Mohon tunggu...
Agus Farisi
Agus Farisi Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Membaca, menulis dan berkarya

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Karantina "Smart Gender"

27 Februari 2018   01:06 Diperbarui: 27 Februari 2018   22:37 548
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lantas apa hubunganya kepemimpinan dalam perspektif gender? Mungkin kalian sedang berfikir bukankah sebenarnya kepemimpinan itu lebih bagus dipimpin oleh seorang laki-laki. Baik, kalau begitu penulis akan memaparkan apa sih sebenarnya kaitan antara kepemimpinan dalam perspektif gender.

Pola kepemimpinan antara perempuan dan laki-laki sangat jauh. Kalau perempuan cenderung mengambil gaya kepemimpinan yang lebih demokratis mereka mendorong partisipasi, berbagai kekuasaan dan informasi, serta berupaya meningkatkan harga diri pengikutnya. Mereka lebih suka memimpin lewat keterlibatan dan mengandalkan karisma kepekaan, kontak, dan keterampilan antara pribadi mereka untuk mempengaruhi orang lain. Tetapi kalau laki-laki lebih besar menggunakan suatu gaya komando dan pengendalian direktif. Mereka mengandalkan otoritas formal posisi mereka sebagai pangkalan bagi pengaruh mereka, hal ini lebih dampak kepada kecenderungan bagi pemimpin perempuan.

Kembali lagi dalam penjelasan gender bahwa antara laki-laki dan perempuan tidak ditentukan karena keduanya terdapat perbedaan biologis atau kodrat, melainkan dibedakan menurut kedudukan, fungsi, dan peranan masing-masing dalam kehidupan sosial budaya. Perbedaan itu disebut gender, yang dapat diartikan secara umum sebagai perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan apabila dilihat dari nilai tingkah laku. Aspek yang membedakan perempuan dan laki-laki tersebut seringkali menjadi patokan masyarakat dalam menentukan pemimpinnya.

Dalam dunia kepemimpinan, di era jaman now ini sudah banyak seorang perempuan yang telah menjadi pemimpin. Contoh: Kartini, Megawati, Rini Soemarno, Siti Fadilah, Khofifah, Ibuk Faida, dan yang mejadi pemateri Mbak Lina Farokah, Mbak Siti Mukama, Mbak Lia Fuji serta masih banyak pemimpin perempuan yang lainnya.

Dengan demikian seandainya potensi perempuan selama ini diakui oleh masyarakat yang dianggap mampu bersaing dimanapun. Namun, berabad-abad perempuan telah dianggap kurang berkembang oleh masyarakat yang menyebabkan kekurangberdayaannya dalam kehidupan masyarakat itu sendiri. Semuanya terjadi disebabkan oleh budaya masyarakat yang mengitarinya dan bukan disebabkan oleh ajaran agama yang berdasarkan wahyu dan petunjuknya. Jadi, hindarilah budaya-budaya yang selalu meremehkan perempuan. Ubahlah pola pikir yang selama ini tercipta diranah lingkunganmu, yang biasanya menyebabkan kesenjangan gender antar keluarga, saudara, tetangga maupun diranah kepemimpinan, menjadi pola pikir yang saling mengingatkan dan memberikan pengetahuan kesetaraan gender.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun