Topi Bambu sebagai warisan budaya masyarakat Tangerang sudah ada sejak 1887 pabriknya di Tangerang dan menjadi Lambang Pemerintahan Daerah Kab,Tangerang  terdapat ikon Topi Bambu sejak 1943. Warisan budaya kerajinan tradisional Topi Bambu memiliki motif mimitian atau mahkota topi berbentuk spiral menyerupai lingkaran (Ideran). Nilai seni pada topi Tangerang ini terletak pada permukaan mimitian yang seluruhnya tertutup.
Topi Bambu dengan topi bambu dari wilayah lain. Keunikan proses pembuatan Topi Bambu ini  sangat halus dengan ketebalan iratan lembar anyaman sekitar 0.09 mm sehelai kertas untuk membuat topi bambu membutuhkan waktu sekitar 7 -- 10 hari dengan kualitas yang sangat bagus dan halus.Â
Banyaknya pembuatan topi bambu di rumah rumah yang dikerjakan oleh ibu-ibu di Tangerang yang telah dilakukan secara turun temurun hingga saat ini masih terus berjalan. Topi Bambu memiliki hubungan erat sebagai symbol masyarakat pribumi yang berpadu dengan alam. Kebanggaan menggunakan Topi Bambu dahulu sebagai indikator status social tinggi (Demang atau Lurah kala itu), topi juga digunakan dalam acara seremonial, agama dan aksesoris fasyen.
Ini yang menjadi keprihatinan kami dalam melihat sebuah ikon yang sudah hampir 80 tahun akan terlupakan bahkan  anak pelajar SD maupun SMP  jika di tanya pada logo lambang Topi Bambu menyembutnya sebagai gambar gunung. Sejarah mencatat di tahun 1913 -1930 Kejayaan topi bambu dari Tangerang mampu melakukan ekspor sebanyak 145 juta  ke Amerika bahkan Eropa.
Dalam rangka pelestarian budaya kerajinan tradisional Topi Bambu dari jaman kolonial hingga saat ini masih ada kami pun melakukan berbagai upaya agar Kerajinan tradisional Topi Bambu tidak punah dengan membuat konekting /Kreatif Hub dengan 30 Desa, 500 Perajin Topi Bambu, membentuk 10 Sentra Perajin  hingga telah menghasilkan sekitar 100 model Produk inovatif dan kreatif (Produk Proaktif) yang kami lakukan dalam upaya menjaga keberadaan kerajinan Tradisional Topi Bambu tidak punah.
Banyak tantangan dan kendala  dalam proses agar Kerajinan Tradisonal Topi Bambu tetap ada hingga dapat diminati dunia fasyen oleh  tamu dari luar negeri datang ke Tangerang sejak 2011-2019 untuk melakukan  pembelian dan Kerjasama seperti Belanda, Jepang, Hongkong hingga Dubai. Melalui Konsep 3 IDE dan Regenerasi  atau ( IDE+R) hingga saat ini kami masih tetap menjalankannya.
Konsep 3 IDE (Inovatif,Digitalisasi, Ekspansi) dan Regenerasi  terus kami lakukan selama 12 tahun berjalan ini hingga kami membuat terobosan Topi Bambu menjadi sebuah produk inovatif " Peci Bambu" di pakai Bapak Wakil Presiden RI dan Perdana Menteri Sarawak Malaysia, hingga "Topi Bambu" di pakai oleh Ibu Iriana (Ibu Presiden RI) dan Ibu Wakil Presiden saat ke Tangerang. Digitalisasi dengan adanya website topibambu.com dan Warungkerajinan.com proses informasi dan edukasi terus tercatat, hingga kami tampil di berbagai stasiun TV dan Media Cetak dalam upaya ekspansi.Â
Melalui Kegiatan workshop (Sekolah Bambu Nusantara), Pembuatan buku sebagai upaya pelestarian muatan lokal Tangerang yang memiliki  sejarah, Inovasi Kerajinan tradisional Topi Bambu menjadi sebuah produk Peci Bambu, Helm Anyaman Bambu, Tas Bambu , Travel Bag Bambu hingga tumbler motif mahkota bambu semua produk dibuat yang memiliki ciri khas anyaman seni mimitian Topi Bambu.
Untuk mengedepankan kearifan lokal, mewujudkan eksistensi dan kemanfaatan warisan budaya kerajinan tradisional  Topi Bambu ini kami membuat pagelaran seni budaya melalui Festival Topi Bambu (2021) hingga di resmikan oleh Kementerian Parawisata dan eknomi Kraatif (Kemenparekraf) di terminal T3 Bandara Soekarno Hatta, Pembuatan Museum Topi Bambu ICHE sebagai saran wisata edukasi bagi pelajar, mahasiswa hingga masyarakat dan melakukan Workshop dan pemberdayaan ekonomi kreatif dari Sabang hingga Papua bahkan sampai ke Sarawak  Kuching Malaysia,  Malaca city Malaysia dan Singapore
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H