi PNS, hidup mandiri, punya keluarga (anak dan istri), dan terakhir saya buktikan saya bisa berkarya dengan menulis dan membuat film dokumenter.
Dan Alhamdulillah semua berangsur membaik, semua mengalir seperti air yang mengikuti jalan yang seharusnya dilewati. Ketika saya masih menemukan stigma tentang diri saya yang dulu ya saya terima saja memang dulu saya begitu karena sedang sakit. Tapi tidak dengan sekarang.
Kesimpulannya untuk menangani gangguan seperti di atas (anxiety disorder) adalah keterbukaan dan dukungan orang terdekat dalam hal ini dukungan orang tua, istri, anak dan juga diri sendiri harus bisa ikhlash menerima. Keikhlashan disini bukan berarti kita lepas dari upaya, usaha, tarekah, do'a, kuatkan hati, dan mantapkan dzikir.
Stigma lingkungan sekitar juga sangat berpengaruh, maka dari itu saya tulis pengalaman ini sebagai cermin. Rangkulah orang-orang dengan anxiety disorder untuk sembuh, bukan memperparahnya dengan stigma-stigma negatif yang menambah beban hidupnya. Janganlah kita kembali kezaman dahulu yang mengambil jalan memasungnya. Na'udzubillahimindalik.
Berpikir positif, yakin untuk bisa sembuh, karena keyakinan untuk sembuh sangatlah sulit ketika kita mengalami gangguan anxiety disorder. Jadikanlah tulisan saya ini sebagai contoh bahwa gangguan-gangguan kecemasan (anxiety disorder) bisa disembuhkan dan saya bisa bertahan selama 30 tahun.
Selanjutnya lakukan segala sesuatu dengan pelan-pelan, sederhana, dan tidak berlebihan. Jangan membebani diri dengan pikiran negatif, segeralah move on dan kembalilah berpikir positif. Jauhi kemarahan, kesedihan, dan perasaan lainnya dengan kesabaran. Pengalaman saya ketika kita marah atau sedih yang berlebihan maka siap-siap saja anxiety disorder menghampiri.
Lebih dari itu saya juga masih bisa berbuat banyak untuk kebaikan dan beribadah sebagai tugas utama hidup kita di dunia. Masih bisa mendapatkan pekerjaan yang layak, menyelesaikan kuliah dengan biaya sendiri, hidup mandiri, punya keluarga dan berkarya. Yang terakhir saya ingin sampaikan bahwa dengan menulis ternyata bisa mengendalikan stres.
Sekian semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H