Baiklah Penulis akan mulai tulisan ini dengan pertanyaan "apa?"
AI (Artificial Intelligence) adalah kecerdasan komputer yang konon dikembangkan untuk mempunyai perasan, nalar dan segala sesuatu layaknya manusia.
"Memang kenapa?"
Sejak Penulis sekolah dulu di tahun 1997 disebuah akademi ilmu komputer Penulis sudah mendengar pengembangan komputer kearah seperti di atas.
Dan saat ini kita menemukan aplikasi-aplikasi berbasis AI (Artificial Intlelligence) yang mulai bertebaran.
"Siapa, kapan, dan dimana?"
Penulis mendengar gonjang-ganjing di dunia maya dan atau media tentang kekhawatiran perkembangan AI (Artificial Intelligence) mengancam hilangnya berbagai profesi manusia dimasa mendatang karena tergantikan robot AI, dan lain hal sebagainya.
"Terus bagaimana?"
Penulis sudah mencoba dan mempraktikan beberapa fitur AI seperti: Text to Speech, text to picture, text to video.
Hasil yang didapat penulis tidak ada yang berubah dari prinsip sebuah mesin (komputer) secara general yaitu input-proses-output. Dari semenjak komputer itu pertama dikembangkan, ya komputer itu tidak bisa melakukan apapun tanpa perintah.
Bahkan komputer tidak bisa memproses input yang melampaui kapasitasnya. Ini karena komputer gersifat GIGO (Gold In Gold Out, Garbage In Garbage Out)
Contoh Penulis mencoba menggunakan Chat GPTÂ dengan meminta dibuatkan sebuah artikel, ternyata artikel-artikel yang dihasilkan berbahasa monoton bahkan rancu dalam segi tata bahasa dan diksi.
Untuk sebatas pemecah kebuntuan ide ya boleh lah, tapi untuk ditelan mentah-mentah ya entar dulu. Jangan-jangan informasi yang diberikan tidak valid bahkan menyesatkan. Dan itu sering Penulis temukan.
Contoh lain dalam penggunaan text to speech tidak bisa dipungkiri suara kedengaran realistis tapi dengan syarat input teks harus tepat dalam pengetikan dan tanda baca kalau tidak ya kedengaran rancu ini membuktikan bahwa sentuhan tangan manusia sebagai operator mutlak diperlukan. Selanjutnya suara yang dihasilkan terdengar klise karena hanya dapat mewakili beberapa karakter saja, sementara konten kreator berjumlah ribuan bahkan mungkin jutaan.
Begitupun hasil yang didapat dari text to picture apalagi text to video. Kontinuitas karakter tidak bisa dipertahankan sepenuhnya. Bahkan terdapat gambar cacat disana-sini. Sedangkan kontinuitas karakter sangat diperlukan dalam pembuatan sebuah cerita bergambar.
Kesimpulan: Komputer adalah sebuah mesin dimana mesin digunakan untuk membantu pekerjaan manusia. Analoginya jangankan menciptakan manusia, adakah ilmuan yang sudah berhasil menciptakan seekor semut? Kita harus terbuka dengan adanya penemuan baru yang justru membantu kita dalam menyelesaikan tugas dan atau memacu kretivitas lebih cepat, lebih baik, dan lebih maksimal. Syaratnya kita harus aktif jangan pasif, aktif dalam mengikuti perkembangan zaman, kalau perlu ikut berinovasi untuk penemuan baru yang lebih bermanfaat. Kalau kita pasif ya siap-siap saja untuk terlindas kemajuan zaman.
Menurut Penulis sampai saat ini fasilitas AI (Artificial Intelligence) masih bisa dikembangkan lebih baik lagi karena masih terdapat kecacatan disana-sini. Dan walaupun bagaimana tetap tidak akan merubah kodratnya sebagai sebuah mesin.
Selanjutnya izinkan Penulis untuk menyampaikan sebuah kutipan:
"Bahaya sebenarnya bukanlah komputer akan mulai berpikir seperti manusia, tetapi manusia akan mulai berpikir seperti komputer." - Sydney J.Harris
Sebagai perbandingan coba bandingkan voice over yang dihasilkan suara asli Penulis dan hasil text to speech AI.
text to speech AI:
voice over asli:
Sekian, semoga menjadi inspirasi.