Mohon tunggu...
Agus Farisi
Agus Farisi Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Membaca, menulis dan berkarya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kekerasan di Balik Organisasi IAIN Jember

3 Maret 2018   15:04 Diperbarui: 3 Maret 2018   15:10 664
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbicara masalah kekerasan tentunya tidak asing lagi di telinga kita. Bahkan setiap hari, setiap bulan, dan setiap tahun kekerasan terjadi dimana-mana. Kekerasan merupakan suatu tindakan agresi dan pelanggaran seseorang dalam membuat onar baik berupa penyiksaan, pemukulan, pemerkosaan, penipuan, dan lain-lain untuk menyebabkan penderitaan atau menyakiti orang lain. Secara garis besar kekerasan adalah suatu konflik yang akan menimbulkan atau mengakibatkan percekcokan, perselisihan, pertentangan antara suatu kelompok untuk menghasilkan sebuah kekuasaan.

Perilaku kekerasan semakin hari semakin nampak, dan sungguh sangat mengganggu ketenteraman hidup kita. Jika hal ini dibiarkan, tidak ada upaya sistematik untuk mencegahnya, tidak mustahil kita sebagai bangsa akan menderita rugi oleh karenanya. Kita akan menuai akibat buruk dari maraknya perilaku kekerasan di masyarakat kita baik dilihat dari kacamata nasional maupun internasional.

Sebagaimana dikatakan oleh para pakar sosiolog yaitu Robert M.Z. Lawang menyatakan bahwa kekerasan merupakan sebuah konflik antar kelompok atau perorangan sebagai perjuangan untuk memperoleh nilai, status, dan kekuasaan. Dikatakan pula oleh Soerjono Soekanto menyatakan bahwa kekerasan merupakan konflik sebagai suatu proses sosial, dimana orang-perorang atau sebuah kelompok manusia berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan menantang lawannya disertai dengan disertegrasi ancaman dan kekerasan.

Berbagai bentuk resolusi konflik yang dapat diintegrasikan dalam program pendidikan antara lain: (1) negosiasi; (2) mediasi; (3) arbitrasi; (4) mediasi-arbitrasi; (5) konferensi komunitas;  dan (6) mediasi teman sebaya. Negosiasi merupakan salah satu bentuk resolusi konflik yang dapat dilakukan dengan cara berdiskusi antara dua atau lebih orang yang terlibat dalam konflik kekerasan dengan tujuan utama untuk mencapai kesepakatan-kesepakatan.

Dapat kita simpulkan bahwa kekerasan adalah segala bentuk perbuatan, perkataan, sikap/tingkah laku dan bahasa tubuh yang dengan sengaja maupun tidak sengaja dapat melukai fisik, perasaan, kejiwaan orang lain, baik itu dilakukan secara kasat mata maupun tidak. Kekerasan pada kehidupan dunia tergolong ke dalam dua bentuk.
Kekerasan tidak hanya mencakup segi fisik saja, melainkan juga segi psikologis, gender dan yang paling bagus dalam bentuk hegemoni. Akan tetapi, pada dunia modern saat ini, salah satu faktor terbesar munculnya kekerasan dalam masyarakat banyak terjadi di media massa. Baik hal itu dari media audio, youtobe, whatsapp, telivisi dan media sosial lainnya. 
Beda halnya dengan masa dahulu, bahwa masyarakat hanya dapat menyaksikan kekerasan secara langsung ataupun lewat kabar dari telinga ke telinga. Biasanya kekerasan menimbulkan trauma, baik trauma yang dapat diindera (fisik) maupun trauma yang hanya bisa diketahui dengan pendekatan psikologis.
Kekerasan akan mengarahkan kita pada sebuah peristiwa yang mengerikan, menakutkan, menyakitkan, bahkan mematikan. Dalam kehidupan dinamika sosial, fenomena kekerasan telah mewarnai kehidupan dunia dari aspek politik, budaya, pendidikan, keluarga, komunitas dan organisasi. Akan tetapi, dalam pandangan khalayak, penulis mengambil kasus kekerasan yang terjadi di perguruan tinggi IAIN Jember.

PEMILIHAN PRESMA IAIN JEMBER

Pengguruan tinggi merupakan wadah bagi Mahasiswa untuk belajar keilmuan sesuai keinginan dan karakter masing-masing. Sebagaimana kita ketahui, bahwa dunia kampus banyak beribu-beribu Mahasiswa dan Dosen. Kampus tidak hanya dibuat wadah mencari ilmu pengetahuan semata, melaingkan banyak terjadinya penyimpangan didalamnya contohnya kekerasan yang terjadi pada pemilihan PRESMA IAIN Jember, terutama yang banyak terjadi yaitu para kaum buruh organisasi.

Dalam dunia kampus kekerasan banyak terjadi disaat adanya mahasiswa baru yaitu pada saat Orientasi Pengenalan Kampus (Opak) dan disaat pemilihan presiden mahasiswa (Presma). Kasus yang terjadi pada saat ini yaitu adanya pemilihan Presma di IAIN Jember. Pemilihan tersebut menyebabkan terjadinya kekerasan batin dan fisik antara organisasi Intra dan Ekstra. 

Selama ini dunia kampus kita di pegang oleh Organisasi Ekstra, sehingga Organisasi Intra kendatipun tidak diberikan kesempatan atau ikut berpartisipasi didalamnya. Disaat pemilihan yang dilakukan oleh kalangan kaum Ekstra tidak sesuai dengan AD/ART. Calon yang biasanya semester 7, malah ada yang semester 9. Hal ini pun menarik di perbincangkan karena tidak adanya kesesuain peraturan yang di lakukan oleh panitia.

Sehingga merusak pencitraan nama baik integritas moral yang ada di PRESMA maupun perguruan tinggi. Sungguh nasibnya pemilihan ini, sampai terjadi tragedi kekerasan antar lembaga organisasi.

Namun, perlu kita sadari kembali sebagai Mahasiswa yang katanya agen of change, agen of control, dan iron stock, perlunya menengok terhadap pedoman pancasila yang cinta NKRI.  Tapi mengapa ini masih terjadi ?????

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun